[Scarlett PoV]
Sudah satu jam lebih kami menunggu Kapten Raul di labirin para dwarf, namun dia belum kunjung datang.
Sebelumnya, Kapten Raul memerintahkan kami untuk kembali masuk ke labirin para dwarf sedangkan ia akan mengalihkan perhatian musuh. Semua anggota awalnya mempertanyakan keputusan Kapten seperti bagaimana ia akan kabur nanti, bagaimana dia akan menghadapi musuh seorang diri, namun dia hanya menjawab pertanyaan kami dengan 'Nah, aku akan baik-baik saja'.
Viera bahkan bertanya mengapa kami semua tidak bisa membantunya untuk melawan musuh. Dari segi jumlah kami lebih banyak setelah mengubur sebagian pasukan mereka oleh longsor yang kami ciptakan.
Namun Kapten Raul tidak menjawab pertanyaan Viera dan pergi begitu saja meninggalkan kami.
"Ini sudah melebihi satu jam," gumam Eric—Orang yang Kapten percaya memimpin kami sementara dia tidak ada.
"Bagaimana, Eric? Apa kita harus segera kembali ke wilayah Margraviate Cataluna?" tanya Viera.
Eric kemudian berpikir sejenak, sepertinya dia juga merasa berat untuk meninggalkan Kapten walaupun sudah dapat perintah.
"Kita akan kembali ke Kekaisaran," jawab Eric. "Mari kita bicarakan hal ini dengan para dwarf."
Setelah membuat keputusan, Eric berbicara dengan Dwarf yang mengerti bahasa manusia. Kami sama seperti sebelumnya diberi sebuah kacamata khusus agar tidak bisa melihat kota mereka.
Dengan ini, misi kami di wilayah Republik Venetia resmi berakhir.
***
[Ezio PoV]
Setelah membawa semua jenazah para anggota Squad yang gugur, kami kembali ke Kota Avelino dan sampai pada tengah malam. Dari 200 orang yang ikut dalam misi ini, hanya tersisa 20 orang saja yang kembali.
Semua anggota Senior Squad Cavalier tewas di tangan pria itu. Setidaknya itulah yang diberitahukan oleh Marcela. Dia menjadi satu-satunya orang yang selamat dari kelompok yang mengejar pria itu.
Aku tidak tahu bagaimana pria itu yang usianya terlihat sama denganku mampu mengalahkan semua Senior. Mungkinkah dia memiliki sihir sehebat itu? Walaupun begitu, para Senior juga sangat kuat bahkan bisa bertarung seimbang dengan seorang Ksatria.
Kurasa aku harus menanyai Marcela lebih detail tentang hal ini.
Sekarang aku sedang berada di pelabuhan setelah kemarin beristirahat penuh sekembalinya dari misi di pegunungan itu. Sisa 20 anggota Squad Tigrenata sedang berbaris di hadapan 30 peti mati dari jenazah para Senior yang gugur ditangan pria itu kemarin.
Aku memandang ke arah Kapten Siena.
Saat itu aku terkejut Kapten Siena mendapati luka setelah menangkap pria itu. Selama ini, Kapten tidak pernah kesulitan ketika melawan seseorang. Hanya para Grand Espada Kekaisaran—Ksatria terkuat negeri merekalah yang setidaknya mampu memberikan perlawanan terhadap Kapten. Bahkan Kapten bilang, dia tidak mampu menggunakan sihirnya untuk mengeluarkan pasukan yang tertimbun tanah longsor kemarin setelah melawan pria itu.
Kejadian seperti ini baru pertama terjadi.
Tidak mungkin pria semuda itu memiliki level yang sama dengan para Grand Espada bukan?
Setelah mengheningkan cipta untuk para Senior yang gugur, para kru kapal kemudian membawa peti-peti jenazah itu untuk dikirimkan ke keluarga mereka yang berada di Ibukota.
Kami kemudian ikut naik kapal. Di sisi lain, aku melihat sisa-sisa dari pasukan Kerajaan Draconia juga sudah menaiki kapal mereka untuk menuju wilayah barat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasíaGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...