Liana menatap langit-langit kamar dengan perasaan tidak tenang. Gadis itu terus memikirkan pria bernama Rion Kenzo yang kini sedang memakai kamarnya.
"Mity..."
"Heum?"
"Menurutmu, apa yang sedang pria itu lakukan di kamarku?" Tanya Liana yang sedari tadi sudah merasa tegang.
"Maksudmu, Rion?" Tanya balik Mity yang diangguki oleh Liana.
"Entahlah, mungkin dia sedang membaca buku diary mu." Tebak gadis itu asal.
"Ohh tidak!" Liana berteriak kencang lalu bangun dari tidurannya.
"Ada apa?" Mity yang terkejut pun ikut terbangun.
"Aku harus mengambil sesuatu!!"
"Memangnya kamu punya buku diary?" Tanya Mity, padahal gadis itu hanya asal bicara saja.
Tanpa menjawab pertanyaan dari adiknya, Liana segera berlari menuju kamarnya sendiri.
"Ish aneh sekali!" Gumam Mity yang tidak peduli. Gadis itu malah membaringkan kembali tubuhnya dan menutup matanya rapat-rapat. Ini adalah kesempatan yang bangus untuk ia segara tidur, karena sedari tadi Liana terus saja mengajaknya mengobrol.
Di tempat lain...
Pria bersurai ungu itu sedang berjalan-jalan kecil menyusuri kamar Liana. Matanya tidak lupa melihat barang-barang yang sengaja diletakkan di sana. Tiba-tiba bibir tipis itu mengukir sebuah senyuman yang belum pernah dilihat oleh siapa pun.
"Tidak bisa dipercaya, kami bertemu kembali setelah sekian lama." Ucap Rion dengan kekehan kecilnya. Tangan pria itu mengambil bingkai foto yang dimana terlihat wajah polos Liana tengah terseyum bersama Mity.
"Wajahmu masih saja sama. polos-" Rion terseyum saat mengingat kejadian lima tahun lalu. Dimana saat itu Liana tengah mengatakan sesuatu kepadanya dengan wajah polos seperti itu.
Mata tajam Rion tidak sengaja melihat kotak kecil berwarna merah yang disimpan didalam laci lemari. Tangannya yang penasaran mencoba untuk mengambil kotak itu. Namun, baru saja ia akan membuka laci lemari, aksi Rion harus terhenti saat mendengar suara kenop pintu yang berusaha untuk dibuka dari luar.
Cklek~
Saat pintu terbuka, Rion bisa melihat dengan jelas wajah pucat Liana. Mata mereka saling melempar tatapan yang susah untuk diartikan.
Liana segera berjalan ke arah Rion, dan membuka laci serta mengambil kotak merah itu. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, gadis itu segera pergi untuk menghindar dari pria yang sangat ia benci itu.
"Tunggu." Cegat Rion dengan nada dinginnya. Liana sempat berhenti, namun kembali berjalan, ia terlalu malas untuk meladeni pria ini. Tidak, lebih tepatnya Liana tidak mau terjebak lagi.
"Apa kau tidak mengenalku?" Tanya Rion sedikit berteriak, tetapi Liana tetap saja berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya.
"Tapi aku mengenalmu, kau gadis yang aku tolak lima tahun lalu." Ucap pria itu dengan begitu mudah, dan ternyata itu berhasil membuat langkah kaki Liana terhenti saat mendengarnya.
"Ck! eumm, apa mungkin dia lupa?" Gumam Rion yang terdengar seperti sebuah ledekan bagi Liana.
Liana yang sudah tidak tahan berjalan menghampiri Rion dengan menatap tajam. Namun, Rion hanya menyambutnya dengan senyum yang meremehkan.
"Aku tidak lupa, bahkan aku selalu mengingatnya. Yang aku lupakan hanyalah wajah pria yang sedang terseyum sekarang." Balas Liana dengan penuh penekanan. Ingin rasanya ia menendang pria ini untuk pergi dari kamarnya. Tapi Liana tidak bisa, mengingat jika pria menyebalkan ini adalah tamu istimewa ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You (Rion Kenzo)
FanfictionSetelah bertahun-tahun lamanya. Kamu, Liana Christalia kembali dipertemukan dengan pria yang pernah menolak mu lima tahun lalu. Namun, bagaimana reaksi mu jika ternyata pria yang kamu cintai itu adalah calon suami dari adikmu sendiri. .... Warning :...