💫 - Delapan

442 55 6
                                    

Setelah pertemuan para kaum bangsawan di istana Atlanterra yang ternyata berjalan cukup alot. Mereka kini tengah menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh pihak kekaisaran.

Meja panjang itu terisi oleh banyak sekali orang, mereka tampak berbincang banyak hal diselingi oleh tawa-tawa yang terdengar begitu berwibawa. Para pelayan berdiri di belakang mereka, berjaga-jaga bila mereka diperlukan.

Sabina sendiri berdiri di belakang Michelle. Sejak tadi tatapannya berpindah-pindah memperhatikan satu persatu orang yang ada di sana. Michelle sendiri terlihat cekikikan bersama pangeran Chris dari kerajaan Glacier.

"Hidangan penutup segera dihidangkan." Suara dari Adele, sang kepala pelayan, menggema di ruang makan yang luas itu.

Pintu besar dengan nuansa emas itu pun terbuka. Satu persatu pelayan masuk sambil mendorong meja troli yang berisi hidangan penutup. Entah kenapa tatapan Sabina langsung tertuju pada pelayan yang datang paling terakhir.

Pelayan itu berhenti di belakang tubuh Michelle. Ia menyajikan hidangan penutup untuk orang-orang di dekat Michelle. Ia meletakkan piring yang berisi sepotong kue yang jika di negara Sabina itu sejenis dengan Cheesecake.

Menu manis itu memiliki ciri khas berupa crumbs renyah di bagian bawah dan adonan lembutnya pada bagian atas. Kue itu juga dipadukan dengan krim dan cokelat sehingga rasanya terasa lebih manis.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kue itu, malah kue itu terlihat menggiurkan. Tapi, entah kenapa feeling Sabina begitu kuat. Ia merasa ada yang tidak beres dengan kue itu.

Tiba giliran Michelle, Sabina melangkah maju dan memegang piring kecil itu, membuat pelayan itu tersentak kaget. "Biar aku bantu."

"Tidak perlu. Ini sudah tugasku." ucap pelayan itu hendak merebut kembali piring tersebut.

"Tidak apa-apa." ucap Sabina dengan senyum manisnya tapi entah kenapa pelayan itu merasa merinding dengan senyum Sabina.

"Kenapa kak? Terjadi sesuatu?" Michelle bertanya sambil menoleh ke arah Sabina.

"Semua aman, putri Michelle. Aku hanya ingin membantu pelayan ini menyajikan hidangan penutup untukmu." ucap Sabina sambil menekan kata 'pelayan' dan masih menatap pelayan itu dengan tatapan ramah namun menyeramkan.

"Ah kamu memang pengertian." Michelle begitu tersanjung dan senyumnya pun sangat lebar.

Begitu Sabina ingin menyajikan hidangan itu. Ia pun berakting dan menjatuhkan piring berisi kue itu secara natural. Bunyi pecahan piring menggema di ruang makan tersebut, membuat atensi orang-orang di sana menatap ke arah Sabina.

"Owh.. Putri Michelle, maaf aku tidak sengaja menjatuhkannya." Sabina buru-buru bersimpuh di depan pecahan piring itu dan membersihkan kekacauan sambil mengecek kue yang sudah sedikit rusak itu.

"Tidak apa-apa, kak. Hati-hati, nanti tangan kakak terluka." Michelle terlihat begitu khawatir, lalu menoleh ke arah pelayan di sekitar mereka. "Tolong bantu bersihkan."

Ketemu. Sabina berhasil menemukan sesuatu yang aneh di dalam kue tersebut. Ia tidak menyangka ternyata feeling-nya begitu kuat. Ia berdiri dan langsung menatap ke arah pelayan yang tampak terlihat gugup itu.

Pelayan itu hendak kabur, tapi langsung ditahan oleh Sabina. Ia mencengkram pergelangan pelayan itu dengan kuat sampai membuat pelayan itu meringis. Kini atensi mereka tidak lagi pada pecahan piring, melainkan pada Sabina dan pelayan itu.

"Apa ini?" tanya Sabina sambil menunjukkan benda berwarna hitam ditangannya. "Kau berniat meracuni, putri Michelle?"

Semua tercengang dengan ucapan Sabina, bahkan sebagian dari mereka ada yang berdiri dari duduknya.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang