Partikel Badai 1

114K 3.7K 41
                                    

1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. ADA YANG LEBIH MENAKUTKAN DARI RUMAH HANTU


Kuntilanak berambut hitam panjang itu mulai mengangkat wajah saat mendengar mendengar derap langkah kaki mendekat disertai ringisan ketakutan dari segeromboran anak muda di lorong depan.

"Habis Wewe Gombel apa lagi dah?"

"Mungkin Pocong?" tebak seseorang yang dari suaranya sudah jelas kelebihan kromosom X alias bencong.

Seseorang seperti menepuk kawannya. "Ih, jangan Pocong dululah. Baru mau masuk lorong kedua kok udah ketemu Poci?" ucap seorang perempuan, mulai memprotes.

Lelaki tadi terdengar berdecak. "Suka-suka pengelola rumah hantu ini, lah. Mau Pocong duluan kek, Suster Ngesot, atau Mbak Kunti, eike sih kagak penakut kayak elo."

"Idih, sok banget lo, Bencong Bohay. Awas, ya, kalau sampai gue dengar lo teriak-teriak ketakutan, besok lo traktir kita semua di kantin asrama."

"Ah, gampang itu. Se-885 sampai anak 665 juga bisa eike traktir."

"Ya elah, lima ratus mahasiswa kelas bawah mau lo traktir es teh tiga ribuan depan kampus? Kali aja tuh berapa totalnya. Pake sok-sokan mau traktir anak 665. Dilepeh es teh lo sama mereka semua."

"Eike kasih ke cucunya Pak Danu nggak bakal dilepeh tuh. Pernah kok gue nolongin Hilario waktu Makrab dua tahun lalu, nggak mungkin dia kacang lupa kulitnya."

"Ck, pengin banget lo dibilang akrab sama cucu yang punya kampus?"

"Harus, lah. Kali-kali pas skripsian dibantu lobi-lobi ke Ketua Jurusan biar dapat pembimbing yang baik. Atau, dikasih kerjaan pas udah lulus."

Namun, pembicaraan itu langsung dipotong oleh suara tegas seorang perempuan. "Eh, libur-libur gini nggak usah nyebut-nyebut soal kampus bisa nggak? Ini tuh waktunya bebas dari penjara Pakubandanu sialan itu. Yang utama sekarang, gimana caranya kita keluar dari rumah hantu ini dengan cepat. Emak gue pasti udah nyariin nih."

"Dasar, anak mami." Pria yang disapa Bencong Bohay itu meledek temannya.

Derap langkah itu semakin terdengar jelas. Tirai hitam pembatas lorong pertama dan kedua terlihat bergoyang akibat kerusuhan yang terjadi di sebelah. Sebuah jentikan jari menjeda lamunan sang kuntilanak gadungan yang langsung melirik ke lubang kecil di lorong kedua. Pengawas lorong antar rumah hantu membuat sebuah lubang kecil agar bisa lebih mudah berkomunikasi dengan para talent.

"Siap-siap." Gerakan mulut tanpa suara itu mengiringi acungan jempol Mas Dodi.

Matcha mengangguk paham, lalu lubang kecil itu kembali tertutup oleh papan hitam yang cukup digeser oleh Mas Dodi. Matcha menghela napas, memfokuskan diri dengan mulai melemaskan badan serta memasang tatapan paling menakutkannya.

"Tiga ... dua ... satu ...."

Rombongan lorong sebelah kompak menghitung mundur sebelum menyibak tirai hitam pembatas, memperlihatkan sosok menyeramkan wanita berjubah panjang putih dengan rambut hitam yang menjuntai hingga pinggang.

Partikel Badai MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang