TIGA PULUH DELAPAN

744 20 0
                                    

Happy Reading 🤍

"Pak?" panggil Zeandra dengan suara lembut saat mereka berada di dalam mobil untuk kembali ke apartemen mereka setelah hari yang melelahkan namun begitu bersejarah bagi keduanya.

"Ya?" jawab Rafa dengan singkat, mencerminkan kelelahan namun juga kehadiran dalam setiap kata.

"Kita tinggal bareng setelah ini?" tanya Zeandra, menunjukkan keraguan dan kebingungan yang menghantui pikirannya.

Pertanyaan itu membuat Rafa tiba-tiba menghentikan mobilnya secara mendadak. Matanya menatap lurus ke depan, mencoba merangkai jawaban yang sesuai dengan perasaan dan keyakinannya. "Pertanyaan apa itu, Zeandra?" ucap Rafa dengan suara serius, mencerminkan kejernihan dalam pikirannya.

"Saya cuma nanya, Pak. Saya bingung," jelas Zeandra, mencoba merangkai pemikirannya yang masih bertaburan.

"Kita sudah menikah, jadi harus tinggal bareng," lanjut Rafa dengan tegas, mencoba memberikan jawaban yang dapat memastikan komitmen mereka satu sama lain dalam kehidupan rumah tangga yang baru mereka mulai. Suasana dalam mobil terasa penuh dengan ketegangan dan harapan akan masa depan yang dihadapi bersama.

"Yaudah, tapi di apartemen saya ya, Pak?" ucap Zeandra, menegaskan preferensinya kepada Rafa. Zeandra adalah tipe orang yang sulit beradaptasi dengan tempat tidur baru, sehingga ia ingin memastikan kenyamanan terbaik di tempat tinggal mereka. Apartemen yang beberapa bulan terakhir sudah menjadi tempat pulang Zeandra menjadi pilihan yang nyaman baginya.

"Senyamannya kamu, saya ikut," jawab Rafa dengan tulus, mengalah demi kebahagiaan dan kenyamanan Zeandra. Komitmennya untuk membuat Zeandra merasa aman dan nyaman terpancar jelas dari suaranya.

"Terima kasih, Pak," ucap Zeandra dengan senyuman hangat, merasakan kelegaan dan kebahagiaan karena Rafa mau mengabulkan permintaannya.

Selanjutnya, Rafa menjalankan kembali mobilnya menuju apartemen, memandang jalan dengan khidmat seolah sedang merenungkan sesuatu yang mendalam.

"Eh, Pak, Keenan sama siapa ya?" tanya Zeandra secara tiba-tiba, memecah keheningan di dalam mobil.

"Keenan sama Mama Iren, udah nyampe hotel jam 5 tadi, udah kabarin saya ko," jawab Rafa dengan penuh perhatian.

"Ko gak kabarin saya sih, Pak?" tanya Zeandra sambil mulai membuka ponselnya.

"Kata Mama hp kamu mati," ungkap Rafa, menjelaskan alasan mengapa ia tak bisa menghubungi Zeandra.

"Oh iya, saya seharian gak main hp," akui Zeandra sambil menyadari keadaan ponselnya.

"Ya udah, simpen lagi hpnya. Sebentar lagi kita sampe," ucap Rafa mencoba menenangkan Zeandra yang mulai khawatir.

"Oh ya, kita mau makan malam di mana?" tanya Rafa, mencoba merencanakan makan malam mereka.

"Pesen GoFood aja, Pak. Saya mau langsung ke apartemen, capek," pinta Zeandra, mengungkapkan keterpaksaannya untuk tidak keluar lagi setelah hari yang begitu intens. Rafa pun mengangguk paham, memahami kelelahan dan keinginan istri tercinta untuk segera beristirahat di kediaman mereka.

"Whatever you want, do it," ucap Rafa dengan nada yang sedikit acuh namun memiliki arti yang mendalam bagi Zeandra. Ungkapan tersebut membuat Zeandra merasakan kehangatan dari balik kata-kata Rafa, sebuah penegasan bahwa keinginan dan kebahagiaannya menjadi prioritas baginya.

Zeandra merenung sejenak, teringat bagaimana pandangannya terhadap Rafa berubah seiring dengan waktu. Awalnya, ia menganggap Rafa sebagai sosok yang keras kepala dan egois karena keteguhan pendiriannya saat mereka berdebat. Namun, kehidupan telah membuktikan sebaliknya. Rafa memiliki sisi lain yang mendalam dan penuh perhatian, yang selalu siap mendukung dan menghargai segala keinginan dan kebahagiaan Zeandra.

A Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang