03

277 36 8
                                    

Suara lenguhan itu terdengar sangat pelan, Hinata memejamkan matanya karena merasakan hentakan keras dari Naruto. Ia tidak berbohong jika mengatakan bahwa kini tubuhnya sangat sakit, pria itu awalnya mengatakan hanya ingin ditemani minum. Tetapi itu adalah kebohongan, saat Naruto mabuk dia meminta Hinata untuk melayaninya.

Mau tidak mau Hinata harus menuruti apa mau pria itu. Naruto masih sibuk dengan hentakannya, ia melumat bibir Hinata serta menyapunya. Lidah nya kini bermain dalam mulut Hinata, ia mengigit pelan bibir bawah Hinata.

"Shh" Hinata mendesis pelan karena luka yang Toneri berikan tadi tidak sengaja Naruto pegang.

Naruto merasa Hinata sudah mencapai pelepasannya, ia pun ingin dengan cepat mengeluarkan miliknya. Naruto bahkan tidak peduli dengan Hinata yang sedang sakit itu. Ia terus saja menghentaknya kejantanan nya dengan keras hingga mencapai pelepasannya.

"Argh.." ia menggeram dengan pelan dan mengeluarkan cairan miliknya didalam Hinata.

Setelah merasa sudah selesai Naruto melepaskan kejantanan dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, meninggalkan Hinata yang masih di ranjang.

Hinata menatap sendu punggung kekar itu. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan mengambil pakaian nya yang sempat Naruto lempar tadi, Hinata menatap jendela kamar itu awan hari ini terlihat sangat mendung.

Ia ingin bergegas pulang karena merasa khawatir kepada ibunya, ia meninggalkan ibu sudah terlalu lama. Saat ingin bangkit dari duduknya ia merasa kepalanya sangatlah sakit. Semua anggota tubuhnya saat ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

"Ingin kemana?" Tanya Naruto dengan dingin, dirinya baru saja selesai membersihkan dirinya.

Hinata menoleh ke asal suara itu. "Aku harus pulang." Ia berujar dengan pelan.

"Aku bahkan belum mengizinkanmu untuk pergi."

"Aku mohon, Naruto. Ibuku sudah terlalu lama ku tinggal sendiri aku harus bergegas pulang." Hinata memohon dengan suara yang pelan. Saat ini ia hanya berharap Naruto memperbolehkan dirinya pergi.

Naruto melangkah menuju meja dan mengambil sesuatu di laci, ia kemudian duduk tepat di sebelah Hinata. Ia kemudian menggenggam tangan Hinata dan mengoleskan salep yang tadi dirinya ambil.

Hinata terkejut karena secara tiba-tiba Naruto mengobati luka lebam nya dengan salep itu. Dirinya menatap Naruto yang masih sibuk mengolesi lukanya.

"N-naruto..." Gumam Hinata.

"Diamlah, setelah ini aku akan mengantarmu pulang."

Hinata menundukkan kepalanya dan menyunggingkan senyum kecilnya. "Terima kasih, Naruto." Ucapnya dengan tulus.

Mata dingin itu sempat melihat senyuman kecil Hinata. Dapat Naruto lihat senyuman tulus dan ucapan tulus wanita itu, dirinya kemudian memalingkan wajahnya. "Bersiaplah aku akan mengantarmu sekarang."

Hinata menatap Naruto yang melangkah pergi menuju luar kamar, jika di tanya apa yang ia rindukan saat ini maka jawabannya adalah ia rindu tatapan hangat pria itu.

...

Didalam mobil kini hanya ada keheningan diantara keduannya, tidak ada yang mau membuka suaranya terlebih dahulu. Naruto yang fokus pada jalanan di depannya dan Hinata yang fokus menatap jendela mobil disampingnya.

"Bisakah kita mampir menuju apotek terlebih dahulu." Ia meminta izin kepada Naruto.

Karena Naruto tidak menjawab perkataannya maka dapat Hinata pastikan bahwa pria itu menolaknya. Ia kemudian kembali menatap pemandangan disebelahnya, Hinata tersenyum ketika melihat hamparan bunga disana.

This Pain [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang