Adel turun dari mobil, berjalan melewati banyak penjaga yang sekarang memberikan hormat kepadanya. Adel tidak memperdulikan itu bahkan ketika pintu rumahnya dibukakan oleh salah satu penjaga. Ini alasan kenapa ia tidak suka rumahnya, rumahnya terlalu ramai dan penuh. Adel ke rumah hanya ingin menukar mobil saja karena ia sudah bosan memakai mobil lamanya.
"Ke mana aja, nak?" Angkara, ayah kandung Adel berjalan mendekati putrinya. "Kamu akhirnya pulang. Kamu nginep di sini sehari ya?" Angkara meraih pipi Adel, mencium dahinya dengan sangat lembut. "Ada hal yang mau Papa bicarakan."
"Aku gak bisa nginep, Pa." Adel memberikan senyumannya dan hanya pasrah ketika Angkara menuntunnya menuju sofa. Adel duduk di sofa, melirik ke arah Ibu tirinya yang sekarang sudah duduk di samping Angkara. Itu juga alasan kenapa ia tidak ingin pulang.
"Ada apa?" Adel langsung bertanya karena tidak ingin berdiam diri lebih lama di sini.
"Kamu sering bawa perempuan ke rumah kamu ya? Tiap hari bahkan tiap Minggu beda-beda. Mau sampai kapan kamu begini?" Angkara mencoba berbicara hati-hati pada Adel. Ia meraih kedua tangan putrinya, caranya memperlakukan Adel selembut Adel memperlakukan banyak perempuan.
"Aku sayang Papa." Adel memaksakan senyumannya sambil mencium punggung tangan Angkara. "Papa boleh berenti ngurusin urusan pribadi aku? Aku minta tolong, mungkin iya aku salah, tapi aku punya jalan hidup aku sendiri. Satu lagi, suruh penjaga Papa berenti ikutin aku, aku gak takut bunuh dia loh." Adel masih tersenyum meski kalimatnya terdengar menyeramkan.
"Papa khawatir, kamu satu-satunya putri papa, kamu penerus papa." Angkara mengembuskan nafas panjang, kerasnya kepala dan hati Adel sama percis seperti dirinya dulu. Angkara hanya sedih, kenapa dari sekian banyak kenakalan yang bisa Adel lakukan, Adel memilih meniduri banyak perempuan?
"Aku gak mau nerusin bisnis Papa, maaf banget ya Pa. Papa kasih bisnis Papa ke anak yang ada dalam kandungan Tante Naomi, anaknya cowok kan ya?" Adel melirik ke arah ibu tirinya, ia tersenyum saat Naomi tersenyum kepadanya. Adel memang tidak suka Naomi, tetapi ia tidak punya alasan untuk bersikap buruk, bagaimanapun juga, Naomi istri ayahnya.
"Iya, calon adik kamu laki-laki." Naomi tersenyum sambil mengusap perutnya yang sudah membesar, tinggal menunggu sebulan lagi, putranya akan lahir. "Dia pasti akan setangguh kamu."
"Aku akan ajarin dia bela diri dan olahraga. Dia beruntung karna terlahir dari orang tua sebaik kalian." Adel menatap mereka secara bergantian. "Dia yang akan mewarisi semua perusahaan Papa."
"Papa berharap sama kamu, apa itu salah?" Angkara mengusap puncak kepalanya. Hatinya sangat hancur mengetahui kebiasaan buruk Adel selama ini, tetapi bodohnya, sebagai seorang ayah, ia tidak bisa berkutik, ia takut kehilangan Adel lebih jauh lagi jika ia mengekang Adel.
"Itu bukan yang aku mau, Papa selalu menghargai keinginan aku kan Pa? Aku gak akan nerusin perusahaan Papa dan aku juga gak akan nerusin perusahaan Mama." Adel kembali fokus pada Angkara. "Boleh biarin aku sendiri ya, biarin aku dengan pilihan aku sendiri, boleh ya? Aku sayang Papa." Adel beranjak, mencium pipi ayahnya sebelum berjalan mendekati Naomi. "Aku pamit dulu, Tante." Adel mencium perut Naomi, berpamitan pada adiknya.
"Kamu mau ke mana? Baru sampai, Papa masih kangen." Angkara berdiri, ingin menahan tangan Adel.
"Aku ada janji sama temen. Oh ya, satu lagi, berenti ikutin aku atau aku akan memenggal kepala penjaga papa." Adel tersenyum sekilas dan langsung melangkah tanpa ingin mendengarkan apapun lagi. Senyumnya pudar begitu saja. Bagaimana ia bisa tinggal bersama seseorang yang sudah menghancurkan kebahagiaan Ibunya? Itu tidak akan pernah terjadi.
"Dari semua hal yang bisa dia warisi dari kami, dia memilih mewarisi sifat buruk ibunya dengan menjadi seorang lesbian." Angkara memandangi punggung Adel yang kian menghilang. Matanya berkaca, jika bisa, ia ingin menangis sejadi-jadinya setiap kali penjaganya melaporkan apa saja yang Adel lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA
FanfictionApa yang lebih sulit selain menjalin hubungan dengan seseorang yang masih terikat oleh masa lalunya?