Part 2 'Dek, Kenapa?'

420 64 33
                                    




























TEMEN ADEK

























Minho terlihat menggulung lengan bajunya. Dia duduk di tepi ranjang setelah infusnya di lepas oleh seorang suster. Setelah beristirahat satu malam di rumah sakit, kondisi Minho sudah jauh lebih baik. Dia tidak menyangka jika akan tumbang seperti ini.

“Sekarang Mas Minho udah boleh pulang. Jangan lupa istirahat ya, mas. Mas masih perlu istirahat soalnya.” ucap suster itu sambil merapikan peralatan yang di bawanya.

“Makasih, sus. Tapi saya mau liat kondisi Jisung dulu sebelum pulang.” ucap Minho. Suster itu mengangguk pelan.

“Adeknya Mas Minho kenapa?” tanya suster itu. Minho terdiam sejenak lalu tersenyum tipis.

“Kecelakaan, sus. Kata dokter, dia koma.” sedih Minho.

Puk.

“Mas Minho yang kuat, ya. Adek mas perlu dukungan dari Mas Minho. Aku doain supaya adek Mas Minho cepet bangun dari komanya.” Suster itu mengulas senyumnya sambil menepuk pelan bahu Minho.

“Makasih, sus. Kalau gitu, saya permisi dulu.”

Minho beranjak pergi dari sana setelah berpamitan. Dia melangkahkan kakinya menuju ke arah dimana kamar Jisung berada. Tangan Minho mengepal di sisi tubuhnya. Rasa khawatir terlihat jelas dari raut wajahnya. Tidak sabar untuk melihat kondisi si tupai itu.

Tap.

Langkah kaki Minho terhenti di depan sebuah kaca besar. Kedua matanya menatap kearah Jisung yang masih berbaring di dalam sana. Posisinya masih sama seperti kemarin. Mata terpejam erat dengan berbagai macam alat yang menempel padanya.

“Jisung,” Minho berjalan mendekat ke kaca. Tangannya naik dan menyentuh kaca besar itu.

“Aku balik lagi. Kamu masih tidur, ya.” ucap Minho, menatap lurus ke dalam sana.

“Enggak papa. Kamu pasti capek udah belajar keras buat ulangan kemarin. Kamu bisa tidur sekarang. Tapi jangan lama-lama, ya. Cepet bangunnya.”

Minho mengulas senyum kecut. Pandangannya turun seiring kepalanya yang perlahan tertunduk. Sorot matanya terlihat sendu.

Minho tidak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya pada Jisung. Semua ini karena dirinya. Ucapannya yang terlalu pedas dan menyakiti perasaan Jisung. Minho selalu meruntuki dirinya yang tidak bisa mengendalikan ucapan pedasnya. Tapi, apalah daya, semuanya sudah terjadi sekarang.

“Hahh,” Minho menghela napas panjang sebelum kembali mengangkat kepalanya. Dia menatap lurus kearah Jisung di dalam sana.

“Jisung, aku pamit pulang dulu, ya. Dari kemarin aku belum mandi. Kucel banget ini. Aku pengen nanti kalau kamu bangun, aku udah ganteng.”

Minho terkekeh pelan mendengar ocehannya sendiri. Terdengar penuh percaya diri dan konyol. Minho kemudian menghela napas sekali lagi. Menatap lurus Jisung di sana, sebelum kemudian berjalan pergi.




























TEMEN ADEK


























“Aku pulang,”

Minho berjalan memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Samar-samar Minho mendengar suara televisi. Dan benar saja, saat sampai di ruang tengah, dia melihat televisi menyala menayangkan kartun kesukaan Felix.

Temen Adek || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang