"Bandung itu indah meski ia tidak tersenyum. Ia akan tersenyum jika memilikimu disana."
***
02. Bandung, Ayah dan Anak Perempuannya
Cuaca yang panas membuat Aruna berjalan menuju kedua sahabatnya ogah-ogahan. Berbeda dengan keduanya yang masih semangat 45.
"Dapet berapa tanda tangan lo?" tanya Rindu pada Aruna.
"Satu," jawab gadis itu seadanya.
Praktis membuat kedua sahabatnya itu ternganga. "Hah?! Nggak mau menang?" tanya Anna dramatis.
Aruna menggeleng polos.
"Nggak.""Iya sih, hadiahnya paling nggak seberapa," komentar Rindu sepakat.
Tetapi sebenarnya, perlombaan mengumpulkan tanda tangan senior itu bukan tentang menang atau kalahnya, bukan tentang besar atau kecil hadiahnya. Melainkan perihal bagaimana para siswa baru berinteraksi dengan lingkungan sekolahnya.
Namun sayang, Aruna tidak tertarik untuk akrab dengan para seniornya. Baginya, hidupnya adalah miliknya. Menikmati seorang diri tidak begitu buruk juga.
"Abang lo mana sih, Run? Daritadi gak keliatan?" tanya Anna setengah kesal lantaran dia sudah tampil menawan namun sang pujaan hati belum menampakkan puncak hidungnya sama sekali.
Yang ditanya merotasikan bola matanya malas diiringi helaan napas lelah. "Lo cari sendiri aja lah!" balasnya jengah.
"Ya tapi kan lo adeknya! Bantuin dong, ya?" pinta Anna dengan raut sok diimutkan.
"Gak! Lo yang pdkt gue yang repot!" sinis gadis bergingsul itu pedas.
Rindu hanya terkekeh menanggapi. "Udahlah, An. Usaha sendiri lah, nanti kalau berhasil, bangganya full buat pribadi. Kalau ditolong sama Runa, nanti bahagianya juga harus bagi dua," paparnya aneh.
"Bacot syekali anda, Bung!" cetus Anna menoyor kepala Rindu pelan.
"Eh lo pada mau pesen apaan?" tanya Rindu seraya berdiri untuk segera memesan makanan.
"Biasa, cappucino cincau sama batagor," kata Aruna cepat.
"Lo apaan, Miska?" tanya Rindu beralih pada Anna. Sebenarnya ia malas bertanya pada gadis siluman bebek itu, sebab jawabannya selalu tidak beres.
"Mau yang dingin tapi gak pake es," celetuk Anna seenaknya.
"Air keran masjidil haram gue ambilin sekarang buat lo!" cetus Rindu kesal.
Perempuan itu berjalan untuk memesan makanan, mungkin hari ini bukan hari terbaik dalam hidup Rindu, sebab tak lama, seseorang menabraknya dengan kuat.
Brak!
"OMAYGAT!! ANJIR!! SORRY GUE GAK SENGAJAAA!"
Rindu terlonjak kaget seraya melongo. Ini orang apa terompet sangkakala?! Berisik banget! Yang menabraknya menjulurkan tangan, berniat membantunya berdiri, dan disambutnya dengan baik.
Begitu Rindu berdiri, si penabrak langsung meminta maaf. "Maaf banget. Gue gak sengaja, tadi kurang merhatiin jalan," paparnya.
Rindu mengangguk.
"Iya, gapapa, kok.""Oh iya, Gue Yuna, Ayuna Miswari," ucapnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya.
Dengan senyuman, Rindu membalas uluran tangan Yuna. "Gue Rindu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta, Dia Ohana
RastgeleBandung, 2023, aku dan kamu. "Pada akhirnya, Tuhan pemenangnya." *** Semesta, dia Ohana. Yang tercantik di SMA Dhinaya. Pemilik nama indah yang memikat hati siapapun, indah yang sama dengan jingga diujung langit. Penikmat hujan dengan caranya sendir...