Prologue

441 66 25
                                    

"Jangan terlalu mencolok. Pastikan orang-orang tidak melihat kamu!"

"Kamu tidak boleh memamerkan kepintaran kamu pada siapa pun."

"Jangan bersinar. Karena itu menyakiti Papa..."

Kata-kata itu sudah biasa Syailendra dengarkan setiap hari. Sudah menjadi makanan sehari-hari baginya dianggap tidak ada dan tidak boleh ada di antara semua orang.

Lelaki itu tumbuh dengan luka. Namun seiring waktu luka itu tidak lagi berarti. Ia ... sampai lupa caranya senyum.

Syailendra suka sunyi. Karena dengan sendirian ia merasa tenang dan menjadi diri sendiri. Bebas dari semua aturan dan kekangan. Bebas dari penjara rasa sakit yang ia dapat dari keluarga tercintanya.

Masa remaja yang harusnya diisi dengan aneka warna itu nyatanya ia lalui dalam kubangan kelam. Ia ... tidak boleh terlihat oleh siapa pun.

____________

"Kapan Papa mau menemaniku mengambil rapor? Setiap pembagian rapor keluargaku tidak pernah datang. Bahkan untuk menyebutkan siapa orang tuaku saja aku tidak diperbolehkan." -Syailendra

"Kamu ... berbeda. Makanya Papa spesialkan," -Gunawan.

Setiap bintang tidak melulu harus bersinar. Bintang itu bernama Syailendra. Lelaki sederhana dengan seribu luka.

****** 

Seribu Luka, Seribu Rahasia [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang