Rabu, 24 Januari 2024.
"At least lo bisa bilang saat gue tanya waktu itu."
"Gue cuma gak mau lo sensitif cuma karena bahas Yuto."
Sejujurnya, Mingi hanya menjawab sesuai dengan keadaan yang benar terjadi pada dirinya sendiri. Karena memang di hari itu, Mingi berpikir demikian; jika menjawab dompet yang dia beli adalah hadiah untuk ulang tahun Yuto, mood Soobin mungkin akan memburuk. Terlebih, Soobin terlihat sangat penuh--kelelahan.
Waktu itu, justru Mingi sudah melakukan pencegahan dengan mengajak Soobin untuk mengantarnya. Agar tak tiba-tiba saja, Soobin tahu, bahwa Mingi memberikan Yuto sebuah kado.
Tapi tetap, jika dipergoki seperti ini, Mingi tahu dirinya akan ditempatkan di posisi yang salah.
Sudah terbiasa dari semua orang.
Mingi diam, ketika merasakan Soobin--di samping kemudi dengan keadaan mobil melaju, untuk pergi dari agensi, dan membuatnya meninggalkan motornya lagi--melirik ke arahnya. Mingi hanya mencoba pasrah saja akan keadaan.
"Semua lebih baik dari pada lo bohong, sih, Kak."
Bahkan posisi Mingi menunduk saja.
Tengah mempertanyakan; ada yang salah dari semua ini?
Mingi dan Yuto berada di agensi yang sama, dan tak seharusnya... dia menjauh, bukan? Selagi Mingi paham benar bahwa hal itu terjadi karena kesalahannya, sekalipun secara sadar Mingi tahu bahwa dirinya sudah ditinggal dengan kematian, tak ada hal lain yang salah, 'kan?
Sungguh, Mingi merasa sulit.
Ditambah dengan tak terbukanya Mingi dengan perasaannya.
"Seasik itu sampai lo aja gak sadar gue nelponin lo?"
Mingi mengangguk pelan, "maaf."
"Tsk!" Soobin berdecak kasar, dan mengacak rambutnya sendiri di kemudi.
Dari yang Mingi pikir, mungkin Soobin juga tak ingin keadaan mereka seperti itu. Sehingga Mingi diam, masih diam, ketika Soobin mencoba memperbaiki keadaan dengan menempatkan satu tangannya di atas paha Mingi. Soobin memberikannya tepukan pelan, sebelum mengusap secara hati-hati.
"Maaf. Maafin gue."
"Lo gak... salah, kok..."
"Maafin gue." Soobin mengulang, dengan suaranya yang melembut. Soobin di sana memastikan sambil menoleh padanya. "Kita mau pulang ke mana, hm? Mau ke kost lo, atau ke rumah gue?"
Mingi menggelengkan kepalanya.
Serius meminta, Soobin mengulang lagi. "Ayo? Gue ikut ke mana pun lo mau. Gue udah kosongin hari--lo gak perlu khawatir. Gue beneran kangen, cuma pengen sama lo. Berduaan sama lo, ya?"
Jika pergi ke Lotus, Mingi masih tak nyaman.
Jika pergi ke rumah Soobin, Mingi takut diabaikan.
Jadi Mingi perlahan membawa tatapannya ke arah Soobin, tepat ketika remasannya menguat. Mingi mendapati Soobin menoleh lagi, sembari sesekali tetap fokus, dan bisa melihat hal itu.
Rindu mereka sama.
Keadaan saja yang sudah agak berbeda...
.
.
.
Pintu salah satu kamar hotel itu dibanting, dan tangan Soobin bergerak mencari tempat untuknya menaruh key card, agar lampu sebagai fasilitas menyala. Sayangnya tak sampai. Soobin tak leluasa, dan key card jatuh ke lantai, karena Mingi yang masuk bersamanya, melampiaskan seluruh rindunya dalam satu ciuman yang sangat bernafsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BUTTERFLY EFFECT: MISSED CALLS (OCTAGON SPIN-OFF : BOOK ONE)
FanfictionDISARANKAN UNTUK MEMBACA OCTAGON DAHULU JIKA INGIN SANGAT PAHAM TERHADAP ISI DI DALAM SINI. OCTAGON TERDIRI DARI 3 SEASON DENGAN TOTAL 8 BUKU INTI.