• 🍑 •
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sudah waktunya Jeo untuk tidur. Selesai membersihkan dapur bekas ia memasak makan malam tadi, Jihan berjalan menghampiri Jeo menggendong anak itu pergi ke kamar.
"Momi Jeo gak ngantuk," ucap Jeo yang tengah direbahkan sang ibu ke kasur empuknya, "Tetep aja, meskipun gak ngantuk Jeo harus bobo karna ini udah malem."
Melihat Jeo menundukkan kepalanya karna merasa sedih, Jihan pun turut merebahkan dirinya disisi putra tercintanya. Memeluk tubuh kecil Jeo dan membubuhkan kecupan manis di jidat anak kecil itu.
"Ada yang mau diceritain?"
"Tau gak mi, pas hari Jum'at Jeo ketemu papa, disekolah."
Jeo menaikkan kepalanya, berusaha melihat reaksi sang ibu saat mendengar papa nya disebut. Tidak ada reaksi yang berarti, yang Jeo lihat hanya senyuman tipis seperti biasa saat mereka membicarakan sang papa.
"Karna liat papa disana, Jeo jadi kepikiran buat pindah sekolah."
"Kenapa gitu? Jeo kan suka sekali sama sekolahan itu."
Entah kenapa Jihan merasa aneh dengan gelagat putranya yang seolah tidak ingin mengenal papa nya, sumpah demi apapun Jihan tidak pernah mengajarkan Jeo untuk membenci papa nya sendiri bahkan ia selalu berusaha mempertemukan mereka berdua. Tapi tetap saja tiap akan dipertemukan, Jeo selalu memiliki seribu alasan untuk menolak pertemuan mereka.
"Sebenernya bukan karna papa aja sih, Momi tau kan papa sekarang sudah punya anak lain nah anak nya papa itu, kata teman Jeo mau sekolah disana juga."
Ah sekarang Jihan paham alasan kenapa Jeo tidak suka kepada papa nya, mungkin karna rasa iri terhadap saudara tirinya yang terlihat lebih dimanjakan oleh Rayan.
Biar tidak bingung mari kita jelaskan, dua tahun lalu saat Jeo berusia lima tahun. Rayan menikah dengan seniornya di kantor yang seorang Janda beranak dua, perempuan. Bukan seorang lelaki seperti Jihan, baik bukan itu yang akan kita ceritakan disini melainkan alasan kenapa Jeo berubah.
Sebelum itu, Jeo sering dikunjungi sang papa. Saat itu mereka masih tinggal dirumah sang kakek —ayah nya Jihan— dan pada saat itu juga, Jeo selalu merasa senang dikunjungi papa nya. Saat hari libur, mereka berdua selalu punya rencana untuk menghabiskan waktu bersama. Pokoknya saat-saat itu adalah saat terbahagia bagi Jeo.
Meskipun orang tua nya sudah tidak tinggal bersama lain, Jeo yang polos pada waktu itu berfikir orang tua nya akan tinggal bersama lagi suatu saat nanti. Anak kecil itu berharap kepada tuhan.
Tapi harapan nya hancur saat ia dengan papa nya mengobrol dengan Momi nya bahwa ia akan menikah dengan perempuan yang tidak Jeo kenal, lalu saat pertemuan mingguan biasa mereka papa nya membawa dua anak lain yang tidak Jeo kenal.
Saat itulah Jeo mulai merasa dibedakan, Jeo mulai merasa disingkirkan, Jeo mulai merasa kehilangan kasih sayang sang papa.
Dan mulai Minggu itu, Jeo menjauhi papa nya dan tidak ingin melihat papa nya. Minggu itu jadi Minggu terakhir nya bertemu dengan sang papa, saat itu Jihan masih belum mengerti kenapa Jeo tidak mau bertemu papa nya. Saat ditanya pun tidak ada jawaban, jadi ia hanya pasrah dan mengikuti kemauan putra nya.
Setelah menghadiri pernikahan papa nya, Jeo jadi selalu murung dan semakin enggan bertemu dengan papa nya. Sampai akhir Rayan menyerah dan tidak lagi berusaha menemui Jeo, sama hal nya dengan Rayan Jihan pun menyerahkan dan memilih untuk pindah dari rumah sang ayah kerumah nya yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETPEACH
Fanfic- Han Jisung (harem) Tentang Jihan dan kehidupan manisnya yang semanis buah persik. #bxb #mpreg #lokalau #singleparents