4️⃣3️⃣

1.7K 46 0
                                    

Aksi Rena yang mengendarai motor sport dalam keadaan hamil besar menghebohkan warga kompleks yang tengah menikmati waktu istirahat. Rena yang memang pada dasarnya orang ramah, mulai menyapa warga sekitar dengan sapaan hangat juga senyum manis tanpa dosanya.

"Astaga, Mbak Rena, lagi hamil besar berani banget bawa motornya, hati-hati, Mbak ... aduh ... saya lihatnya ngeri banget, " tukas bu RT yang hanya dibalas senyum ramah oleh Rena.

Rena membunyikan klakson motornya untuk menyapa beberapa ibu dan bapak yang tengah berkumpul di pos jaga—untuk berbincang menikmati waktu istirahat—yang mana sapaan Rena langsung dibalas tatapan ngeri oleh ibu-ibu sekitar disertai ujaran lainnya yang lagi-lagi hanya dibalas senyuman oleh Rena.

Di sisi lain, Felix, Bima, Reno, Dean, dan Cila baru saja sampai di rumah langsung mendapat sambutan berupa pekikan heboh dari Wika juga Rita.

"Kenapa, Mi, Bun?" tanya Felix.

"Bunda gak tau lagi harus bagaimana, Felix," keluh Wika menetralkan napasnya.

"Kenapa, Bun?"

"Itu, anak Ayah."

"Rena? Kenapa sama Rena?"

"Anak Ayah itu ... bebal banget kalau dibilangin! Bunda sama Rita udah cegah dia keluar jalan-jalan pake motor kesayangannya, tapi dia malah pergi gitu aja tanpa mau dengar panggilan Bunda sama Rita. Udah, Bunda gak tau lagi harus gimana hadapin anaknya Ayah satu itu!"

"Apa?"

"Motor kesayangannya? Motor sport yang terakhir kali Rena beli?"

"Iya, Felix, kamu bayangin aja gimana posisi istrimu yang pake motor segede itu dalam keadaan hamil besar, Bunda gak sanggup bayanginnya."

"Ya Allah, Rena ... terus dia sekarang ke mana, Bun?"

"Rena ke .... "

Tin ... tin ... tin ....

"Itu anaknya!" tunjuk Rita pada Rena yang baru saja tiba dengan wajah menyebalkannya.

"Ada apa kumpul-kumpul gini? Nungguin sembako atau lirik kucing tetangga yang lagi ngelahirin?" tanya Rena asal setelah turun dengan kesusahan dari motornya.

"Anak ini!"

Wika yang kepalang kesal melihat anaknya yang tiba dengan wajah menyebalkan tanpa dosanya langsung memberikan jeweran keras pada telinga putrinya yang sangat hobi membuat mereka sekeluarga sport jantung. Rena yang mendapat serangan dari sang Bunda hanya bisa memekik tertahan dan berusaha melepaskan jeweran sang Bunda, tetapi hasilnya nihil, kekuatan Wika lebih besar darinya.

"Bunda ... sakit, ih ... lepasin, Bunda ... Bunda gak kasian sama Rena? Sakit, lho, ini .... "

"Gak peduli! Siapa suruh gak nurut, hah? Bunda sama Mami suruh jangan pergi, tapi kamu malah bebal dan tetap pergi, rasain!"

"Allahu Akbar ... Ayah ... Papi ... Sayang ... bantuin ... telinga aku sakit ... Cila, Dean, bantuin Mama ... masa Nenek tega banget jewer Mama kaya gini .... "

Cila dan Dean hanya terdiam tanpa ekspresi menonton penderitaan mamanya yang semakin hari semakin meresahkan, tiada hari tanpa kehebohan dilakukan Rena yang seringkali membuat kedua anaknya kesal.

Bagaimana tidak? Mama mereka seringkali mencari ribut dengan nenek mereka, seperti contohnya beberapa waktu lalu, sang mama meminta pancake pada ibundanya dan setelah nenek mereka membuatkan pancake dengan susah payah, sang mama malah dengan wajah tanpa dosanya mengatakan tak lagi tertarik memakan pancake tersebut.

Pernah juga Rena meminta kedua anaknya untuk berdandan layaknya superhero dan setelah itu Rena meminta kedua anaknya bertingkah laku seperti karakter superhero yang dipakai oleh anaknya juga banyak hal meresahkan di luar nalar yang Rena inginkan dengan mengkambinghitamkan bayi dalam kandungannya.

"Kakak, kayanya adik pas udah lahir akan lebih menyebalkan dari ini, haruskah kita minta Papa batalkan kehadiran adik?" tanya Dean yang tak sanggup melihat tingkah absurd sang mama.

"Sepertinya begitu, tetapi kita tidak bisa membatalkan kehadiran adik, Dean, berdoa saja semoga Allah swt memberikan kita adik yang lebih waras tingkahnya ketika lahir nanti. Kakak kasihan pada Oma, Nenek, Opa, Kakek, dan Papa yang pasti lebih tertekan nantinya," balas Cila.

Berlanjutlah harapan juga ungkapan sepasang kakak-adik itu mengenai bagaimana tingkah adik mereka ketika sudah lahir nantinya dan mengabaikan perdebatan di antara orang dewasa yang masih belum selesai menceramahi mama mereka.

"Ya Allah ... kalian semua tega banget sama aku! Awas aja nanti, gak akan aku turuti kemauan kalian, terutama kamu, Kak! Awas aja!" ancam Rena membuat Felix buru-buru menghentikan jeweran Wika.

"Bunda, udah ... kasian istri Felix kesakitan, mukanya sampe merah gitu, lepasin, ya ... Bunda ... lepasin, ya? Bunda gak kasian sama Felix?"

"Kamu kok ngomong gitu? Harusnya aku dong, yang dikasihani, bukan kamu!" protes Rena semakin kesal.

Salah lagi hamba, ya Allah ....

"Bunda ..., " mohon Felix membuat Wika mau tak mau melepaskan jewerannya.

"Aku tetap marah, ya, sama kamu!" tandas Rena berlalu dari hadapan keluarganya.

Felix hanya bisa menghela napas panjang melihat Rena yang merajuk, sepertinya malam ini Felix harus rela tidur ditemani kedua anaknya dan hanya memeluk guling.

"Sabar, ya, Pa, kita gak bisa lawan Mama," ucap Cila yang entah mengapa tersirat ejekan bagi Felix.









Tbc?

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang