Warning!! Chapter ini mungkin mengandung sedikit adegan kekerasan. Dimohon kebijaksanaannya dalam membaca.
Cahaya lampu LED yang berkedip redup menerangi sebuah gudang terbengkalai. Debu-debu tebal menutupi perabot dan lantai yang telah lama ditinggalkan. Seorang wanita terbaring tak sadarkan diri di lantai, kedua tangan kakinya terikat membuatnya sama sekali tak bisa bergerak. Sejumlah orang berjas hitam masuk ke dalam ruangan bersama wanita bersurai putih panjang. Wanita itu menatap dengan penuh kebencian pada wanita yang tengah tak sadarkan diri.
"Apakah perlu kami menyingkirkannya Nona?" tanya seorang pengawal pada wanita bersurai putih. Wanita yang tak lain adalah Inuyasha itu terkikik geli untuk beberapa saat mendengar pertanyaan pengawal tersebut. "Bukankah itu terlalu murah hati untuknya?!" para pengawal nampak agak takut pada tawa Inuyasha. Setelah berhenti tertawa, wanita itu menatap pada para pengawal dengan senyum sadis, "Dengarlah Pak Andrew, Aku... Akan mengurus wanita ini," senyumnya semakin merekah dengan kegilaan.
"Nona! Hal itu terlalu berisiko-" ucapan pengawal itu terhenti melihat raut murka Inuyasha. Pria berusia setengah abad itu telah mengenalnya sejak kecil. Sorot matanya jelas menunjukkan ketidakwarasan dan amarah. Loyalitasnya tidak membiarkannya diam saja dengan kemungkinan Inuyasha terluka.
"Saya mohon... Tolong jangan melukai diri Anda, Inuyasha-sama," ucap pria itu tulus. Terlepas dari ketakutannya, loyalitasnya maju terlebih dahulu. Inuyasha menghela napas panjang mendengar ucapannya. "Aku bukan lagi gadis kecil yang hanya bisa terus bersembunyi di balik Anda seperti pengecut, Pak Andrew. Utang wanita itu terlalu banyak padaku. Jika aku tidak membalaskannya, aku tidak pernah hidup dengan tenang," Inuyasha tersenyum lembut padanya. Sepertinya nona kecil yang selalu dilindunginya dulu sekarang menjadi... Sedikit lebih pemberani.
"Tinggalkan aku sendiri, aku harus menghitung 'utang' di antara kami dengan benar," ucap wanita itu dengan mata penuh tekad. Raut wajahnya jelas menunjukkan keinginan untuk tidak dibantah. Pengawal itu tersenyum penuh arti dan membungkuk hormat, "Kami akan berada di ruangan sebelah, tolong panggil kami jika Anda membutuhkan sesuatu, Inuyasha-sama,"
"Terima kasih Pak Andrew," Inuyasha kembali tersenyum. Para pengawal berpindah ruangan tersebut, meninggalkan Inuyasha berdua bersama wanita yang tidak sadarkan diri.
Pandangan Inuyasha jatuh pada seember air di pojok ruangan, nampaknya sudah terbengkalai begitu lama. Tidak menunggu Inuyasha mengambil ember itu dan menyiramkannya pada wanita yang tengah tergeletak tak sadarkan diri. "Hei, bangun! Sampai kapan kau akan terus tertidur?" ucap Inuyasha sambil menggoyangkan tubuh wanita itu menggunakan ujung sepatu hak tingginya.
Suhu dingin dari air dan goncangan kaki nampaknya cukup untuk membuat wanita itu sadarkan diri. Kelopak matanya nampak bergetar, setelah beberapa kali diguncangkan lagi kelopak mata yang tertutup menyingkap manik rubinya. Wanita itu nampak kebingungan saat cengkeraman erat terasa di dagunya "Hai Kagura, apakah kau terkejut melihatku?" manik rubinya terbelalak ketika dia menangkap sosok yang sangat dikenalnya, serta sangat dibencinya. Saingan cintanya sejak bangku sekolah, Inuyasha. Rasa sakit akibat tamparan Inuyasha yang masih terasa jelas di pipinya membuat wanita itu ingin meronek-robek wajah Inuyasha sekarang juga.
"MMMPHHH!!! MMMPPHHH!!! MMMPPHHH!!" teriak wanita itu marah.
"Nampaknya kau masih cukup waras untuk mengenaliku ya?" ucap Inuyasha sambil menarik rambutnya kuat-kuat. Tarikan itu cukup kuat untuk membuat wanita di depannya merintih dalam keadaan terbungkam. Rintihan yang tentunya diakibatkan oleh rasa sakit itu mengukir senyum senang di wajah Inuyasha. Inuyasha menambah kekuatan tarikannya hingga tubuh wanita itu sedikit terngkat. Rasa perih yang membakar kulit kepala membuat wanita di hadapannya meneteskan air mata.
"Apakah kau menyukai hadiah dariku, Kagura?" Inuyasha menghempaskan tubuh wanita itu ke bawah yang membuatnya jatuh dengan suara yang cukup keras. Wanita itu nampak marah, gumamam-gumaman penuh amarah keluar dari mulutnya yang tersumpal saputangan. Inuyasha menghela nafas jengah, mempertimbangkan apakah dia harus membuka sumpalan wanita itu atau tidak... Hm, mungkin tidak! Alih-alih membuka sumpalan mulut, Inuyasha melayangkan sebuah tamparan keras pada pipinya. Wanita itu menatap kesal pada Inuyasha.
"Aaku sungguh marah sampai-sampai aku tidak tahu harus darimana aku memberimu pelajaran, Kagura," Inuyasha mengikat surai panjangnya ke belakang. Inuyasha melayangkan tendangan beruntun pada perut wanita itu diikuti oleh jeritan-jeritan terbungkam. Inuyasha melampaiskan semua kebencian dan amarahnya pada wanita yang telah merundung bahkan menghancurkan rumah tangganya itu. Wanita itu meringkuk kesakitan untuk melindungi perutnya yang terasa nyeri akibat tendangan Inuyasha. Pemandangan yang sangat menyedihkan di mata Inuyasha. Inuyasha menginjak kepalanya dengan keras dengan amarah, "Kalau kau tahu disiksa itu sakit seharusnya dulu kau juga tidak menyiksa orang, b*tch,".
Wanita itu mengeluarkan gumaman-gumaman yang Inuyasha yakini adalah sumpah-serapah untuknya. Tenang saja, dia belum akan berhenti di sini. "Bawakan aku air!!" ucap Inuyasha yang ditujukan pada pengawal-pengawalnya di ruangan sebelah. Salah satu pengawal muda bermasker keluar dan mengambil air dari tempat terdekat menggunakan ember yang tergeletak di lantai. Setelah membawa ember penuh air pada Inuyasha, pengawal itu kembali bersembunyi. Inuyasha menarik rambut wanita itu kasar dan menenggelamkan wajahnya ke dalam ember berisi air. Wanita itu nampak panik melihat bagaimana dia berusaha untuk mengangkat wajahnya dari air. Sayang sekali tenaga Inuyasha jauh lebih kuat darinya. "Apa kau bisa merasakannya? beginilah rasanya panik dan hampir mati saat kau mendorongku ke kolam renang dulu! Padahal kau tahuaku tidak berenang kan?" Inuyasha menarik wajah wanita itu dari air, membiarkannya bernapas sebentar kemudian menenggelamkan wajahnya lagi ke dalam ember. Inuyasha berhati-hati agar wanita itu tidak mati dengan cepat. Wanita itu berusaha menahan napas agar air tidak masuk ke hidungnya. Andai saja tangan dan kakiknya tidak terikat.. Wanita itu sungguh ingin mencekik dan mencakar wajah Inuyasha yang dibencinya.
Setelah sekitar satu jam bermain-main dengan air, Inuyasha melepaskan wanita itu. Kini Inuyasha mengambil sebuah kandang berisi tikus yang sebelumnya sudah disiapkan. Inuyasha mengambil sebuah tikus dan memasukkannya ke dalam baju wanita itu. Wanita itu langsung berteriak histeris sambil menangis kala tikus kecil itu merayap dan sambil mencicit di dalam bajunya. Inuyasha tertawa terbahak-bahak sampai meneteskan air mata pada pemandangan di hadapannya.
Inuyasha menarik seekor tikus lain dan menunjukkannya tepat di depan wajah wanita itu. Wanita itu beteriak kencang meski terbungkam, "Aihh.... Ternyata wanita jahat sepertimu juga takut pada tikus ya? Tenang saja, malam ini kau akan bermalam dengan mereka di sini," Ucap Inuyasha yang membuat manik rubi wanita itu membelalak penuh teror, dia takut pada hewan kecil dan kotor seperti tikus dan kecoa.
Inuyasha telah mencaritahu semua tentang wanita itu sebelum melancarkan balas dendam ini, apa yang ditakutinya, apa phobianya, apa trauma yang pernah dialaminya, semuanya! Inuyasha memerintahkan pengawalnya pergi sebelum dia mengunci wanita itu bersama tikus-tikus yang dilepaskannya. Inuyasha memadamkan lampu ruangan itu dan pergi meninggalkan wanita yang tengah panik di dalam sana. Ramalan cuaca mengatakan malam ini akan hujan lebat dengan petir. Semoga saja itu benar.
"Apa Anda baik-baik saja Inuyasha-sama?" tanya Andrew pada Inuyasha. Inuyasha tersenyum dingin, "Seharusnya Pak Andrew bertanya apakah wanita itu yang tidak baik-baik saja," kikikkan kecil menghiasi perjalanan mereka di lorong.
Sementara itu.... Wanita yang tertinggal di dalam sendirian, siapa lagi kalau bukan Kagura, tengah mengutuki Inuyasha. Jantungnya memompa dengan keras, ruangan gelap gulita tanpa setitikpun cahaya membuatnya berkeringat dingin. Cicitan tikus-tikus kecil yang sesekali merayap di kaki dan wajahnya membuatnya semakin ketakutan. Tubuhnya gemetar karena takut, napasnya pun tersengal karena serangan panik.
'Awas saja kau j*lang, aku akan memberimu pelajaran jika Sesshomaru-sama mengeluarkanku dari sini!' ucapnya dalam hati pada Inuyasha. Seberkas cahaya di langit menembus celah ventilasi dan memberi sedikit cahaya pada Kagura. Bunyi menggelegar yang datang mengiringi cahaya itu membuat Kagura semakin takut, dia sangat takut pada petir, lebih dari dia takut pada gelap. Kagura mulai menangis. Semoga saja Kagura kuat bertahan sampai besok pagi karena jika tidak... Inuyasha akan sedih sebab tidak bisa memberinya lebih banyak pelajaran!
******
Hai, maaf update nya agak lama. Karena saya tidak terbiasa menulis tentang violence saya cukup kesulitan untuk menulis bagian ini sehingga progresnya terhambat. Saya menyadari chapter ini bisa lebih baik lagi mengingat kurangnya pengalaman saya. Silahkan menikmati, apabila ada feedback akan sangat membantu :D
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Inu Chan and Sessho Kun (Inuyasha Fanfiction)
FanfictionHanya ide ngakak bin kreatif yang saya tumpahkan di sini Inuyasha belong to Rumiko Takahashi, saya tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini just for fun