BAB 8 | Rooftop

63 50 2
                                    

Headset yang tersambung pada MP3 Player, menyumpal kedua telinga Seanna, menyalurkan alunan lagu untuk dinikmati setiap melodi yang tercipta. Perempuan dengan jaket berwarna persik, menopang dagunya dengan pandangan menerawang ke luar jendela kelas, yang menyuguhkan pemandangan lorong sekolah yang ramai, oleh lalu-lalang siswa-siswi. Hari ini adalah hari pertama Seanna duduk di kelas sebelas, setelah melewati ujian tengah semester, pembagian rapor, dan libur yang tidak terlalu lama.

Beberapa kali, perut Seanna berbunyi sejak tadi, tanda membutuhkan asupan, mungkin karena ia hanya sarapan segelas susu hangat sebelum berangkat. Namun, alih-alih ke kantin untuk membeli seporsi nasi uduk, gadis itu masih geming di tempatnya, mendengarkan lagu yang silih berganti.

Banyak orang bilang, naik ke kelas sebelas tandanya sudah harus mulai menjadi manusia ambis yang mengejar nilai, dan prestasi. Namun, bagi seorang Seanna Meredith yang hidupnya lempeng, itu tidak ada bedanya sejak dulu, menginjak kelas satu SD pun Seanna akan tetap belajar, mengerjakan tugas sekolah, dan tidak akan absen tanpa alasan yang jelas. Jadi, apa yang istimewa, hanya kelasnya saja yang berbeda.

Lagu dari penyanyi Sheila On 7 berjudul Pemuja Rahasia, mulai terdengar masuk ke indra pendengarannya melalui headset berwarna hitam, Seanna suka semua lagu-lagu yang diciptakan oleh Sheila On 7, termasuk lagu yang liriknya mulai terdengar.

Sebuah liriknya berkata, "Mungkin kau takkan pernah tahu betapa mudahnya kau 'tuk dikagumi, mungkin kau takkan pernah sadar betapa mudahnya kau 'tuk dicintai."

Mendengar lirik itu, ia jadi teringat pada laki-laki yang memiliki sifat tidak peka bernama Izkiel Eshaal. Kalau ditanya bagaimana kabar mereka, jawabannya sangat baik, dihitung sejak Izkiel dan Seanna pertama kali bertemu, lima bulan sudah berlalu. Waktu terasa begitu cepat berganti, sudah lima bulan ia dekat dengan Izkiel, dan rasa nyaman itu semakin tumbuh dengan subur di hatinya. Mereka saling menyukai, itu adalah kenyataan yang tidak bisa dibantah, Izkiel menyukai Seanna karena perempuan itu sederhana dan apa adanya, sementara Seanna menyukai Izkiel karena lelaki itu punya seribu satu cara, untuk menunjukkan bahwa ia memiliki perasaan dengan gadis itu tanpa harus mengucapkannya langsung. Karena Izkiel adalah orang yang susah sekali mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan, tetapi terlalu bodoh kalau Seanna tidak peka dengan perilaku Izkiel selama ini.

Sebuah tepukkan di pundak, membuat gadis itu terperanjat, sebelum akhirnya ia menemukan perempuan berwajah ayu, dengan rambut panjang berponi yang ia biarkan tergerai. Kanaya tersenyum manis menyapa Seanna, sebelum gadis itu memutuskan duduk di kursi sebelah Seanna, karena pemilik kursi itu belum datang.

"Ya Tuhan ...! Nay ... kalau datang jangan ngagetin gitu, ih." Seanna mengelus-elus dada, karena kejadian beberapa detik silam membuat jantungnya hampir melompat.

"Aku udah manggil-manggil dari tadi, kamunya aja yang nggak denger." Kanaya tertawa, sembari satu tangannya dengan sengaja melepas headset yang terpasang di telinga Seanna.

Seanna hanya nyengir, kemudian mematikan MP3 Player untuk dimasukkan ke ransel merah muda.

"Pasti lagi dengerin lagu cinta, ya? Dari tadi aku perhatiin kayaknya menghayati banget, sambil senyum-senyum," terka Kanaya yang tepat sasaran.

"Udah kayak dukun aja sekarang nebak-nebak," seloroh Seanna.

"Cuma kasih tau aja, masih ada cewek yang nunggu Izkiel dari dulu, so ... aku cuma ga mau kamu telat tau itu, dan sakit hati."

Thread Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang