38. Back to You

8.2K 913 274
                                    

Hari demi hari berlalu. Kathrina masih terus meringkuk, tertidur di atas kasurnya, enggan beranjak sedikit pun. Baik Gita maupun Jinan, keduanya sama sekali tak dapat menggapai gadis itu. Keduanya selalu bergantian menyuruh Kathrina untuk makan dan minum. Tak mungkin mereka tak khawatir dengan adik bungsu mereka yang terus mengurung diri.

Panggilan demi panggilan Gita lakukan, nyatanya suara Gita adalah hal yang kini ia benci 'tuk ia dengar. Kathrina membenci Gita karena rasa sayang yang ia miliki lebih besar daripada rasa benci terhadapnya. Kathrina benci mengakui bahwa ia amat sangat menyayangi dan menyukai Gita. Berapa kali pun Kathrina berusaha melupakannya, ucapan Gita terus menerus terputar di dalam kepalanya.

"Kita ... usai, ya?"

"I never love you, Kathrina Permata Adhyaksa. I would never love you."

"Ini semua bagian dari rencanaku, Kath. Buat kamu jatuh cinta dan bergantung ke aku. And ... see? Aku berhasil."

Kata demi kata, semua kalimat itu, Kathrina mengingatnya begitu jelas. Hatinya kembali terasa terenyuh seperti ditusuk kala mendengar suara lirih Gita yang terus memanggil namanya dari luar kamarnya. Kini, Kathrina kembali menangisi kebodohannya. Ia kehilangan seluruh kebahagiaannya dan hanya memiliki dirinya sendiri. Ia tak dapat melakukan apapun. Berjalan pun akan terasa amat sangat berat baginya.

Entah sudah berapa hari Kathrina mengurung dirinya. Tidak makan dan minum karena ia merasa tak membutuhkan hal itu. Tak peduli siapa pun yang datang untuk menemuinya, Kathrina tetap tak membukakan pintu kamarnya. Hal itu tentu membuat Misya, Clara, Hazel, dan juga Fadel ikut sedih karena Kathrina yang enggan menemui keempatnya.

"Kak Jinan, kita harus apa?" tanya Misya khawatir, Jinan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Kita khawatir Kathrina ngelakuin sesuatu yang buruk. Aku takut tiba-tiba dia tantrum lagi, Kak."



Kerlap-kerlip lampu pada sebuah kafe dengan lampu temaran yang masih cukup untuk menerangi meja di mana mereka duduk dan saling berbincang, membuat suasana begitu nyaman. Ditemani dengan live music pada malam itu, membuat kafe tak terasa begitu sepi dan sunyi.

Di tengah penjelasan, Gita terus memijit pelipis dan menghembuskan napasnya kasar. Saat ini, ia tengah mengerjakan tugas kelompoknya bersama dengan Ellian, Leoniel, dan juga Luna. Ellian yang sejak tadi menjelaskan, kini mulai menyadari gerak-gerik Gita yang aneh. "Git? Kamu teh sakit, ya?" tanyanya langsung kepada intinya. "Pucet banget kamu, Regita."

Gita menghentikan kegiatannya kemudian menatap Ellian dengan senyum tipis yang terukir. "Oh? Gapapa. Lanjutin aja. Pusing dikit doang, kok."

Setelah beberapa saat, tiba-tiba Gita mendapatkan telepon dari Hazel. Dengan kening berkerut, Gita mengangkat panggilan tersebut. Ia memang sempat bertemu dengan anggota The Pillars sore tadi sebelum ia berangkat menuju kafe. Ia tak mengira bahwa keempatnya akan berada di rumahnya hingga larut malam seperti ini.

"Halo?"

"GIT! KATHRINA!"

Gita membeku. Dari seberang sana terdengar suara berbagai barang berjatuhan dan pecah. Dapat dipastikan Kathrina kembali tantrum. Jika biasanya gadis itu akan menutup kedua telinganya seraya meminta maaf, sepertinya saat ini berbeda. Fadel yang berhasil mendobrak pintu tersebut dengan Jinan, menemukan Kathrina yang terus melempar dan membanting berbagai barang miliknya.

"Dari sore tadi, Kathrina bikin kamarnya berantakan. Kita udah berusaha untuk cegah dia, tapi Misya sama Clara kewalahan. Kak Jinan juga udah coba buat sekap dia, tapi tetep aja Kathrina bisa berontak. CEPET PULANG! WE NEED YOU, GIT!"

Obsessed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang