"Diem gak lo berdua!"
"BOKEM! AMORA! CHESA!"
Denaya terus berteriak frustrasi saat kedua anak itu mengganggunya menata buah yang akan mereka bawa untuk piknik. Amora dan Chesa bermain kejar-kejaran, bergantian sembunyi di belakang punggungnya dan Ashel. Ashel hanya diam saja, tampak tidak terganggu, atau mungkin pura-pura tidak terganggu.
Weekend ini mereka bertujuh memutuskan untuk berpiknik. Arumi dan Pamela sibuk di dapur, Denaya dan Ashel bagian menata buah yang sudah dikupas ke dalam kotak bekal, Ambar duduk di kursi tanpa melakukan apa-apa, sementara Amora dan Chesa bermain kejar-kejaran.
Hal yang paling Denaya benci adalah ketika dua anak itu bermain sambil mengganggu kegiatan yang lain. Jika tidak membantu, seenggaknya diam seperti Ambar.
Denaya menarik napas dalam, sudah lama emosinya tidak ia keluarkan untuk dua anak itu. Ia kemudian menatap Arumi yang sedang memasak nasi goreng.
"Rum, lo suruh mereka berdua diem, please. Ganggu banget sumpah."
Arumi tidak menanggapi perkataan Denaya, tetap fokus dengan pekerjaannya. "Arumi!"
"Panggil gue kakak dulu." Jawab Arumi tanpa mengalihkan pandangan.
Denaya mencebikkan bibirnya. Memang hanya dirinya di sini yang tidak memanggil Arumi dengan sebutan kakak. Arumi pun sudah berkali-kali mengatakan jika ia harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Denaya merasa aneh jika menyebut Kak Arumi, karena ia sudah terbiasa dengan panggilan Arumi sejak awal masuk sekolah.
"Gak mau, aneh." ucap Denaya.
"Yaudah, pasrah aja lo digangguin. Mereka berdua udah gak takut sama lo lagi."
Denaya menghela napas. Biasanya, yang memarahi mereka berdua itu memang dirinya dan Arumi. Jika tidak mempan dengan kemarahan Denaya, Arumi akan turun tangan. Tapi sekarang, mereka sudah tidak setakut dulu dengannya, terutama Amora. Jika Denaya memarahinya, gadis itu akan mengadu ke Pamela.
Ashel menyenggol lengan Denaya. "Udah biarin, nanti kalau capek juga berhenti sendiri," ucapnya menenangkan.
"Mana ada, baterai mereka unlimited," gerutu Denaya, kembali mengupas buah apel.
Ashel yang juga memotong buah pepaya, memotongnya menjadi bagian kecil-kecil, lalu mengarahkan ke depan mulut Denaya. Gadis itu segera memakannya.
"Kak, mau juga," pinta Chesa kepada Ashel setelah melihat potongan pepaya.
Ashel segera menyuapi Chesa. Gadis itu memberikan jempol sambil mengunyah, membuat pipinya penuh. Chesa kemudian beralih berdiri di samping Denaya, mencoba meminta apel yang dipotong gadis itu.
"Besarin dikit ih," protes Chesa saat melihat Denaya memotong apel itu sangat kecil.
Denaya mengalah, memotong apel agak besar. Chesa, yang agak menunduk karena Denaya sedang duduk, segera meminta suapan. Denaya menyuapinya. Setelah itu, Chesa berlari kembali ke Amora untuk bermain bersama Ambar yang duduk di kursi.
Beberapa saat kemudian, Chesa kembali lagi ke Ashel, meminta suapan buah yang dipotong. Setelahnya, ia juga mendekati Denaya lagi.
Chesa terus bolak-balik meminta potongan buah. Ashel pun menegur, "Kalau main, main dulu. Kalau makan, makan dulu."
Namun Chesa tidak menggubris, dan kembali ke samping Denaya meminta buah lagi.
"Ini kalau buah lo makanin terus ya abis anjir," keluh Denaya.
"Kan masih banyak juga," jawab Chesa, merengek minta disuapi lagi.
Akhirnya, Denaya menyuapinya lagi. Chesa memang lapar, tadi ia ingin minta nasi goreng duluan, tapi belum boleh oleh Arumi. Pamela sudah memberinya roti, tapi ia tetap lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024