hallo Assalamualaikum wr. wb. pembaca yang budiman. maaf untuk cerita Jagadhita beberapa bulan bahkan berabad-abad ini sangat jarang up dikarenakan penulis sedang berada di masa-masa hujaman tugas kuliah. : ') untuk itu demi kenyamanan para pembaca , penulis mencuri waktu untuk melanjutkan episode Jagadhita ini. mohon maaf untuk yang sudah menunggu .. jangan lupa vote dan komen dengan komenan terbaik kalian ya .. selamat membaca
***********************************************************************************
Hujan mengguyur bumi sejak jam 4 sore. Panca sedang menyiapkan nasi bakar untuk dibawa ke angkringan nanti malam. Panca memandang kearah jendela ia berpikir akan lama jika hujan-nya sederas ini. Nasi bakar yang sudah terbungkus daun pisang serta beberapa macam tusukan sate telah siap.
"Apa aku berangkat sekarang aja, ya?" gumam Panca. "Pak! Panca berangkat, ya. Keburu magrib." Tak ada jawaban dari dalam sana Panca mengangkat bahunya dan pergi ke warung angkringan. Warung angkringan tidak jauh dari rumah ke -tiga sahabat karib tersebut hanya saja mereka harus melewati kebun bambu serta area persawahan.
"ah, kalau tau gini aku jalan kaki saja." sungut Panca sambil mengendarai motor dengan tangan kirinya yang memegang payung. belum lama Panca menggerutu matanya menangkap seseorang yang tengah berdiri di pinggir jalan. Seorang wanita. Pemuda berkaos hitam itu mengernyitkan dahi mengapa wanita itu berdiri tegap di bawah derasnya hujan. Apa dia menunggu seseorang. Lalu mengapa dia tidak berteduh saja. Panca melajukan motornya dengan pelan. Saat melewati wanita itu mata Panca sengaja menatap wanita berkebaya kuning gading. Cantik. Gumamnya namun wajahnya pucat seperti kertas mungkin karena berdiri terlalu lama hingga akhirnya Panca dikejutkan dengan apa yang baru saja ia lihat. Baru saja melewati wanita itu, ia menoleh pada kaca spion, mata Panca sudah tak nampak dimana Wanita itu harusnya berada. Sontak Panca menghentikan motornya dan menoleh kebelakang.
"Loh,?!" dahinya berkerut tanda heran. Panca melamun sangat lama hingga terdengar Adzan Magrib ia pun tak ambil pusing dan melajukan motornya. Sampai disana, Panca segera menata barang-barang, menyiapkan dan berdoa semoga hujan segera reda saat sudah selesai Sholat Magrib. Sate-satean seperti sosis merah, nugget ayam, hati ampela, tempura sudah tertata rapi di dalam wadah. Begitupun dengan nasi bakar yang menggoda selera itu sudah tersusun rapi. Panca tersenyum puas dan pergi mengambil wudhu untuk sholat magrib tetapi alangkah terkejutnya dia saat berbalik terdapat Andre di belakangnya.
"ASTAGFIRULLOH HALADZIM! ALLOHUMA BARIK LANAA! Ndre, kowe kapan sampe kok aku ndak tahu?" Panca mengelus dadanya berulang kali. Namun, ekspresi Panca tak ditanggapi oleh Andre ia langsung beranjak pergi ke kamar sebelah dan menutup tirai. Panca menggeleng pelan. Sesaat handphonenya berdering.
Panca semakin tidak mengerti saat melihat ke layar Handphonenya. Andre Calling.. pemuda itu mengangkat dengan perasaan tak karuan.
"Ha-Hallo"
"Hallo! Pan, aku masih di rumah. nanti agak telatan, ya. Aku harus nganterin knalpot dulu sama Andri. Kamu udah di warung to?" seru Andre di telpon.
Deg! Jantung Panca serasa berhenti. Jadi, Andre belum kemari. Jika Andre masih dirumah, lalu siapa yang ada di kamar sebelah. Panca tak menggubris panggilan Andre yang berkali-kali di telfon, ia berjalan dan menyibak tirai kamar. Wajah Panca pucat pasi saat mengetahui tak ada siapapun di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGADHITA
Horrorsering kali kita lupa bahwa dunia hanyalah permainan. Namun kebanyakan orang, mereka lebih memilih hidup sejahtera di dunia "JAGADHITA (kesejahteraan dunia)" dimana orang akan lebih takut miskin daripada takut akan berbuat dosa.