"Lo nggak buat dia nangis kan?!" suara nyaring Debbi yang meledak-ledak seperti kembang api tahun baru di Sydney membuat Adam yang sedang duduk di depan meja kerjanya sontak menjauhkan ponsel dari telinga.
Ruangan kantornya ini ada di lantai paling atas gedung utama. Dinding ruangan dilapisi panel kayu mahoni, dipernis mengkilap. Di meja kerjanya terdapat beberapa aksesori dekoratif dari Lalique dan Wedgwood ditempatkan di meja dan rak berisi koleksi buku-buku bisnis, manajemen perhotelan, dan seni, dilengkapi dengan beberapa barang antik dan koleksi pribadi. Di balik meja, ada jendela besar yang memberikan pemandangan langsung ke laut biru. Terdapat lukisan Affandi menjadi fokus utama, tidak salah dulu mamanya yang seorang kurator memilih lukisan ini karena dicocokkan dengan warna sofa dan karpet dari Tabriz. Kolaborasi semua itu tidak ada yang tampak berlebihan. Semuanya terasa seimbang dan tenang.
"Ini hobi lo akhir-akhir ini? Teriak-teriak?" jawab Adam dan terdengar suara tawa Daniel dari seberang yang kemudian Debbi kembali menembakkan kata-kata seperti peluru.
"Adam, jangan karena lo kasih gue hadiah mewah trus mau memanfaatkan privilege yang gue kasih!" Meski Daniel dan Debbi sebagai pasangan dari keluarga yang sama-sama memiliki bisnis—keluarga Daniel Riady dengan bisnis propertinya dan Debbi Erlangga di bisnis restoran—namun merasa mereka adalah pasangan yang dalam istilah mereka sendiri 'earthy' dan merasa diri mereka adalah pelopor kesederhanaan. Meski koleksi mobil yang dimiliki lebih mirip showroom Ferrari daripada garasi.
Sedangkan Adam menaikkan alis, karena biasanya orang memberi hadiah pernikahan berupa vila atau yacht. Ini bukan apa-apa.
"Udah gue beritahu akan ada Sara. Ini waktu yang tepat," lanjut Debbi dengan nada menggurui yang entah bagaimana terdengar seperti ancaman halus. Awalnya Daniel Riady memang mengundang Adam karena mereka partner bisnis—kemitraan strategis antara The Eden Hotel dengan jaringan gym Daniel untuk meningkatkan fasilitas dan layanan hotel—dan juga termasuk teman satu klub. Hingga Adam mengetahui bahwa yang menikah dengan Daniel adalah Deborah, sahabat Sara. Meski Sara memang sudah pasti diundang, namun mendengar cerita dari mereka berdua, Deborah terharu dan jadi memiliki cita-cita untuk mempertemukan pasangan itu kembali. "Gue berharap yang terbaik buat kalian," kali ini Debbi berucap tulus. "Just, you can't think of her as Sara from eight years ago. She's evolved too. You both have. You've been through so much. So when you're thinking about her now, you're not just thinking about who she was. You're thinking about who she is. Who you both are, right now."
Ponsel ditutup setelah Daniel sudah ikut dalam perbincangan mereka dengan nada-nada menggoda Debbi yang tentu saja membuat Adam tak tahan dengan pasangan baru ini.
Di jam makan siang, ia ke restoran resor berharap untuk bertemu dengan Sara. Menampilkan senyum ramah, Adam menyapa beberapa staff dan tamu resor. Senyum yang seolah keluar dari manual buku panduan HRD tentang senyum layanan pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweeter Place
RomanceAdam Wisnuthama Wardana, General Manager salah satu hotel dan resor prestisius di Indonesia, The Eden. Dikenal sebagai pria charming pewaris imperium bisnis real estate dengan hobi melancong ke negeri orang. Bertemu banyak mata namun tak ada yang ia...