Siang ini, Hanny masih setia menjaga Henny yang terbaring di atas brankarnya. Ia enggan meninggalkan adik kesayangannya itu. Padahal, hari ini ia ada kelas pagi yang tidak boleh terlewat.
Beberapa saat kemudian, Hanny melihat Henny mulai tertidur. Adik kandungnya itu memang belum sempat tertidur setelah ia datang ke rumah sakit, tadi pagi.
Tak lama kemudian, Hanny melihat Nazar yang masuk ke dalam ruang rawat inap kelas tiga tersebut dengan membawa kantung bungkusan. Sepertinya, isi dalam bungkusan itu adalah menu makan siang untuk Hanny.
“Makan dulu. Adek biar Papa yang jaga,” ujar Nazar sembari meletakkan bungkusan yang ia bawa di atas nakas, samping brankar Henny.
“Nanti aja, Pa. Aku belum laper,” tolak Hanny seraya menatap ayahnya.
“Kalo gitu, tolong jaga dulu adik kamu. Papa ada sedikit urusan di pasar. Sebentar lagi, Mama kamu ke sini buat gantiin kamu dulu,” imbuh Nazar yang hanya dibalas dengan anggukkan kepala oleh Hanny.
Setelahnya, Nazar kembali berlalu keluar ruang intensif tersebut. Siang hari seperti ini memang waktunya untuk Nazar menagih hasil dagangan yang ia titipkan kemarin pagi ke jongko-jongko.
Drrrrrttt ...
Tiba-tiba, Hanny merasakan ponselnya bergetar singkat di dalam saku. Tanda bahwa ada yang mengirim pesan singkat padanya. Hanny pun segera meraih ponselnya seraya membaca isi pesan tersebut.
Hanny segera mengetik balasan pesan untuk Jansen.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE : Our Story
RomansaDeskripsi nyusul, yaa.. intinya ini kisah nyata dan aku berkolaborasi dengan adik iparku.