33. Jangan paksa apa?

36 3 0
                                    

Hai pren
Maaf menunggu lama

Selamat membaca..

.
.

"Jangan memaksa seseorang untuk mencintai mu, meski kamu mencintai nya."

.
.


Karna terlalu bosan di rumah barunya membuat cewek bernama Windy itu harus motoran sore-sore untuk menghilangkan rasa bosannya. Apalagi sekarang ia belum memiliki teman akrab. Meski langit sudah berubah warna menjadi jingga tidak membuat Windy ingin cepat-cepat pulang ke rumah, ia lebih baik motoran sampai malam tanpa tujuan daripada bosan tidak ada teman ngobrol di rumah.

Masih asik menikmati pemandangan, matanya tak sengaja menatap seseorang yang tak asing di indra penglihatannya. Iya, yang dilihatnya adalah Syakila yang menenteng dua buah tas ransel berukuran sedang. Segera, Windy langsung menghampiri Syakila.

"Woy, Syakila kau, kan?" Tanya Windy yang memastikan bahwa orang yang beriringan dengannya itu memang benar Syakila.

Keluar sudah logat Medan nya.

Merasa ada yang bertanya padanya, Syakila lantas menghentikan langkahnya. "Windy? Ngapain Win?"

Windy reflek mengerem motor beat kesayangannya. "Seharusnya gue yang tanya begitu sama lo. Ngapain udah mau maghrib begini masih keluyuran, mana bawa-bawa tas se gede gaban."

Syakila menyengir, meski begitu tak dapat menutupi matanya yang terlihat sembab. "Biasa, di usir dari rumah." Sahutnya enteng.

Windy melotot kaget. Bagaimana bisa teman sekelasnya itu di usir dari rumah tapi masih bisa tenang. "Busettt! Terus lo mau kemana?"

Syakila menggelengkan kepalanya. Walaupun sebenarnya ia ingin ke rumah Ayra untuk sekedar menginap disana, tapi ia tidak mau merepotkan sahabatnya itu. "Rumah Nurmala, tapi itupun kalau di kasih nginap disana."

"Yuk gue antar ke rumah Nurmala, lo kasih tau jalannya."

Mata Syakila berbinar. Untunglah ia bertemu dengan Windy, jika tidak, ia pasti akan membutuhkan waktu lama untuk sampai ke rumah Nurmala. "Makasih Windy." Sahutnya antusias. Syakila dengan cepat naik ke motor beat milik Windy.

"Eh, btw perkara apa lo bisa sampai di usir begini?" Tanya Windy yang mulai melajukan motornya.

"Oh iya, gue hampir lupa." Syakila menepuk dahinya sendiri. "Lo belum tau latar belakang keluarga gue, gimana ekonomi keluarga gue_"

"Broken home?" Tanya Windy memastikan.

Syakila menganggukkan kepalanya. "Iya. Ayah gue nikah lagi, dan pasti nafkah yang di kasih ke anak-anaknya berkurang. Hal itu yang buat gue mau ngga mau harus kerja, terkadang sampai pulang larut malam, setidaknya cukup untuk biaya sekolah gue."

Windy mengangguk-anggukkan kepalanya, sekarang ia dapat menyimpulkan apa alasan Syakila sampai di usir dari rumah. "Oke, sekarang gue tau, jadi, lo di usir dari rumah karna pulang sore?"

"Nah, itu lo tau."

"Kita temenan, soalnya gue juga anak broken home." Ucap Windy diakhiri kekehan kecilnya. Tidak ada yang lucu, cewek itu hanya menutupi kesedihannya dengan berpura-pura tegar.

"Serius?" Windy menganggukkan kepalanya. "Demi apa, Win?!"

"Disini gue tinggal sama adiknya mama gue, lebih tepatnya tante gue. Orang tua gue cerai, mama sekarang tinggal di Kepulauan Riau, papa tinggal di Aceh." Windy bercerita singkat. "Untungnya tante masih mau nampung gue, kalau engga.... Bisa dipastikan gue putus sekolah."

GENIUS CIRCLE [TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang