LIMA BELAS

72 26 73
                                    

Hanny kembali terdiam setelah ia menemukan celah untuk memulai hidupnya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanny kembali terdiam setelah ia menemukan celah untuk memulai hidupnya kembali. Setelah kejadian tempo hari ketika pertama kali Jansen bertemu dengan Nazar, pria tidak ramah lingkungan kembali tidak memberi kabar padanya.

Baru juga ia akan mendapatkan kebahagiaannya lagi, ia malah menerima pukulan yang cukup keras akibat kenyataan yang harus ia hadapi.

Hari minggu ini, Hanny tampak sedang menunggu kedatangan Lala seperti biasanya. Setidaknya, berkeliling Kota Bandung dengan gadis berhijab itu akan menghilangkan sedikit gundah di dalam hatinya.

Namun, sekian lama Hanny menunggu, malah orang lain yang masuk ke dalam halaman rumahnya.

Hanny melihat Radja yang baru saja masuk seraya mengendarai motornya. Padahal, semalam Radja mengatakan bahwa hari ini ia ada janji bersama dengan Mey.

Hanny segera beranjak keluar setelah ia melihat Radja dari balik jendela kamarnya. Ia tampak melambaikan tangannya sembari tersenyum kepada Radja setelah sahabatnya itu turun dari atas motornya.

"Katanya mau ketemu sama Mey. Kenapa malah ke sini?" cecar Hanny segera.

"Mm ... sebenarnya, ada yang mau saya sampaikan pada kamu," ujar Radja dengan sedikit ragu.

Hanny tampak menautkan alisnya. "Ada apa? Kamu ditinggalin sama si Mey?"

"Bukan ..., bukan ...," sangkal Radja dengan segera, sembari menggelengkan kepalanya.

"Terus, ada apa? Jangan bikin aku penasaran!" protes Hanny karena ia mulai kesal.

Radja mulai meraup oksigen cukup banyak sebelum ia berbicara. "Sebenarnya, sudah tiga hari ini kakak saya sakit. Dia ...."

"Jansen, sakit?" sela Hanny seraya bertanya dengan begitu panik. Ia juga tampak meraih kedua lengan Radja.

"Dengarkan saya dulu!" tegas Radja. Wajahnya terlihat sedikit jengkel karena Hanny menyelanya.

Hanny hanya tersenyum hambar. Ia sendiri tidak menyadari perbuatannya tadi.

"Saya baru bilang karena kakak saya melarang untuk mengatakan semua ini pada kamu. Tapi, saya lihat demam dia semakin tinggi. Saya tidak pandai mengurus orang. Jadi ...." Radja tampak menjeda ucapannya karena ia ragu untuk meminta Hanny merawat Jansen.

"Ya udah, bawa aku ke rumah kalian," pungkas Hanny yang seketika membuat mata Radja berbinar.

"Kamu bersedia merawat kakak saya?" tanya Radja dengan antusias.

Hanny segera menganggukkan kepalanya. "Lagian, dari kemaren aku udah nunggu kabar dari dia. Kirain, dia udah gak mau ketemu sama aku lagi."

Radja tersenyum gemas. "Hidup saya pasti sial jika suatu hari nanti kamu benar-benar jadi kakak ipar saya."

"Nyebelin, lo!" gerutu Hanny sembari menjitak puncak kepala Radja.

Radja hanya terkekeh pelan sembari mengusap kepalanya. Sedangkan Hanny langsung masuk ke dalam rumah untuk meminta izin terlebih dahulu kepada ibunya.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang