7

410 25 0
                                    

Pada malam hari…

Zuohang sedang menyelesaikan pekerjaan rumahnya ketika dia mendengar suara kakaknya memanggilnya.

“Azuo, ayo kita pergi makan malam!”

Zuohang segera menyimpan alat tulisnya dan bergegas menuju meja makan. Dia melihat Chengxin menyendok nasi untuknya. Tanpa membuang waktu, Zuohang duduk dan mulai makan malam. Saat makan, Zuohang memperhatikan sesuatu yang sedikit aneh pada saudaranya.

“Ermmm… Kak Ding, kenapa di lehermu ada bekas ungu tua seperti memar. Apakah kamu berkelahi dengan seseorang?” tanya Zuohang sambil matanya melihat tanda di leher Chengxin.

Chengxin tersentak mendengar pertanyaan Zuohang. Dia tidak mengira Zuohang memperhatikan tanda itu. Chengxin tiba-tiba teringat apa yang terjadi di kantor tadi.

Flashback…

“Kamu tahu apa salahmu, Ding Chengxin?”

Chengxin kaget mendengar pertanyaan dari atasannya. Nada yang digunakan bosnya sangat dingin dan menuntut jawaban dari Chengxin.

“Err… a…aku tidak…tahu apa…salahku bos,” jawab Chengxin dengan tergagap.

‘Aura gelapnya membuatku sulit bertahan. Sudahlah auranya gelap, mencengkam bumi pula,’ desah Chengxin. Dia hanya memandang lantai bilik bosnya sahaja. Chengxin tidak berani menatap mata Jiaqi seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.

“Kau benar-benar tidak tahu?” tanya Jiaqi dengan nada datar namun menuntut. Chengxin menggelengkan kepalanya ketakutan. Dia benar-benar tidak berani menatap wajah Jiaqi yang begitu mengerikan untuk saat ini.

Jiaqi yang geram dengan jawaban Chengxin mendekatkan wajahnya ke leher Chengxin. Tanpa aba-aba, dia menggigit leher Chengxin begitu keras hingga meninggalkan bekas ungu di leher Chengxin.

“Arhhh!!! A…apa yang…bos lakukan?” tanya Chengxin sambil memegangi lehernya yang digigit oleh Jiaqi. Jiaqi hanya tersenyum sinis dan berkata,

“Jangan berani-berani dekat dengan pria lain selain aku! Ingat kamu hanya milikku Ding’er!”

Chengxin kaget mendengar ucapan Jiaqi. Bukan kata-katanya yang mengejutkan Chengxin, melainkan panggilan Jiaqi padanya. Panggilan itu menunjukkan kalau Jiaqi benar-benar serius dengan ucapannya.

End flashback…

“Kakak! Kakak! Kak Ding!” panggil Zuohang dengan agak kuat. Chengxin yang sedang melamun mengingat kejadian tadi sore terkejut. Dia menoleh dan menemukan adiknya sedang menatapnya dengan ekspresi khawatir.

“Kakak, kamu baik-baik saja? Azuo panggil dari tadi tapi kakak tidak menjawab,” kata Zuohang.

“Kakak tidak apa-apa. Maaf sudah membuat Azuo khawatir. Sekarang Azuo cepat habiskan makanan dan kemudian bersiap untuk tidur. Kamu jangan bergadang pula. Kamu baru sahaja sembuh,” jawab Chengxin sambil mengusap rambut Zuohang. Zuohang menatap wajah kakaknya dan menganggukkan kepalanya. Dia kemudian menghabiskan makanannya. Tidak ada lagi percakapan di antara mereka.

‘Kak Ding bertingkah aneh!’

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sampai jumpa di chapter seterusnya.

Transmigrasi ZuohangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang