"Askara, aku mencintaimu!"
"Aku mencintai gadis lain. Bisa kau lupakan dan tinggalkan aku?" Berdengung. Telingaku berdengung. Sangat menyakitkan walau ini bukan suara petir yang mencangkram cakrawala dengan ganas. Bukan pula suara hujan deras yang tanpa henti menghentam bumi. Bukan. Ini suara pacarku.
Mataku meredup, melihat wajah yang selalu aku puji, yang selalu aku pamerkan ke teman-temanku dan yang selalu ku sayangi. Sekarang gantian, jantungku seperti sedang semangat memompa hingga aku tak bisa mengendalikannya. Dia bercanda bukan? Askara bercanda kan? Kami baru saja anniversary yang setahun. Jangan bercanda. Jangan menjahiliku dengan hal tak berotak seperti ini."Kau bercanda?" Aku masih waras meminta validasi dari Askara walau perasaan ku bahkan tak bisa ku jabarkan. Antara berharap ini candaan atau mimpi. Aku mencintai Askara, aku punya mimpi untuk berkeluarga dengan dia. Aku sudah berusaha untuk tetap bersamanya di kala kami ada sedikit cekcok. Orang tuaku bahkan sudah merestui. Askara tak boleh begini. Tak boleh mempermainkan hatiku yang tulus.
Aku masih menatapnya dalam. Mencari jawaban di celah retinanya. Hiliir mudik orang-orang yang berjalan melewati kami yang duduk di taman sudah tak ku hiraukan, ini masalah masa depanku dengan pria ini. Pusat orbitku berada padanya. Askara tampak bergeming. Ia menatap jalanan."April.. Mari akhiri. Aku sudah tak mencintaimu"
Askara meninggalkan ku yang tertegun sendirian. Aku bahkan tak sempat melihat ia pergi menjauh karena sibuk melihat serpihan hatiku yang berserakan di tanah. Aku hancur.
Aku mengatakan aku mencintainya dan ia memutuskan menyakiti ku sedemikian rupa?
Kalau pun ia bercanda aku senantiasa akan memaafkan nya. Tapi sepertinya ini kenyataan yang seperti racun untukku. Tak pernah terpikirkan olehku. Ia mengatakan tak akan meninggalkan ku bagaimanapun itu. Askara berbohong pada hatiku. Askara tak menghormati perasaan tulus ku. Askara mempermainkan diriku dengan sadarkan diri. Dan aku yang tanpa sadar telah menjadi orang yang cukup bodoh selama ini.Aku menangis.
Menangkup wajahku dengan kedua tangan. Berharap suaraku tertelan oleh tanganku. Mengecilkan suara tangisku hingga aku sesak. Tulangku bergetar. Bahuku terguncang dengan kuat. Sial! Sial! Aku menangis lagi oleh seorang pria!
April.. Kenapa kamu sebodoh ini.
Di buang tanpa di beri kejelasan apa salahmu? Di buang tanpa di beri kesempatan untuk bertanya. Di buang tanpa di beri waktu menelaah semua ini.
Apa aku sesampah itu Askara?
Apa aku tak seperti manusia yang berhak di beri penjelasan?
Jadi kata cinta dan perhatian mu selama ini kepadaku apa?
Apa dari awal kau memang tidak mencintaiku?
Jadi aku hanya mencintai perasaanku selama ini. Jadi aku hanya berlusinasi.Kau bajingan keparat Askara.