Chapter 83

1.7K 215 85
                                    

Akhirnyaaaa. . .

Akhirnya mereka berkunjung ke salon tepat setelah pukul enam sore.

Selesai berberes menutup toko, mereka langsung jalan ke salon itu tanpa ba bi bu lagi.

Jalan? Yeah, jalan. Tidak sampai sepuluh menit, Boboiboy sudah ada di salon itu bersama ketujuh putra itu.

"Selamat datang, tuan! Perasaan dah lama kali gak jumpa. Siapa nih yang warna rambutnya mau dihapus?"

"Dia kak. Langsung coba hapus aja ya kak, soalnya dia gak percaya kalau warna rambutnya itu gak bisa dihapus." kata Taufan dengan senyum ramahnya.

"Oh. . . jadi sebenarnya itu warna asli seperti punya kalian?" kepala orang itu meneleng lucu, sedikit mengintip Boboiboy, si orang baru yang baru saja pemilik salon kenal.

Boy yang berada di belakangnya menyipitkan matanya sedikit. Ada rasa tak sukanya dari omongan Taufan.

Oh ayo lah, hati dan pikiran Boy tuh dah percaya banget kalau rambut putih itu hasil usil salah satu diantara mereka.

Sudah pasti rambutnya dicat, tidak ada gugatan, ya kan?

Bahkan setelah Boy pikir-pikir sembari berjalan ke Salon ini pun, Boy rasa nanti bisa saja kakak salon dengan mereka ini sudah bicara duluan untuk menipu dirinya lagi.

Ya lah orang kaya, apa yang tidak bisa orang kaya lakukan demi mencapai tujuannya?

Boy cukup kesal dengan delusi mereka, terus meyakinkan dirinya kalau dia itu adik mereka.

Cari aja adiknya yang asli! Kenapa harus ke dia? Dia anak tunggal, tidak ada kakak sama sekali sejak dia lahir. Tidak ada uban. Tidak ada kaitannya dengan mereka bertujuh. Tidak. Ada.

Okay? Okay.

Tak usah lagi banyak basa-basi.

Hasilnya. . . tentu saja, tetap saja rambut pendek itu putih. Lagi.

"Tengok, kan dah berapa kali kakak katakan, tetap hasilnya tak akan berubah!"

"Gak percaya, kalian pasti ada bilang-bilang ke tukang salonnya buat entah cuci aja-"

Grep-

Gedebum!

"Woe-", Taufan.

Ngeriii Taufan lihat HP-nya sendiri dibanting oleh Blaze.

Blaze serta-merta membuka chat antar pemilik salonnya dengan mereka sebagai bukti. Dah geram dah dia dengan alasan-alasan Boboiboy yang tak mau menerima rambutnya.

"Nih ya adik, dari sini nih. Chatnya gak dibersihkan dari tahun kemarin karena udah langganan di salon ini. Terus, lihat tanggalnya ini baik-baik ya. Ini tanggal hari ini kan? Gak ada tulisan chat ini telah dieditkan? Kita bicaranya juga gak suruh orangnya buat ganti produk jadi sabun kan?"

". . . . . . . . ."

Sungguh, kesabarannya mau habis. Betulan. Mau habis hanya buat menanggani Boboiboy.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang