Chapter 3

161 17 5
                                    

•••

Asa membuka lemari mencari pakaian Sunghoon yang bisa dikenakannya, pilihannya jatuh pada kaos putih oblong berukuran besar di sana. Ia meraih kemudian mengenakannya, kaos itu berubah menjadi short dress ditubuh Asa.

Asa beralih duduk di atas ranjang sembari menatap sebuah foto yang terpajang rapi di rak kecil sebelahnya. Itu foto masa kecilnya dan Sunghoon di dalamnya juga terdapat sepeda pertama yang Sunghoon miliki, Asa tersenyum kecil kala mengingat betapa lucunya Sunghoon belajar menaiki sepeda untuk pertama kalinya. Kala itu Sunghoon kecil terjatuh setelah memamerkan kemampuannya mengendarai sepeda, awalnya Asa kecil menertawakannya sebelum melihat lutut Sunghoon yang terluka.

'Sunghoon-ah... Kau baik-baik saja?'

Itu kalimat yang diucapkannya pada Sunghoon sebelum ia menangis dengan keras. Asa tersenyum miris mengingat hal konyol yang dilakukannya kala itu, padahal ia secengeng itu dulu karena mengkhawatirkan Sunghoon tapi sekarang ia malah menjadikannya objek kebencian tak berdasar.

Pintu kamar itu diketuk pelan dari luar, terdengar Sunghoon memanggilnya meminta ijin untuk masuk. Asa melihatnya membawa nampan berisi secangkir teh hangat dan sekotak obat ditangannya.

Sunghoon memberikan cangkir itu pada Asa menyuruhnya meminum teh tersebut, Asa meminumnya kemudian meletakan cangkir itu kembali dan memperhatikan Sunghoon yang mulai berlutut di hadapannya seraya membuka kotak obat. Pria itu mulai mengobati luka-luka di kaki Asa dengan telaten.

Setelahnya Sunghoon beranjak duduk di samping Asa dan mengambil salep hendak mengoleskannya pada sudut bibir Asa, Asa memperhatikannya dan sedikit meringis kala rasa perih tiba-tiba menyerangnya.

"Maaf, apa sesakit itu?"

Nafas Asa tercekat saat tiba-tiba Sunghoon meniup bibirnya sedekat itu secara refleks.

"Sunghoon-ah..."

Sunghoon membelalak terkejut, sudah sekian lama akhirnya Asa kembali menyebut namanya dengan benar membuat Sunghoon tersentuh.

"Kenapa kau masih memperlakukanku dengan baik setelah semua perlakuan dan ucapan kasar yang aku katakan padamu?"

"Asa-ya boleh aku memelukmu lagi?"

Asa mengedipkan mata berulang kemudian mengangguk ragu namun Sunghoon lekas memeluknya erat, "Setelah ini jangan pernah bersikap dingin dan sok tangguh seakan kau baik-baik saja, jika keadaan sedang tidak baik kau boleh mengeluh. Ceritakan semua padaku, jangan memendamnya seorang diri."

Asa merespon dengan diam mendengarkan ucapan Sunghoon yang terdengar begitu tulus padanya.

Sunghoon menghela nafas, "Tapi, bisa kau sebut namaku sekali lagi?"

Asa menggigit bibir menahan perit yang melanda tenggorokannya, matanya pun mulai berkaca-kaca, "Sunghoon-ah..." Panggilnya dengan suara bergetar, "Maafkan aku..." Asa tak bisa menahan tangisannya, ia membalas pelukan Sunghoon lebih erat.

"Tak apa, jangan katakan itu." Sunghoon mengusap surai Asa dengan lembut berusaha menenangkannya yang malah membuat tangisan Asa makin menjadi.

Sunghoon perlahan melepas pelukannya untuk melihat wajah Asa dan menangkupnya, mengusap air mata gadis itu, "Aku tidak suka melihatmu banyak menangis seperti ini. Wajah ini lebih cantik saat tersenyum."

"Apa aku terlihat jelek saat menangis?"

Sunghoon mengigit bibir menahan rasa ingin tertawanya melihat bagaimana Asa menanyakan hal tersebut dengan bibir bergetar dan matanya yang sembab, itu terlihat lucu.

COOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang