Reca terkejut, hampir dirinya memukul orang itu.
“ka Ina bikin kaget aja!” Reca mengelus dadanya.
Elina hanya tertawa melihat ekspresi Reca.
“duh maaf de, lagian kamu ngomong sendirian aja”
“anehh ya ka? Maaf ya”
“kok? Engga ah, menurut Kaka kamu itu lucu. Pantesan aja Aidan tergila-gila sama kamu”
Elina dengan lembut menarik tangan Reca untuk masuk ke dalam perpustakaan bersamanya.
“tergila-gila gimana ka?”
“loh kamu ga tau? Aidan kan sering pulang malem, kalau kamu masih diluar”
“ngapain? Padahal aku cuman di supermarket samping komplek. Itu juga aku ga liat ada Aidan ka”
Elina mengajak Reca duduk disofa perpustakaan.
“ya Aidan kan ngawasin kamu dari jauh de. Kalau dari deket, dia bilang malah bikin kamu ga nyaman. Disaat kamu emang butuh kesendirian”
Reca menatap ga percaya pada Elina. “aidan ngomong gitu ka?”
“iya dia ngomong gitu ke Kaka sama bunda waktu itu”
Hati Reca terasa berdetak kencang, ada perasaan senang mendengar ucapan Elina.
“oh iya, kamu kalau mau ke perpustakaan ini langsung masuk aja. Izin nya jangan cuman sama Kaka, kan masih ada Aidan, Bunda, sama Papa”
Reca menggaruk tengkuk kepala. “ga enak ka bilangnya”
“sama Aidan kok ga enakan gitu?”
“gapapa ka, cuman kan punya keluarga Kaka jadi kalau aku yang minta gitu aja ke Aidan rasanya kurang sopan”
Elina tertawa. Ga salah Aidan memilih gadis ini. selain pendiam, Reca juga gadis yang sopan, baik hati, dan ga enakan.
“de, kamu itu jangan terlalu ga enakan gitu sama orang. Berat tau, apalagi kalau kamu ketemu sama orang yang ga ada etikanya gimana coba”
“t-tapi kan, kata Nenek aku kita itu harus selalu membantu ka, selama kita masih bisa”
“iya bener, tapi coba kalau kamu nya merasa keberatan atau misalnya kerjaan kamu aja belum selesai dan ada orang yang seenak jidatnya menambahkan beban kerjaan dia ke kamu. Emang kamu sanggup?”
Jleb. Rasanya hati kecil Reca tersentil mendengar penuturan Elina.
“ga ka” Reca sedikit menunduk.
“nah makanya, ayo coba mulai sekarang hilangin sifat itu dari diri kamu de!”
“gimana caranya ka?”
Elina menjelaskan, gimana harus menanggapi atau menolak seseorang dengan sopan. Terkadang kita diberi pilihan, pertama cara sopan, kedua cara dingin.
Elina adalah seorang jaksa agung. Ia tau betul watak orang disetiap persidangan.
Orang-orang mengenal Elina dengan sikap dingin, cuek, tapi juga menjadi orang yang hangat disaat bersamaan.
Elina salah satu orang yang dapat di percaya oleh semua klien nya.
“udah ngerti belum kamu?” tanya Elina.
Reca mengangguk. “udah ka! Sekarang aku bisa lebih memilah sebuah permintaan!”
Elina tersenyum bangga. “anak didik siapa dulu dong”
“ka Elina gitu dong” ucap Reca dengan bangga.
Ceklek
Bunda masuk terburu-buru.
“eca, Aidan panik noh nyariin kamu. Samperin sana di ruang tamu”
Reca bangun dari duduknya. “serius bun?? Waduh, ka ina aku duluan ya ka. Makasih untuk sarannya tadi”
“siap de, dateng ke Kaka lagi ntar ya”
Bunda menarik tangan Reca. “ayo ca, keburu Aidan nya berantakin ruang tamu”
“aidan kalau marah begitu bun?”
“beuh.. kamu belum tau aja nak, dia kalau marah nih rumah jadi gundukan es rasanya. Ditambah dia akan bersikap kasar”
“ha masa bun?”
Bunda menghela nafas. “dulu sebelum ketemu kamu, Aidan orang yang keras, nyapa keluarga aja engga, bisa dibilang dia orang yang paling di takutin kedua setelah papa nya”
Reca masih mendengarkan.
“saat bunda tau dia pacaran sama kamu, dan berhasil ngubah sifat buruknya dulu. Bunda seneng banget ca, bunda jadi punya temen gibah”
Ha? Oh well.
Aurat wajah Bunda seketika serius. “ca, bunda mohon jangan tinggalin Aidan. Walau apapun yang terjadi bunda mohon sama kamu”
Keduanya berhenti didepan lorong menuju ruang tamu.
“bunda ga bisa liat banyaknya darah yang dulu di renggut sama Aidan. Kamu tau berita itu kan ca”
Reca jadi kepikiran. Kejadian itu memang bisa disebut sebagai kejadian ‘bloed vloer’, topik trending no 1 di jogjakarta.
Dimana seorang remaja pria yang membunuh karena emosi dengan tindak korupsi yang terus terjadi.
Hingga pria itu mengumpulkan semua tersangka dan langsung mengeksekusi semuanya dalam waktu 10 menit.
Pelaku ga ditahan karena terbilang masih dibawah umur. Jadi hanya menjalankan masa percobaan dalam kurung waktu beberapa bulan.
Tentu Bunda, Papa, serta Kaka Aidan ga ikut campur. Mereka hanya membayar beberapa entertainment TV untuk tutup mulut. Begitu pun para saksi.
“masuk sana, Aidan mulai menaikkan suaranya”
Bunda memberi semangat pada Reca. Dengan sangat hati-hati Reca masuk, ia bahkan rasanya takut hanya untuk melangkah.
Wajah Aidan sudah memerah. Bahkan beberapa pelayan dan penjaga tertunduk takut.
Reca bisa merasakan kemarahan besar Aidan, ini pertama kali baginya.
“a-aidan” ucap Reca.
Aidan menoleh. Ya, gadisnya sudah kembali. Ia sempat berpikir kalau Reca diculik oleh Arezo si bedebah itu.
Untung lah gadis itu masih ada disini.
“RECA ANDALOKA” suara Aidan memberat.
Bunda memberi isyarat kepada para pelayan untuk get out dari sana. Sebelum mereka terkena Omelan Aidan lagi.
Aidan mendekati Reca. Mata Aidan menunjukkan ketakutan, emosi, serta khawatir untuk Reca.
“abis dari mana” ucap Aidan dengan dingin.
Hati Reca menjadi berdebar kencang. Sikap dingin, Reca ga menyukai itu.
Reca sudah berkaca-kaca. Dia ketakutan dengan Aidan yang emosi seperti ini.
Next-
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
CasualeAidan melempar sepatu ke Haikal. Pria itu berhasil kabur, dengan cepat Aidan kembali mengambil sepatunya dan mengkunci pintu. ****** "sini peluk, biar ga dingin" Aidan memeluk dengan sesekali ngedusel di leher Reca. Reca hanya tertawa geli. ******...