BARU DIMULAI

6 6 0
                                    


Padahal baru berjalan satu hari, tetapi sudah banyak kejadian aneh yang Nessa dapati.
“Jauh-jauh dulu mbak,” ucap polisi setempat yang sedang berjaga.
Nessa paling tak bisa melihat darah. Nessa pun pingsan dan ditangkap oleh seorang wanita yang wajahnya tak asing bagi Nessa.

Nessa terbangun di rumah yang sangat nyaman, rumah yang paling nyaman adalah rumah sendiri. Ternyata tadi malam Nessa dibawa pulang oleh ibunya.
“Kamu udah sadar? Kan bunda dah bilang jangan terlalu berlebihan” ucap bundanya Nessa.

“Iya bun, lagian cuma panik dikit aja kok. Bunda gak usah khawatir,” bunda Nessa hanya termenung melihat anak satu-satunya yang tak pernah mau berhenti berjuang.
“Aku mau pergi lagi bun…. bunda tenang aja aku gak bakalan kenapa-napa kok,” celetuk Nessa berusaha meyakinkan bundanya.

“Udah Ness…. cuma kamu anak bunda satu-satu nya sekarang. Bunda takut kehilangan kamu. Ikhlasin kakak mu ya…. bunda juga lagi berusaha,” ucapan bundanya itu membuat Nessa termenung sejenak.
“Gak bun, aku gak bisa kaya bunda. Ini salah ku bun, aku rasanya gak bisa hidup tenang sampai aku tahu siapa pembunuhnya bun,” setiap malamnya di penjara, Nessa tak pernah tertidur nyenyak sekalipun.

“Sekarang bunda mau tanya, apa yang bakal kamu lakuin kalo kamu ketemu sama pembunuh itu?” tanya bundanya Nessa. Nessa terdiam sejenak melihat bundanya.
“Aku gak bakal lukain dia bun, aku cuma ngasih dia sedikit pelajaran dan cerita bun…” balas Nessa.

“Cerita tentang hidupmu yang gak tenang selama ini semenjak kematian kakak-kakak mu? Itu aib Ness” tegas bundanya Nessa. Tiba-tiba ayahnya Nessa datang,
“Biarin aja bun. Dia tahu batasannya kok. Juga bentar lagi hari itu tiba oke?”, mendengar ucapan suaminya itu barusan membuat hati bundanya Nessa tenang.
“Oke kalo gitu. Jangan lupa makan dulu, dari siang kemarin kamu belum makan kan. Nanti bunda buatin bekal. Kalo bisa
jangan nginep, tidur disini aja. Kalo ada apa-apa kabarin, jangan hilang kabar,” tegas bundanya Nessa.
Nessa hanya mengangguk dan tersenyum kebundanya.

Nessa senang karena ayahnya memihak Nessa. Tapi Nessa bingung apa maksudnya hari itu?.
“Hari apa yang bunda sama ayah tunggu?, Kok aku gak tahu?”, tanya Nessa.
“Nanti kamu tahu sendiri. Hati-hati ya nak, ayah juga takut kalo kamu kenapa-napa. Jangan melebihi batas, kalo ada kejadian janggal cerita ke ayah,” Nessa mengangguk kepada ayahnya.
“Kamu kemarin ada ketemu orang atau makhluk dari dunia lain?”, Nessa jadi terkejut bagaimana ayahnya bisa tahu.
“Ness?” Nessa panik harus menjawab apa.

“Gak ada yah, mana ada dunia lain ayah…” Nessa terpaksa berbohong karena ia takut ayahnya tak memperbolehkan Nessa pergi.
“Baguslah. Hati-hati ya Ness,” sudah berkali-kali ayahnya mengucapkan hati-hati untuk Nessa.

Setelah selesai sarapan Nessa langsung pamit kepada kedua orang tuanya. Mau bagaimana pun bundanya Nessa masih tak tenang melepas anaknya mencari seorang pembunuh.

Nessa yang berbekal majalah, pergi ke villa yang penuh dengan kenangan. Yang tidak lain adalah villa Reana. Disaat Eesha mau memergoki Rev, Eesha memberikan kunci villa kepada Nessa. Nessa sudah sampai di depan villa tersebut. Villa yang indah dimata Nessa walau sedikit berdebu. Nessa memasuki villa dengan perasaan yang bercampur aduk.

Nessa pergi ke kamar utama villa yang dimana dulunya Eesha mencari tentang pembunuh Reana disana. Nessa tak menyangka, sekarang malah dia mencari tahu siapa pembunuh Eesha. Masih ada koran yang bertempelan di jendela walau kebanyakan sudah sobek. Nessa membersihkan tempat itu dan mengganti koran lama dengan koran baru.

“Ah,akhirnya selesai juga. Capek juga ya. Kak Eesha tempat ini banyak informasinya kan?” Nessa duduk di depan komputer. Nessa meneteskan air matanya mengingat Eesha yang sedang duduk disana.

Nessa membaca beberapa majalah yang sudah ia bawa. “Semoga nanti gak ketemu yang aneh-aneh deh,” ucap Nessa. Nessa terus membaca dan membaca. Ia juga searching di beberapa web. Tapi sayang tak ada hasil apapun dari majalah-
majalah tersebut. Nessa memutuskan mencari udara segar diluar.

Nessa berjalan keluar, namun siapa sangka diluar sudah ada beberapa laki-laki berbaju hitam seprti kemarin namun badannya lebih besar.
“Hehe, akhirnya keluar juga. Berani ya lo udah buat sodara gua mati kemarin. Sekarang giliran lo!”ucap seorang perempuan yang tiba-tiba keluar dari mobil.
Nessa hanya terdiam.
“Huh. Dasar manusia rendahan. Nyari mati ya?, Coba lihat siapa yang bakal menang?” ucap Nessa dengan nada ketus. Perempuan itu menyuruh para bawahannya untuk menyerang Nessa. Tapi tiba-tiba muncul pedang dari lengan Nessa.

Pertarungan baru saja dimulai tetapi Nessa sudah menebas tiga kepala. Perempuan itu terkejut melihat Nessa. Nessa seperti sudah kehilangan akal saat menebas kepala-kepala orang.

Pertarungan hanya berselang sebentar. Yang tersisa hanya Nessa dan perempuan tadi. Sebelum Nessa menyerang, Nessa mengarahkan pedangnya ke atas. Ternyata ada drone yang mengamati Nessa. Seketika drone itu langsung hancur. Dan
terakhir Nessa langsung menebas kepala perempuan itu. “Arthur!” ucap Nessa.
Tiba-tiba muncul seorang lelaki yang sedikit lebih tinggi dari Cloude.
“Iya Ratu?” tanya Arthur yang tahu bahwa ia pasti akan menjadi kambing hitam sebentar lagi.

“Kalo gadis ini sadar nanti, kau bilang bahwa kau yang mengurus semua orang-orang rendahan tadi. Energiku mau habis. Jaga dia, tapi usahakan buatkan pelindung untuknya lalu pergi sejauh mungkin dari sini. Paham?” Arthur hanya mengangguk.
Lalu akhirnya Nessa sadar dan langsung pingsan. Arthur membawa Nessa masuk kedalam dan membawanya ke sofa.

Menunggu Nessa yang entah kapan sadarnya, Arthur membuat perlindungan di sekitar villa Reana.
“Uhk,” Nessa akhirnya sadar.
Yang ia ingat hanyalah melihat banyak orang jahat dan Arthur menggendongnya ke dalam.

Nessa lalu keluar dan melihat Arthur sedang membuat sesuatu yang mengelilingi villa Reana.
“Putri Cahaya sudah sadar, kalau begitu tugas saya sudah selesai,”ucap Arthur.
“Apa yang sedang kamu lakukan?”tanya Nessa.
“ Perisai, ini untuk perlindunganmu. Orang yang kau anggap jahat tak akan bisa melihat villa ini. Sedangkan orang yang kau anggap baik baru bisa masuk. Hanya kau yang bisa menentukan, bahkkan jika kau ingin mengusirku juga bisa yaitu dengan pikiran mu. Pikirkan bahwa kau tak menyukaiku maka aku akan terlempar keluar,” ucap Arthur.
“Haha, terimakasih. Aku tak mungkin mengusir orang yang menjaga ku,” balas Nessa.


Tiba-tiba hp Nessa berbunyi.
“Jika tak ada apa-apa lagi aku pamit pergi,” padahal Nessa belum mengucapkan apapun tetapi Arthur sudah pergi.

Nessa membuka hpnya dan mengangkat telfon dari nomor yang tidak dikenal.

Nessa :
Hallo?
No. tak di kenal :
Benar ini dengan mba Nessa?
( tanya seorang perempuan.)
Nessa :
Iya, ada apa ya kak?
No tak di kenal :
Orang tua anda baru saja di larikan
Ke Rumah Sakit karena tabrak lari,
Dan pelaku sedang di urus oleh
Pihak kepolisian

(Nessa sangat terkejut mendengar itu.)
Nessa :
Rumah sakit mana kak?
( Nessa bertambah panik dan langsung mengunci villa.)

No tak di kenal :
Rumah Sakit Charlie kak.
Nessa :
Baik kak saya segera kesana
(Nessa langsung mematikan telfonnya.)

The Secret of Reality Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang