Palang berwarna merah yang di cat di depan pintu rumah menunjukkan bahwa sang penghuni telah terinfeksi.
Semenjak tahun 1347, sebuah virus mengerikan menyebar luas di Eropa. Menyebabkan 60% populasi meninggal karenanya. Penyakit itu disebut Black Death. Salah satu sejarah penting pada abad pertengahan.
"Lepaskan aku!" [Name] berteriak sembari memberontak. Kerah baju bagian belakangnya ditarik paksa oleh petugas yang berjaga.
"Kalau sampai kami menemukanmu masuk ke rumah itu lagi, kami akan menganggap mu terinfeksi juga, paham?!" Sang Watcher, menegur [Name] dengan tegas. Watcher adalah salah satu pekerjaan yang muncul ketika wabah itu mulai menyebabkan banyak penduduk meninggal. Tugasnya tak jauh dari mengamati dan memastikan bahwa orang yang 'terinfeksi' tidak keluar dari rumah dan menyebarkan penyakit mematikan itu.
"Ibuku di dalam! Tentu saja aku harus merawatnya!" [Name] menyahut tanpa gentar.
"ARGH! ANAK INI! Sudah ku bilang, dia terinfeksi! Virusnya menyebar dengan cepat, kau mau menjadi mayat juga?!"
"Iya!"
"Dasar gila!" Petugas itu hanya memijit pelipisnya, tidak habis pikir dengan gadis aneh di depannya.
"Kalau kamu mau mati berdua dengan dia, silahkan. Aku sudah tidak peduli lagi!" Ucapan petugas itu terdengar kejam dan tidak seharusnya dikeluarkan dari bibir seseorang yang sudah diberi kepercayaan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Memang, kebanyakan dari pekerja dadakan jaman Black Death adalah para orang tidak bertanggung jawab dan tidak berpendidikan. Mereka malah terhitung melakukan pekerjaan dengan alakadarnya. Terlebih sebuah pekerjaan bernama The Corpse-bearers yang berhubungan dengan para mayat. Corpse-bearers memiliki tugas untuk mengumpulkan mayat-mayat yang tergeletak lalu meletakkannya ke gerobak.
✧
✧
✧
[Name] mengendap masuk ke dalam rumah. Jangan tanya bagaimana dia melakukannya, [Name] hanya mengikuti instingnya. Ibu angkatnya terperanjat kaget melihat [Name] yang tiba-tiba telah berada di belakangnya.
"[Name], kenapa kamu kemari? Bagaimana jika mereka tahu? Kau sebaiknya keluar, atau kau akan terinfeksi.."
[Name] malah semakin mendekat, ia memberikan sepotong roti pada Ibu Angkatnya itu. "Yang penting kan; mereka tidak tahu. Dan lagipula aku tidak bisa terinfeksi, kok."
"Terima kasih," Ibu Angkatnya menerima roti itu dengan senang hati. Di zaman dimana para rakyat jelata kesusahan, roti sudah terbilang cukup mewah. "Kau dapat ini darimana?" Tanya nya sedikit menyimpan rasa curiga.
Melihat [Name] yang tak kunjung bersuara, maka terjawab lah sudah pertanyaannya tadi. "[Name], kau mencuri lagi, ya?"
"Kali ini yang terakhir deh, janji." [Name] tersenyum lebar seolah tak berdosa. Wanita didepannya hanya menghembuskan nafas pasrah.
"Kalau aku melakukannya lagi, aku janji lagi." Sambung [Name] enteng.
"[Name]," Tangan kirinya yang pucat dan kurus mengusap pipi [Name] lembut, "jangan terbiasa melakukan hal yang tidak baik."
"Iya, Ibu."
"Kita harus tetap mempertahankan moral agar dunia tidak runtuh."
"Iya, Ibu."
"Gadis baik. [Name], anak-ku."
Adalah percakapan terakhir mereka. Hingga dua hari kemudian Sang Ibu ditemukan tewas karena penyakitnya yang sangat ganas. [Name] hanya memperhatikan dari jauh ketika seorang Corpse-bearers mengangkut jenazah wanita itu lalu menumpuknya di atas mayat-mayat lain yang juga meninggal pada hari yang sama.
"Moral?" [Name] bergumam, bertanya entah pada siapa.
"Memangnya moral itu masih ada?" [Name] pun kembali berkelana.
◉TBC➡︎
『••✎••』
◈Author's Note◈
Haloo, ini bonus chapter! Dan selanjutnya akan berisi tentang flashback ataupun scene tertentu dengan karakter Lookism. Cerita selingan. Dibaca oke, tidak dibaca juga gapapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption [Lookism X Reader]
Fanfiction[VER. REVISI] Dia...sendiri, dia bukan siapa-siapa. Sejak awal, seharusnya atensinya tidak ada. Dia adalah bug dunia ini yang muncul untuk menebus dosa. Yang tidak ada, teruslah seperti itu. Jangan ikut campur dengan urusan dunia, dan kau malah men...