Chapter 18

446 54 0
                                    

"Jadi, Johnny hyung ...!"

Jaehyun mengangguk sembari meminum tehnya. Pria manis itu sudah menduga jika Jeno akan menunjukkan ekspresi keterkejutannya setelah mendengar penjelasannya.

"Apa dia satu spesies seperti Jaemin?"

"Hei, sialan! Kau pikir suamiku hewan?!" cibir Jaehyun tak terima.

Jeno langsung menyengir. Bukankah vampir juga seperti hewan, hanya saja berwujud manusia? Jeno tak menyangka jika Johnny juga seorang vampir. Dalam artian suami dari Jaehyun tidak sepenuhnya seorang vampir karena ibunya seorang manusia biasa sementara ayahnya vampir murni. Gen yang didapatkan Johnny lebih ke manusia katimbang gen vampir seperti ayahnya.

Johnny masih bisa memakan makanan vegetarian, sedangkan Jaemin dan kedua sepupunya tidak bisa selain darah dan makanan yang terbuat dari daging.

"Seluruh desa hancur bahkan klinik pun turut menjadi korban. Aku akan memberi upahmu selama bekerja di klinikku." Jaehyun mengeluarkan sejumlah uang untuk Jeno.

"Hyung, apa tidak sebaiknya uang ini kau gunakan untuk membangun klinikmu lagi? Aku tidak masalah tidak diberi bagianku, asalkan aku dipekerjakan bersamamu lagi. Jujur, aku suka satu rekan denganmu."

"Sejujurnya idemu bagus, tapi aku ingin pensiun saja, hahahaha! Aku ingin fokus merawat suami dan anakku nanti," jelas Jaehyun sambil mengusap perutnya.

"Kau ...?"

Jaehyun mengangguk semangat. Seketika Jeno memekik tertahan lalu memeluk Jaehyun dari samping. "Astaga, astaga, astaga! Selamat Hyung atas kehamilan pertamamu! Sungguh aku ikut senang mengetahuinya."

"Terima kasih, Noie," kekeh Jaehyun.

•••

"Terima kasih telah merawatku, Alpha, Na Jaemin." Mark membungkukkan badannya hormat kepada kedua pria di depannya.

"Apa setelah ini kau akan pergi?" tanya Taeyong yang dibalas anggukan oleh Mark.

"Ke mana?" Jaemin pun membuka suara. Agak tidak rela jika Mark harus pergi setelah pemulihan tubuhnya semakin membaik.

"Ke mana saja," jawab Mark seadanya.

"Jangan!"

Taeyong menoleh cepat ke arah sahabatnya itu berdiri. Ia tersenyum miring. Terlihat jelas jika Jaemin memang menyukai Mark, tapi dia dan sikap tsundere-nya itu, sangat tidak epik sekali. Sebagai sahabat baik dan pengertian, Taeyong akan membantu mendekatkan Jaemin dan Mark.

"Apa tidak sebaiknya kau tetap tinggal? Aku tidak masalah jika kau ada di sini. Bukankah kau dan Jeno sekarang berteman? Kau tega meninggalkannya?" tanya Taeyong memastikan.

Mark terdiam. Memang benar dirinya dengan Jeno sekarang berteman, walau masih ada kecanggungan saat mengobrol. Tapi Mark ingin berkelana sebagai werewolf rogue tanpa terikat kelompok. Jika memang ada sebuah keberuntungan untuknya, siapa tahu pack serigala lain mau merekrutnya menjadi salah satu anggota. Walau itu sangatlah mustahil. Tidak ada pack yang mau menambahkan serigala asing ke dalam kelompoknya karena dianggap sebagai mata-mata.

Helaan napas keluar dari mulut omega itu. "Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan tempat ini, karena aku yakin dengan adanya Alpha dan Na Jaemin di sekitarku, aku bisa berlindung dari musuh yang mencoba mendekatiku. Hanya saja aku ingin bebas sebagai rogue tanpa menyerang atau menghancurkan pack lain."

"Baiklah kalau kau memaksa. Untuk perpisahan sebelum kau pergi, adakalanya kita makan bersama untuk terakhir kalinya. Kau mau?" tawar Taeyong.

Haechan meresponsnya dengan anggukan setuju.

•••

"Kau yakin ingin pergi? Jaemin menyukaimu."

Mendengar namanya disangkutputkan membuat Jaemin langsung tersedak oleh darah yang sedang diminumnya. Jaemin menatap tajam ke arah Jeno, sedangkan yang ditatap hanya menampilkan wajah tidak berdosanya.

"Benarkah?"

"Tidak! Bukan! Maksudku ... Ya, mungkin! T-Tapi tidak!" elak Jaemin.

Jeno menghela napasnya jengah. Ia merebut gelas berisi darah yang diminum oleh Jaemin. "To the point bisakah? Jika kau mengelak maka Mark akan segera pergi. Ungkapkan sekarang, aku akan kembali setelah urusanmu selesai dengan Mark." Jeno menuntup pintu kamar yang sebelumnya ditempati oleh Mark saat tak sadarkan diri.

Di luar, Jeno mengangguk kepada Taeyong. Ini rencana mereka omong-omong.

Keadaan benar-benar canggung. Jaemin memejamkan mata berusaha mengontrol diri. Ia tidak pandai merangkai kata-kata romantis. Tapi dalam hatinya, Ia begitu menyayangi dan perhatian pada lelaki manis yang sebentar lagi akan angkat kaki meninggalkannya.

"Na."

Jika Jaemin manusia dan memiliki jantung yang berdetak, sudah dipastikan sejak tadi jantungnya akan berdegup tak beraturan. Ini benar-benar membuatnya kepalang bingung mau mengungkapkan perasaannya bagaimana.

"Ya?"

Hening lagi. Sungguh, Jaemin bukanlah lelaki romantis. Ia bingung mencari percakapan bagus nan menyenangkan karena hanya menjawab alakadarnya saja. Ia hendak membuka suara, tapi Mark terlebih dulu memotongnya.

"Yang dimaksudkan Jeno tadi, kau—"

"Tidak! Jangan percaya dengan perkataannya," sela Jaemin yang mana membuat Mark kemudian terdiam.

Dan lagi, Jaemin mengelak dari kenyataan. Ia pun menjambak rambutnya dan mengusap gusar wajahnya. Merasa Mark masih menunjukkan ekspresi sama, Jaemin pasrah untuk mengakui perasaannya. Ia akan mencobanya dulu, jika omega itu menolak, setidaknya Ia sudah merasa lega berhasil mengeluarkan unek-unek di hatinya karena mencintai Mark.

"Benar, Jeno benar jika aku ... aku menyukaimu."

Jaemin menatap perubahan ekspresi Mark. Werewolf itu tersenyum tipis.

"Apa alasanmu?" tanya Mark.

"Kau meragukan cintaku, ya? Baiklah, alasanku menyukaimu cukup satu yaitu sebuah rasa. Sejak melihatmu, jujur aku mulai tertarik padamu. Kau adalah omega yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Mungkin rasa suka ini bisa menjadikan hubungan kita semakin dekat hingga menuju ke jenjang pernikahan. Kau mau, 'kan?"

Mark tak merespon. Ia menundukkan wajahnya sendu. "Maaf," ujarnya lirih. Suaranya terdengar parau.

"Ya?"

Mark mengangkat wajahnya, memandang iris merah tua milik Jaemin dengan tatapan lembut. Meski tak dapat melihat, Ia bisa merasakan lewat penglihatan batinnya. "Aku ... tidak bisa."

"Kenapa? Kau tidak menyukaiku juga?"

"Maaf." Mark beranjak pergi. Membuka pintu yang kebetulan tak dikunci oleh Jeno. Taeyong menatap kepergian Mark dengan tanda tanya.

"Sudahkah? Hei, kenapa kau menangis? Bagaimana? Apa kalian sudah saling mengungkapkan? Ada apa ini?"

Mark tak menggubris pertanyaan Taeyong. Ia berlari keluar, menjauh dari rumah Taeyong dan masuk ke dalam hutan yang gelap. Jeno dan Taeyong saling berpandangan.

"Na ...." panggil Jeno. Wajah Jaemin berubah tak mengenakkan.

"Aku akan menemui Donghyuck dan Hyunjin, mungkin mereka membutuhkan bantuanku." Jaemin mengalihkan topik. Ia pergi meninggalkan Taeyong dan Jeno yang dilanda kebingungan.

"Apa yang terjadi?" gumam Jeno tak mengerti.

Yuex BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang