Tok!Tok!
Tok!
Samiya yang tengah memeriksa email, langsung saja mengarahkan pandangan ke pintu karena mendengar ketukan-ketukan lumayan kencang.
Dan petugas bandara berdiri di sana. Tersenyum ramah dengannya sebagaimana seharusnya.
“Ada apa, Mbak?” Samiya bertanya lebih dulu.
“Helikopter sudah siap, Bu Miya.”
“Saya diminta mengantar Bu Miya ke landasan karena helikopter akan segera lepas landas.”
“Oke, Mbak. Saya ke sana sekarang.”
Samiya lekas memasukkan semua barang yang dibawa ke dalam tas, kecuali ponsel. Dipegang di tangan kanan. Lalu, ia bangun sofa empuk yang telah ditempati sejak setengah jam lalu.
Diikuti petugas bandara menuju tempat dituju.
Samiya ingin segera pula berjumpa dengan sang suami yang akan menerbangkan helikopter.
Kemarin siang, Segara menawarkannya untuk mengitari langit Jakarta selama lima belas menit dengan menaiki helikopter perusahaan.
Pria itu menyewa secara pribadi, tentu saja. Tak memakai gratis, walaupun sudah menjadi bagian dari keluarga Ayodya. Dan tentu bisa dengan bebas menggunakan semua helikopter serta juga jet pribadi yang dimiliki AYD Aviasi Grup.
Sang suami merogoh uang sendiri hampir enam puluh juta untuk satu helikopter yang disewa.
Tak ada harga khusus atau diskon. Lagi pula, Segara juga pasti tidak ingin mendapat potongan biaya. Uang suaminya juga cukup banyak, dan tak masalah dipakai menyewa helikopter.
“Di sana, Bu Miya.”
Walau kebisingan mulai menyapa telinga karena deru mesin-mesin pesawat yang cukup keras, tapi masih bisa didengar instruksi petugas.
Samiya lekas melangkahkan kaki ke helikopter yang ditunjuk. Ia kian tak sabar ingin masuk dan melihat suami pilotnya di dalam sana.
Ada dua petugas yang membantu, sehingga bisa dengan mudah naik ke helikopter dengan jenis pakaian kerja yang membatasi ruang geraknya.
Setelah berhasil masuk, Samiya langsung duduk di kursi penumpang, berada di belakang tempat pilot berada, yang tak lain adalah suaminya.
“Hai, Sayang.”
Sapaan sang suami sangat lembut, dan tentu saja sukses dalam mendebarkan jantungnya. Apalagi, pria itu tersenyum dengan menawan. Mata yang juga memandangnya dalam sorot teduh.
Segara Adyatama mengulurkan tangan. Ia pun tidak ragu segera meraih. Jemari-jemari mereka saling bertautan dengan erat dalam genggaman erat yang dilakukan oleh sang suami.
Hatinya semakin jatuh cinta pada sosok Kapten Segara Adyatama yang sangat memesona dan terlihat gagah dalam balutan seragam pilot.
“Pakai sabuknya, Sayang.”
Samiya segera melakukan apa diminta oleh sang suami. Dan ia dengan cekatan memasangkan melingkar di tubuhnya. Tak sabar ingin terbang.
Merasa antusias saja, walau ia sudah pernah naik pesawat jet pribadi dengan berbagai tipe, lalu beberapa jenis helikopter juga, namun jika Segara Adyatama menjadi pilotnya, akan terasa berbeda. Semangatnya bertambah berkali-kali.
“Siap terbang, Sayang?”
Samiya pun mengangguk dengan mantap. Dan seluruh atensi masih dipusatkan pada suaminya yang tersenyum kian lebar. Tampak menawan.
Sementara, pria itu telah mengalihkan atensi dari dirinya dan bersiap-siap dalam menerbangkan helikopter layaknya kapten yang berpengalaman.
Segara Adyatama pun tampak begitu gagah dan menawan dalam ekspresi serius serta konsentrasi begitu penuh dalam menerbangakan helikopter.
Samiya begitu kagum. Siapa yang tak akan jadi bangga memiliki pasangan seperti suaminya?
Segara Adyatama adalah pilot muda berbakat dan sudah punya jam terbang mumpuni, dengan lisensi penerbangan internasional yang tak usah diragukan lagi. Jadi, ia patut berbangga bukan?
Dari personaliti, pria itu merupakan sosok suami yang baik, perhatian, penyayang, dan mencintai dengan tulus. Bukankah sebuah anugerah?
Andai pernikahan tak terjadi di antara mereka, ia mungkin akan terus melajang hingga usia yang relatif tua karena belum menemukan cinta sejati.
Segara Adyatama adalah takdirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilot Posesif
Ficção Geral[Follow dulu untuk bisa membaca part secara lengkap] Hati Kapten Segara Adyatama masih tertinggal di masa lalunya, untuk sang mantan kekasih, Samiya Ayodya. Dulu hubungan mereka boleh kandas, tapi tetap ada peluang di masa depan untuk bersama, memba...