1. jeong+hoon

982 13 0
                                    

jeongwoo × jihoon

"Anak - anak! Ayah hitung sampai 3 kalau tidak muncul di hadapan Ayah, mainan kalian akan Ayah berikan ke tetangga sebelah ya!" Seru Park Jeongwoo sang kepala rumah tangga dengan sedikit kesal karena ulah si kembar, Park Junkyu dan Park Yoshi.

Memang betul ya apa kata orang - orang, memiliki anak yang menginjak usia 5 tahun memang sedikit merepotkan apa lagi untuk seorang Jeongwoo yang memiliki batas kesabaran di bawah rata - rata.

Bayangkan saja, waktu sudah menunjukan pukul 11 pagi namun si kembar masih belum juga keluar dari kamar untuk sarapan. Padahal Jeongwoo sudah memasak dari beberapa jam yang lalu. Ya memasak sekedarnya saja. Telur mata sapi dan nasi putih. Tapi itu sudah pencapaian yang luar biasa untuknya. Dua hari yang lalu Ia mencoba memasak menu yang sama, namun alhasil telurnya gosong karena Ia lupa memasukan minyak untuk menggoreng.

"Ihh Ayah kok begitu ngomongnya??? Mainannya kan baru di beli kemarin masa mau dikasih ke tetangga??" Kata Junkyu yang segera berlari ke arah sang Ayah diikuti oleh Yoshi yang masih memeluk mainan dinosaurusnya.

"Tidak perlu lari - lari nanti jatuh. Iya, akan Ayah kasih kalau kalian tidak mau menuruti Ayah" Sahut Jeongwoo sambil memperhatikan kedua putranya. "Iya Ayah maaf, tadi aku dan Junkyu keasikan bermain jadi lupa Ayah. Maaf ya Ayah, janji tidak akan mengulangi" Ucap Yoshi sambil mengajukan tangan kelingkingnya ke arah Jeongwoo dengan raut sedih.

Jeongwoo menarik nafas sambil memejamkan mata, dan berkata "Iya, kalian kalau bermain juga harus tau waktu. Itu makanannya sudah dingin. Ayah kan juga harus mengurus Bunda dan pekerjaan rumah. Jadi fokus Ayah terbagi - bagi. Sudah sekarang cepat makan nanti kalian ikut sakit Ayah yang pusing" Jeongwoo bersiap untuk berbalik menuju ruang makan namun berhenti ketika mendengar suara, "Ayahh mana jari kelingkingnya?? Ayah marah betulan ya sama aku sama Junkyu?" Ucap Yoshi di sambung dengan Junkyu "Iya ihh Ayah tidak boleh begitu Ayahh sama anak sendiri"

Jeongwoo menarik nafas dalam, berniat ingin membalas perkataan kedua anaknya namun Ia urungkan karena tidak mau memperbesar masalah yang sebetulnya kecil ini, sambil berbalik kemudian Ia berkata dengan tersenyum penuh arti "Iya jagoan - jagoan Ayah, Ayah maafkan. Nah sekarang ayo kita makan bersama ya di meja makan" sambil mengaitkan kelingkingnya dengan milik Yoshi, kemudian mengambil tangan Junkyu dan melakukan hal yang sama. "Okay Ayah!" Seru di kembar.

Setelah mereka duduk. Acara sarapanpun di mulai, Jeongwoo juga makan dengan menu yang sama dengan si kembar. Yoshi makan dengan lahap sambil sesekali menyuapi dinosaurusnya, dan Junkyu yang terlihat terpaksa karena nasi dan telurnya sudah terasa dingin. Kurang nikmat kalau menurut Junkyu.

Setelah beberapa waktu mereka menyantap sarapan, Junkyu membuka suara sambil menatap sang Ayah "Ayah, Bunda masih sakit? Kok belum keluar kamar?" Jeongwoo membalas melihat ke arah kedua anaknya "Iya, Bunda masih sakit tapi sudah tidak demam sih hanya saja kepalanya masih sedikit pusing", dilanjutkan dengan Yoshi bertanya "Ayah, Bunda sudah makan belum?" "Oh iya, Ayah tadi ......." Jeongwoo tiba tiba terdiam, matanya melebar membuat si kembar saling menatap satu sama lain dengan heran, dan Jeongwoo berkata "ASTAGA AYAH LUPA! BUNDA MU MINTA UNTUK DI MASAKAN BUBUR TADI" seketika Ia langsung bangkit dan berlari menuju dapur namun Ia dibuat terkejut ketika melihat sosok sang Istri yang sedang berdiri di depan kompor, kemudian Ia menghampiri Park Jihoon sang Istri.

Jihoon yang sadar akan kehadiran sang Suami menoleh ke samping "Eh Ayah, kenapa Yah? Ini aku sedang membuat bubur" Sambil tersenyum ke arah Jeongwoo. Jeongwoo dengan tatapan bersalah berkata "Sayang maaf, aku lupa. Tadinya aku ingin membuat bubur pagi - pagi namun aku melihatmu masih tidur dengan nyenyak jadi aku pikir akan ku buatkan nanti saja ketika sudah bangun. Namun karena tadi aku mencuci baju, memasak untuk si kembar dan, ... " "Eh Ayah kau memasak??!" Potong Jihoon yang sedikit terkejut dengan ucapan Jeongwoo, "Iya Bundaa aku sudah bisa masak. Masak telur mata sapi" Sambil tersenyum lebar hingga mata tajamnya berubah manjadi bulan sabit.

"Wah aku sakit baru beberapa hari namun kau sudah banyak kemajuan ya. Hebat sekali suami ku ini" Ucap Jihoon sambil mengelus sayang pipi sang suami sambil tertawa. Jeongwoo ikut tertawa dan kemudian mengambil tangan Jihoon yang berada di pipinya serta mengecupnya sekilas dan mengelusnya pelan sambil berkata "Jihoon, kau sudah baikan? Tidak apa - apa berdiri lama di dapur? Masih pusing? Kau mau duduk? Mau minum? Apakah demamnya muncul kembali? Apa.." Omongannya terhenti karena tiba2 Jihoon tertawa geli membuat Jeongwoo bingung "Sayangg, aku hanya demam bukan sakit yang parah. Aku sudah baik - baik saja. Tenang saja, demam tidak ada apa - apanya untuk ku"

"Ya sekarang kau berkata seperti itu, kemarin siapa yang meminta ku untuk memijit kepala mu, mengompres dahi mu, menyuapi mu karena hilang nafsu makan?" Ucap Jeongwoo sambil terkekeh geli. "Ishh yaa itu aku, maaf ya sudah merepotkan mu. Suami ku menjadi tahanan ku ketika dirumah" Mendengar hal itu Jeongwoo tertawa dan berkata "Bercanda sayangg, aku suka sekali menggodamu. Kau tahu itu kan" Sambil menaik turunkan alisnya dibalas oleh Jihoon yang merotasikan matanya.

Baru Jihoon ingin membalas perkataan suaminya, Ia segera menoleh ketika mendengar suara sang putra, "Bundaaa ayo temani aku dan Junkyu makan, sepi sekali rasanya hanya makan berdua" Yoshi sudah berdiri disana sejak beberapa menit yang lalu untuk memanggil kedua orangtuanya untuk makan bersama. "Ah iya cinta, Bunda dan Ayah akan menyusul kesana tunggu sebentar ya!" "Baik Bunda!"

Di hari itu sarapan di jam 11 pagi menuju jam 12 siang, di isi oleh obrolan serta canda tawa. Sang Bunda yang sudah membaik turut membawa suana ceria di hari itu.

end.

story about us -Treasure.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang