Inget cuman fiksi, Happy Reading!
*
Entah sejak kapan disekelilingnya ada banyak orang. Berseru seru dan tampak prihatin, mungkin karena ada banyak mobil pemadam kebakaran, polisi dan ambulan yang terparkir sembarangan dan wajah wajah mereka yang panik.
Tunggu? Mobil? Sejak kapan di Alcander ada mobil?
Rheas sontak melihat sekeliling dengan seksama.
Ini.. di dunia modern?Seorang wanita berusia akhir 40 tahun yang familiar di wajahnya terlihat pucat sambil terus memeriksa ponselnya.
"Mama mohon, kau harus masih wawancara.. Mama mohon.." permohonan itu terus terucap dari bibir wanita itu.
Renjun anakku
Mama, Wawancaraku sudah selesai dan aku pulang lebih awal. Mereka bilang aku cukup memenuhi kualifikasi dan mereka akan mengumumkannya besok!
Aku punya firasat baik!
Ayo kita rayakan!Sesaat wajah itu langsung berubah. "Tidak! Anakku masih ada di dalam!" jeritnya kemudian.
"Anakku! Renjun! Dia masih ada di dalam!" serunya panik.
Rheas mengerjap. Dia ada di dalam? Di dalam mana?
"Renjun! Renjun!" Wanita itu masih berseru seru.
"Maaf, nyonya kita hanya bisa berdoa yang terbaik. Apinya terlalu besar.." entah siapa yang berbicara dan tubuh wanita itu tampak lemas seketika.
"Anakku, Renjun, Mama mohon selamat.." kali ini dia mengucapkan itu berulang ulang.
Kemudian adegan berubah, nafasnya sesak. Pandangannya terbatas dan suhu di sekitarnya terasa panas.
"T- tolong.." lirih Rheas.
Tidak, daripada memelas menunggu bantuan datang dia juga harus coba untuk menyelamatkan dirinya. Pandangannya ia coba fokuskan, dia bisa melihat pintu, tubuh mungilnya dia bawa untuk mendekat dan tangannya mencoba meraih knop pintu.
"Panas!" seru Rheas, rasanya tangannya melepuh. Sesaknya kian tidak tertahankan, udara yang semakin terbatas membuatnya tanpa sadar menangis karena putus asa. Dia menyambar botol minumnya dan menyiram tubuhnya sendiri dengan air. Meringkuk sambil mengepalkan tangannya.
Aku.. harus hidup. Aku tidak mau mati.. Dewa, aku mohon.. aku hanya ingin hidup..
*
Rheas langsung bangun terduduk, nafasnya terengah dan badannya basah oleh keringat. Berusaha menarik nafas panjang dan menyeka keringatnya dengan ujung piyamanya.
Mimpi apa itu tadi? Dia tidak ingat apapun. Matanya memejamkan berusaha mengingat ingat, namun seberapa keras dia mengingat, dia tidak bisa mengingat apapun. Yang jelas, mimpi itu mimpi buruk. Rasanya seperti dia akan mati lagi.
Mati ya?
Apa ini adalah sebuah tanda untuk hal buruk yang akan datang?
Waktu masih menunjukkan bahwa fajar belum muncul, langit masih gelap dan pelayan pasti masih terlelap. Rheas turun dari kasurnya dan meraih jubah tipis untuk melingkupi tubuhnya, berjalan menuju balkon kamarnya.
Matahari terbit masih beberapa jam lagi sepertinya. Rheas menghirup udara dalam dalam. Kepalanya teringat pertama kali dia bertemu dengan Selena.
Insting Rheas memang cukup terasah. Rheas membuka mata tepat sebelum pisau menghujam jantungnya. Tangannya segera mengambil pedang disembunyikan di bawah selimut, membuat pisau itu terpelanting jauh.
Nafas itu begitu memburu, perasaan dendam yang terasa pekat dan mata yang menatapnya dengan haus darah. Gila, apa ada orang dengan dendam sepekat ini? Kira kira apa penyebabnya?

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Original Anti Villain | Noren
Fanfic(ON HOLD) Renjun kira dia adalah orang yang paling beruntung, tapi ternyata dia sedang sial! Renjun selalu mengira dimanapun dia hidup genrenya akan selalu slice of life biasa, tapi nyatanya dia salah. Hidupnya yang awalnya bergenre slice of life ja...