Inget cuman fiksi, Happy Reading!
*
Kali ini Rheas bersyukur dia berada disini meskipun untuk pertama kalinya, dia melihat orang tuanya bertengkar. Bisa dia lihat mata Whyne yang menyorot penuh kekecewaan pada Ayahnya, Keyrix. "Apa yang kau bilang barusan? Kau akan kembali ke kerajaan tanpaku?" tanya Whyne.
"Apa kali ini kau ingin berduaan dengan si selir sialan?" tanya Whyne lagi. "Apa karena aku sebentar lagi mati jadi kau akan fokus untuk pengangkatan selir itu?"
Keyrix melotot. "Apa maksudnya mati? Tidak akan ada yang mati!" sergah Keyrix.
"Aku hanya memintamu untuk berada di ibukota kekaisaran hingga sembuh, bukan artinya aku akan berselingkuh! Kenapa kau sungguh meragukan kesetiaanku?!" seru Keyrix, nadanya naik satu oktaf.
Whyne menatap Keyrix dengan mata nanar. "Kau pura pura tidak ingat, kau ada kamar selir itu.. bukan sekali dua kali.. beberapa kali ketika aku sakit.. ketika aku kesakitan dan butuh kau disampingku! KAU BERSAMA SELIR ITU BUKAN AKU!" teriak Whyne marah. Wajah mamanya itu basah oleh air mata.
"Mama.." panggil Rheas lembut.
Panggilan itu mampu mengalihkan atensi Whyne. Tersadar dia akan membuat sebuah memori buruk untuk putra kesayangannya, Whyne buru buru menghapus air matanya. "Pergilah ke kamarmu, Rheas.. Mama akan menyusul.." titah Whyne dengan senyumnya.
"Rheas akan tetap disini bersama, Mama.. Sebenarnya, Papa sudah membicarakan ini bersama Rheas. Mama akan tinggal disini sampai upacara pernikahan dan penobatan Rheas sambil melakukan pengobatan dengan harapan dokter kekaisaran akan membuat mama sembuh sehingga Rheas tidak perlu mengkhawatirkan kondisi mama saat mama kembali lagi.. Rheas juga amat paham mama pasti khawatir sekali soal selir itu, karena Rheas juga sedikit mengerti soal itu meski Jed sudah berjanji bahwa tidak akan selir lagi setelah dirinya menikahi Rheas. Makanya Rheas akan meletakkan satu prajurit bayangan milik Jedrick yang Rheas percaya untuk mengawasi Papa. Jadi, Mama jangan khawatir ya?" ucapan panjang sang putra hanya dibalas tatapan penuh makna dari Whyne.
"Rheas sudah besar ya? Baiklah, tapi boleh tinggalkan kami berdua? Mama sungguh ada hal lain yang harus dibicarakan.." Whyne mengusap kedua pipi Rheas.
"Tapi, mama-" belum sempat Rheas menyelesaikan kalimatnya, Whyne sudah menggeleng.
"Maaf, mama sedang tidak ingin dibantah.."
Kali ini Rheas menatap sang Ayah, meminta dukungan agar tetap tinggal. Namun, Keyrix hanya membuang muka. "Kami akan baik-baik saja.." perkataan itu tidak membuat hati Rheas tenang.
"Baiklah.." akhirnya calon permaisuri kekaisaran itu bergerak pergi, meski tidak benar benar pergi, dia akhirnya berdiri dibalik pintu kamar yang menjulang dengan ornamen yang dihias lapisan emas.
"Aku hanya ingin bertanya kebenarannya, apa yang kau sembunyikan. Kau sungguh mengira aku tidak tahu apapun?" pertanyaan itu terdengar begitu nanar dan putus asa.
Ayah dari Rheas itu tidak menjawab, hanya memandang istrinya dengan senyum sendu. "Aku berjanji akan menceritakan semuanya saat sudah selesai. Untuk sekarang, cukup sembuh saya? Ya? Whynie?" permintaan itu disebutkan dengan suara lembut.
Whyne hanya diam. "Kenapa tidak bisa mengatakannya sekarang? Karena aku hanya seorang rakyat biasa? Aku tidak bisa menanggung masalah yang kini sedang kau pikul? Aku tahu dibanding cinta pertamamu, aku hanya unggul karena bisa memberikanmu anak. Itupun seorang submisif! Seharusnya cinta pertamamu kembali dari akademi lebih awal sehingga aku tidak terjebak hamil anakmu.."
"Bahkan dibanding selir sialan itu! Dia adalah putra seorang count terpandang! Semua bangsawan memandangku sebelah mata sekarang, berharap aku cepat mati karena penyakitku itu memang menyakitkan tapi itu tidak masalah buatku. Aku masih cukup kuat, aku ahli berpedang, aku mempunyai anak yang berbakat aku tidak mengkhawatirkan apapun, tapi kau.. membuatku putus asa.." suara Whyne terdengar bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Original Anti Villain | Noren
Fanfiction(ON HOLD) Renjun kira dia adalah orang yang paling beruntung, tapi ternyata dia sedang sial! Renjun selalu mengira dimanapun dia hidup genrenya akan selalu slice of life biasa, tapi nyatanya dia salah. Hidupnya yang awalnya bergenre slice of life ja...