Yuk, vote sebelum membaca, biar Shan jadi sat-set next updatenya. Follow akun ini juga boleh. Selamat membaca readers.
~<<>>~
Untuk mengisi waktu liburnya sebelum akhirnya nanti dia akan kembali berkelana di sekolah, gadis itu sudah membulatkan tekad untuk hari itu, dia akan menghabiskan waktunya berkebun. Menata berbagai bunga, menanam bibit bunga dan tanaman yang di belinya saat perjalanan pulang dari Bandung kemarin.
Sekitar jam setengah sembilan pagi, dia mulai mempersiapkan peralatan berkebunya. Namun sayang sekali ponselnya tiba-tiba berdering menandakan ada sebuah pesan masuk, dengan malas gadis itu meraihnya berupaya untuk mematikan data ponselnya. Matanya menangkap sesuatu yang tak asing, sebuah pesan dari sang kekasih hatinya.
Aza membelalakan matanya, ketika secara tiba-tiba Rayen mengajaknya untuk pergi. 'Menyebalkan sekali kamu, Ray!'. Bagaimana tidak menyebalkan, kekasihnya itu mengajak Aza untuk pergi berdua secara tiba-tiba, bahkan laki-laki itu sudah di tempat biasanya menjemput Aza. Gadis itu geram, namun karena rindunya yang amat besar, dia bergegas untuk bersiap diri secepat mungkin.
"Aduuh!" Aza menepuk dahinya sekaligus mengusap wajahnya.
"Izin sama mama papa juga belum. Gimana, ya?!" Dengusnya seraya mondar-mandir, memikirkan cara agar dapat pergi bersama Rayen.
* * *
Rayen yang sedari tadi sudah menunggu Aza, dengan sabar menatap jalan kosong yang sepi. Perumahan yang tidak terlalu ramai lalu-lalang orang-orang cukup membuatnya sedikit nyaman daripada harus menunggu di tempat ramai. Sudah lebih dari 20 menit berlalu, belum juga terlihat batang hidung Aza.
"Mas." Ucap seorang pria paruh baya yang sontak membuat Rayen terperanjat di atas motornya.
"Astagfirullah, pak, kaget." Respon Rayen sembari menepuk dadanya samar.
Pria itu hanya terkekeh ringan. "Maaf mas, gak bermaksud saya ngagetin."
Rayen hanya mengangguk samar.
"Mas, lagi ada perlu sama siapa, mas?" Lanjut pria itu bertanya. Rayen kembali menatap sekilas bapak-bapak di depannya dari atas hingga bawah, hanya seperti bapak-bapak kompleks biasanya dengan pakaian biasa.
"I-itu ... Saya ad—" belum selesai Rayen menjawab bapak-bapak itu menepuk bahu Rayen.
"Saya kebetulan satpam kompleks, shiff malam hari ini. Kayaknya mas nyasar atau bingung mas? Mau saya antar ke tujuan, mas?"
Rayen terkekeh getir. "Saya ojek online, pak. Lagi nunggu penumpang. Di suruh jemput di sini, tapi mana ya, orangnya." Rayen berpura-pura mengecek ponselnya sembari berlagak menengok sana-sini.
Bapak-bapak itu spontan tersenyum kecut. "Saya kira nyasar, atau kenapa-napa. Ya, sudah kalau gitu, saya pulang dulu."
Rayen mengangguk, merasa sedikit lega ketika melihat pria paruh baya itu pergi menjauh.
"Mas, lagi liatin apa?"
Lagi dan lagi Rayen terperanjat mendengar bisikan dari Aza yang sudah berada di belakangnya, laki-laki itu hanya dapat mengelus dadanya dengan pasrah.
"Rayen, lucu sekali kalau kaget sampe mau terbang gitu." Aza sudah tidak tahan lagi untuk menahan tawanya.
Raut wajahnya seketika menjadi datar dan menatap tajam Aza yang masih tertawa.
"Jangan ngambek, Ray. Aza bercanda doang kok." Nada gadis itu masih menahan tawanya.
Masih dengan tatapan tajamnya. "Gak, ada yang lucu! Lama banget gue nunggu lo!" Sembari menyerahkan helm pada Aza.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milik 'Ku [On Going]
Teen Fiction📍New Cover Kita dibuat untuk menjalani takdir dan mencintai takdir. Terutama menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup. Banyak typo! WARNING ⚠️ ▪️CERITA INI TIDAK DI TULIS ATAU BERADA PADA APLIKASI NOVEL ATAU BACAAN LAIN. INGAT! ▪️CERITA I...