ENAM

117 26 83
                                    

Jansen baru saja sampai di tempat parkir Bukit Bintang. Ia keluar dari dalam sedan hitamnya seraya mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana jeansnya untuk menghubungi Hanny.

Namun, tak sempat Jansen menekan tombol hijau pada ponselnya karena ia melihat gadis tangguh tersebut sedang berlari kecil ke arahnya.

Are you alone?” tanya Jansen setelah Hanny sampai di hadapannya.

Follow me!” tegas Hanny sembari menggandeng tangan kanan Jansen tanpa memperdulikan pertanyaan pria tersebut.

Jansen hanya menurut. Jujur saja, sebenarnya ia merasa cukup senang ketika Hanny mau menyentuhnya.

Saat itu, Hanny langsung membawa Jansen ke kedai lesehan yang sempat ia dan Lala datangi tadi. Setelah sampai, Hanny menyuruh Jansen untuk duduk di salah satu lesehan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Netra gadis tangguh tersebut kembali tertuju pada Yudha yang jaraknya cukup jauh dari tempat Hanny dan Jansen berdiam diri. Di hadapannya, Jansen tampak menautkan alisnya karena ia masih belum mengerti dengan perilaku Hanny saat ini.

Netra pria berwajah tampan itu mulai mengikuti ke mana arah pandangan Hanny tertuju. Setelah dirasa cukup jelas, ia spontan menarik pelan pergelangan tangan Hanny seraya menatap wajahnya dengan begitu tajam.

Hanny terkejut. Ia langsung menoleh ke arah Jansen sembari mengerutkan dahinya.

“Jangan membagi perhatianmu ketika saya sedang berada di sini!” tegas Jansen seraya mengeratkan genggamannya pada pergelangan tangan Hanny.

Hanny mulai melunak. Sebenarnya, ia juga merasa tidak enak karena sudah berniat untuk memanas-manasi Yudha dengan membawa Jansen bersamanya.

“Selesaikan dahulu urusan kamu bersama pria itu, baru hubungi saya kembali!” Jansen kembali menegaskan. Setelahnya, ia tampak melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Hanny seraya beranjak dari sana.

Hanny menatap kepergian Jansen tanpa bersuara. Ia kira, Jansen akan mengerti dengan situasinya karena pria itu terlihat cukup dewasa.

Namun, kali ini Hanny juga sudah sangat keterlaluan. Seharusnya, ia membicarakan terlebih dahulu permasalahannya pada Jansen, sebelum ia bertindak.

Sementara itu, Jansen baru saja sampai di dekat tempat parkir. Tiba-tiba, ia menghentikan langkahnya sebelum ia sampai di dekat sedan hitamnya.

Mana mungkin ia tega meninggalkan gadis pemarah itu di tempat seperti ini? Tempat yang sangat jauh dari jalan raya. Walaupun tempat wisata ini cukup ramai, tapi, tidak ada kendaraan umum yang bisa membawanya turun ke bawah.

Dengan segera Jansen kembali berbalik untuk menghampiri gadis tersebut. Jansen melihat Hanny masih duduk termenung sembari menundukkan kepalanya di tempat lesehan tadi.

Jansen kembali melangkahkan kakinya. Tapi, ia tampak terus berjalan melewati Hanny tanpa menatap gadis tangguh tersebut. Tampaknya, Hanny juga tidak menyadari ketika Jansen berjalan melewatinya.

Tujuan Jansen kali ini adalah menghampiri Yudha yang masih duduk di sebuah bangku, berdampingan dengan selingkuhannya.

Tanpa permisi, Jansen tiba-tiba duduk di hadapan Yudha dan wanita tersebut sehingga membuat keduanya sangat terkejut.

“Lo siapa?” tanya Yudha dengan sedikit emosi karena ia masih terkejut.

Jansen tampak menajamkan tatapannya pada pria brengsek tersebut. “Akhiri hubungan kamu dengan gadis itu sekarang juga!” tegasnya dengan pelan sembari mengarahkan telunjuknya singkat ke arah Hanny duduk.

Netra Yudha tampak mengikuti ke mana arah telunjuk Jansen tertuju. Ia semakin terkejut melihat Hanny yang sedang duduk di sebuah lesehan sembari menundukkan kepalanya.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang