Kepala Keluarga

17 9 0
                                    

"Mas Agra, kalau boleh saya kasih saran kamu sebaiknya jangan terlalu keras sama Servino."

Kesepuluh jemari Agra tampak sibuk berkutat menggeser layar I-pad ke bawah, fitur e-mail. menunggu berkas terkirim dan jawabannya melesat masuk dengan cepat di saat Agra masih menikmati waktunya di ruang kerja sedangkan Istrinya baru saja tiba menit lalu membawakan Agra secangkir kopi hangat, pahit. Agra memang berencana untuk sekalian diet lantaran dia perlu mengurangi jajan di luar dan lebih menghargai perasaan Istrinya yang mungkin sering Agra abaikan karena Agra sangat berdedikasi terhadap pekerjaannya dan bukan hobi yang seperti Istrinya rutinitas lakukan.

Jangan salah paham, Agra tidak mengatakan kegiatan rutinitas Istrinya membosankan atau keliru, bagi Agra berkebun, mengurus binatang peliharaan, dan menyapa tetangga adalah tiga rutinitas membosankan yang acapkali membuat Agra gemas karena Istrinya kurang piawai bekerja. Agra mungkin terlalu mandiri sejak kecil, sehingga hasil akhirnya seluruh saudara kandung Agra sukses. Mereka bukan pewaris melainkan perintis, tapi mereka akan mewariskan apapun yang telah mereka dedikasikan selama bertahun-tahun kepada yang pantas. Tentunya kriteria seperti Istrinya tidak selalu masuk. Agra akui Istrinya sangat baik hati, murah senyum seperti Aurellya, dan cantik. Tapi ke semuanya itu hanya fatamorgana sesaat yang kebahagiaannya tidak abadi.

Agra menjabarkan secara terus terang, hidup tidak peduli latar belakang kita siapa, ketika Agra memutuskan untuk tidak bersekolah di negara yang memang tidak mewajibkan Agra meraih gelar tinggi, meski nekat Agra tidak pernah sedikitpun mengeluhkan dan menyesal atas tindakan masa lalunya di masa sekarang dengan jabatan dua, yakni sebagai kepala rumah tangga sekaligus sebagai pengendali perusahaan, Resident. Agra bosan dengan bahasa sansekerta CEO apalah itu, jadi Agra memiliki inovasi baru dengan nama Resident, nyaris mirip dengan jabatan Presiden. Namun sayangnya, Agra tidak bisa menjabat ke dalam ranah tersebut karena di negaranya tinggal Agra cukup tahu aturan main aparat penegak hukum.

"Dia.. PUTRA saya. Saya BERKUASA atas kehidupan dan masa depannya." Jawab Agra sederhana namun cukup menohok ternyata untuk Istrinya yang kesulitan beradaptasi dengan sisi arogan Agra.

"Saya mengerti, mas. Saya hanya menyarankan dan tidak ada salahnya untuk memberi Servino kebebasan."

Agra yang tadinya asyik dalam dunianya kini tercekat atas perkataan Istrinya barusan yang dinilai manja. Istrinya berlebihan soal memanjakan dua anak mereka. Dari Aurel, Agra salah mendidik Aurel karena Istrinya bersikeras, kepala batu, untuk berkuasa atas kehidupan dan masa depan Putri sulung mereka itu selama Aurel belum pernah terlibat berkencan dengan pria manapun. Dan Agra tidak ingin Aurel yang justru jadi. Agra akui dia arogan, tapi bukankah mendidik Aurel menjadi sepertinya malah akan menyakiti hati Istrinya semakin dalam dan trauma?

Agra selalu berupaya dengan berpikir ke depan, ke masa depan tanpa ada huru-hara di masa lalu. Istrinya yang keliru, Agra masih bisa toleransi. Tapi maaf, jika sudah menyangkut masa depan dan kehidupan kedua anak mereka, Agra berhak untuk menghentikannya seperti kegiatan Agra kali ini yang enggan menyentuh kopi buatan rumah Istrinya menit lalu agar Istrinya paham jika batasan telah dilanggar sama dengan memicu api.

"Jika kamu terus ikut campur, besok dan seterusnya kamu bisa keluar."

Istri Agra mendelik tidak terima, setengah angkara. "Mas usir aku?" Tanyanya dengan nada terkejut luar biasa.

Agra mengangguk tegas. Tidak bisa berkompromi maka Agra juga tidak memiliki toleransi terhadap aturan main Istrinya yang di luar ekspetasi Agra dan hampir ke semua rencana itu modalnya dari dia. Jangankan kepada kedua anak mereka, kepada Istrinya Agra pantang mundur jika memang prinsip serta modalnya benar dari tabungan Agra sendiri. Hal ini tentunya sudah dirancang sedemikian rupa olehnya sebelum proses sah di gereja.

VRIJE STIJL [Semi-Baku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang