09. Hati yang Rumpang

24 7 0
                                    

"Maaf kami ingkar janji, namun percayalah setelah ini kita akan bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik"

🎶

Nabastala tertutup mendung malam itu, membuat lintang yang seharusnya menghiasinya tak terlihat menyisakan gelita yang menyapa sejauh mata memandang. Chandra yang seharusnya juga ikut menghiasi nabastala dengan sinar indahnya, kala itu juga memilih untuk menyembunyikan diri di balik gumpalan mega mendung.

Sedikit hembusan ringan dari sang bayu mampu membawa hawa dingin yang rasanya mampu menusuk tulang ketiga anak yang kini tengah menunggu kedatangan dua sahabatnya di teras rumah yang terlihat tak begitu mewah, nampak sederhana, namun nyaman untuk ditinggali.

"Mas apa kita pulang aja? Udah jam 9 mereka belum balik" Anak itu berkata setelah melihat jam tangan digital miliknya yang menunjukkan pukul 21.00, itu berarti sudah hampir satu jam mereka menunggu disana.

"Bentar lagi aja, kan tadi Tante Laras bilang bakal anterin Mas Yafi sama Bhumi pulang, mereka nggak nginep dirumah sakit" Ucap anak tertua diantara mereka, sebenarnya ia tak tega melihat kondisi kedua sahabatnya yang nampak kedinginan, namun disisi lain ia juga tak ingin kehilangan moment dengan Yafi dan Bhumi.

Ia mengamati anak termuda diantara mereka yang bahkan telah melepas sarung yang ia kenakan sambil duduk berjongkok, untuk menutupi tubuhnya dari terpaan hawa dingin. Sejenak pikirannya melalang buwana memikirkan kondisi tubuhnya, sempat terbesit perasan iri dalam hatinya kepada orang lain dengan kondisi normal seperti sahabatnya "Gimana sih rasanya kedinginan?"

Usai mengaji dengan ustadz mereka memutuskan untuk menuju rumah dua sahabatnya, mereka ingin menginap dan menemani malam terakhir mereka bersama, sebelum dua diantara mereka benar-benar pergi jauh.

Beberapa saat kemudian senyum merekah menghiasi wajah ketiganya, saat sebuah mobil berwarna putih milik Laras mulai memasuki halaman rumah Yafi dan Bhumi. Sesuai harapan mereka bertiga, tiga orang yang berada di dalam mobil itu mulai turun satu persatu, seperdetik kemudian Laras, Yafi dan Bhumi cukup terkejut karena kedatangan mereka telah disambut oleh Sandy, Tara, dan juga Harsa. Mereka berenam kini berkumpul di bawah temaramnya lampu teras rumah Bhumi dan Yafi.

"Kalian bertiga ngapain disini?" Tanya Laras, gadis itu cukup khawatir pada kondisi ketiga anak dihadapannya, pasalnya udara malam ini terasa cukup dingin, dan ketiga anak itu tak memakai pakaian yang mampu melindungi tubuh mereka dari terpaan hawa dingin.

"Nungguin Mas Yafi sama Mas Bhumi" Jawab Harsa yang kini berdiri tepat didepan Laras, sembari tersenyum menampakkan barisan giginya yang rapi.

"Kenapa nggak nunggu di rumah aja? Kalian pasti kedinginan kan, yaudah ayo masuk dulu" Kelima anak itu segera berjalan masuk ke dalam rumah, setelah mendapat komando dari Laras,meminta mereka untuk menunggu di ruang tamu sementara dirinya membuatkan minuman hangat untuk mereka.

"Kita boleh nginep disini kan tante?" Tanya Harsa setelah Laras menyerahkan secangkir coklat panas untuknya, mendengar hal itu Laras tersenyum, kemudian mengusap kepala Harsa "Boleh kok nggak ada yang ngelarang kalian buat nginep disini"

Kelima anak itu tampak senang mendengar jawaban dari Laras, membuat Laras sempat berfikir apakah dirinya dulu juga punya teman seperti mereka?

"Oh iya Yafi, Bhumi beresin kamar kalian gih, kan temennya mau nginep" Pinta Laras pada kedua keponakannya, membuat kedua anak itu menangguk kemudian beranjak dari duduknya, bukan hanya mereka tapi ketiga anak lainnya juga berdiri hendak membantu.

"Kalian mau kemana?"

"Mau bantuin Mas Bhumi sam Mas Yafi tante" Ucap Harsa yang kemudian melenggang pergi mengikuti Yafi dan Bhumi di susul Tara dan Sandy, hal itu membuat Laras menggeleng kecil, mereka semua ternyata sangat menggemaskan.

- --- -- --- .-. .-. --- .-- (Tomorrow) || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang