CHAPTER 23 - VOLTERRA

165 31 1
                                    

Dengan langkah pelan, Cho berjalan melewati tembok besar dari kastil Volturi. Cukup lucu baginya mendengar bagaimana kisah awal mula vampir menetap di tempat seperti ini, di tengah kerumunan manusia. Hogwarts harus membahas sedikit tentang hal ini, sangat menarik. Di kepalanya, ketika mendengar vampir, ia selalu membayangkan makhluk-makhluk misterius yang bersembunyi di kegelapan malam, bukan di bangunan megah seperti ini. Alec dengan lembut menariknya masuk lebih jauh ke dalam.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat sekelompok vampir berkerumun di sebuah ruangan. Mereka semua tampak tenang dan anggun, namun jelas memancarkan aura kuat dan pemantik alarm bahaya dalam insting manusia, kedua hal itu nampaknya terus menyelubungi mereka. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.

"Teman-teman kenalkan Cho," Alec mendorong nya dengan lembut untum maju.

"Hai, senang bertemu dengan kalian." Cho berbicara ragu.

"Wow! Kau sangat cantik, Alec beruntung memilikimu." Cho terlihat agak panik dengan pujian itu. Bagaimana tidak wanita yang memujinya juga tampak sangat cantik, dengan tidak manusiawi tentu saja.

"Terimakasih eh?"

"Athedora." Cho tersenyum pada vampir itu, istri Caius...

Cho gugup bertemu mereka tapi nyatanya mereka sangat ramah dan mudah berbicara tidak seperti yang di bayangkan oleh Cho. Mungkin hanya Alec dan Jane yang memiliki kesulitan emosi karena di sini vampir-vampir ini tampak ceria dan suka bercanda. Rasanya Cho akan mudah beradaptasi dengan lingkungan ini, seperti Hogwarts. Bedanya kastilnya penuh dengan penyihir.

"Marcus dan Caius ingin melihat mu di perpustakaan."

Dengan begitu Cho mengikuti langkah kaki vampir itu, tidak bisa mengagumi keindahan dalam kastil itu. Hogwarts juga kastil besar tapi Hogwarts jauh dari kata estetis yang elegan dan mewah.

"Bagaimana di Hogwarts apakah kalian punya perpustakaan juga?" Cho mengangguk.

"Ya perpustakaan tentu saja, Hogwarts adalah sekolah sihir satu-satunya di Inggris. Banyak buku-buku yang unik di sana. "

Cho duduk di kursi kosong di samping Alec yang duluan duduk dia bertatapan dengan ketiga pemimpin dunia vampir Aro tampak ramah, Marcus meskipun masih agak apatis menatap dirinya dan Alec dengan kerinduan, Cho tahu ia telah kehilangan pasangannya.... Itu menyedihkan.

Kemudian ada Caius.

"Jadi inilah penyihir yang menjadi pasangan guard kita?"

Alis Cho mengerut. "Kau tampak tersinggung dengan hal itu tuan, sejujurnya itu bukan urusanmu."

Aro tersenyum tipis, tangannya berputar-putar di udara seakan-akan menghalau ketegangan di ruangan. "Cho, izinkan aku mengklarifikasi," katanya dengan suara lembut namun penuh wibawa. "Caius, seperti biasa, hanya sedikit... skeptis. Namun, percayalah, kami tidak bermaksud menyinggungmu."

Cho mengangguk meski masih sedikit defensif. Alec di sampingnya tetap tenang, meski ia merasakan ketegangan yang menyelimuti percakapan ini. Tangan Alef dengan lembut menjangkau milik Cho.

Marcus, yang biasanya diam, tiba-tiba bersuara. "Kehadiranmu di sini... adalah sesuatu yang baru, sesuatu yang kami tak pernah bayangkan. Sihir dan vampir, dua dunia yang begitu berbeda. Tetapi... ada harmoni di sini, yang kami belum sepenuhnya pahami."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐃É𝐉À 𝐕𝐔 - EDWARD CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang