Bab 43 - Diculik?

3.2K 111 4
                                    

"Don't judge a book by its cover. Orang yang kita anggap paling baik pun, belum tentu seperti yang kita lihat."
-smileegirlss

~Happy Reading~


"Kamu beneran nggak mau ikut aku ke kantor, hari ini?"

Saat ini Veno sedang memakai dasinya di walk in closet.

"Nggak Mas, aku di rumah aja." Gretha tengah duduk di atas sofa kecil yang tersedia di sana.

"Oh yasudah. Tapi kalau ada apa-apa, kamu langsung hubungi aku, yah!" Gretha hanya mengangguk mengiyakan saja.

Veno menatap Gretha, cemas.

Sebenarnya Veno tidak tega meninggalkan istrinya sendiri di rumah. Namun, hari ini terdapat rapat penting yang harus dihadirinya. Gretha juga memaksanya untuk tetap pergi dan tidak ingin ikut dengannya.

Veno pun, hanya mengangguk pasrah. Semoga saja selama ia pergi, istrinya tetap baik-baik saja.

"Mas," panggil Gretha. Ia menjulurkan tangannya ke depan dan mendongak untuk melihat Veno.

Veno menaikkan satu alisnya, bingung. Setelah beberapa detik berpikir, ia pun mengangguk. "Bentar ya, Sayang."

Gretha yang mendengar kata 'sayang', pipinya spontan merona. Namun, tak berapa lama, wajah merona itu tergantikan dengan kernyitan tipis di dahinya, kala melihat Veno mengambil dompetnya yang berada di saku.

Veno merogoh dompetnya dan mengeluarkan sesuatu. "Ini," ucap Veno seraya menyerahkan Black Card-nya.

Gretha memiringkan kepalanya heran, melihat kartu itu. Ia mendongak kembali menatap Veno.

"Mas ..., bukan itu ih, maksud aku." Ia menggembungkan pipinya sebal.

Veno tertawa kecil. "Terus maksud kamu apa?"

"Aku mau salim, Mas." Ia mengambil tangan kanan Veno, kemudian mencium tangan kanan itu lama.

Veno yang melihatnya spontan tersenyum. Ia mengelus rambut Gretha pelan.

Gretha yang sudah selesai, tersenyum manis. "Sudah Mas. Kamu pergi gih! Nanti takutnya telat."

Bukannya pergi, Veno malah menarik pinggang Gretha secara tiba-tiba. Gretha yang ditarik, refleks memegang dada Veno.

"Mas, kenapa?" tanyanya dengan detak jantung yang sudah berdisko. Bagaimana tidak berdisko, bila jarak mereka saat ini sangat dekat.

Veno menarik tengkuk Gretha pelan. Kemudian dirinya mencium kening Gretha dalam waktu yang cukup lama.

Setelah selesai mencium kening Gretha, ia beralih mencium puncak kepala istrinya, menyalurkan semua rasa sayang dan cintanya.

Gretha tersenyum haru merasakan ciuman itu. Hatinya pun, merasa nyaman mendapat perlakuan seperti ini dari suaminya.

Veno menyudahi ciumannya di kepala Gretha. Ia membelai pipi kanan Gretha, kemudian menciumnya sekilas.

"Aku pergi dulu ya, Sayang."

Gretha menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum malu mendengar panggilan barunya dari sang suami.

"Hati-hati ya, Mas," ucap Gretha saat Veno memasuki mobil.

Veno tersenyum, kemudian mobil itu melaju kencang menuju perusahaan miliknya.

Saat ini, Gretha agak sedikit tidak nyaman berada di rumah sendirian. Apalagi semenjak dirinya di teror. Namun, dia tidak ingin membuat Veno repot, bila dirinya ikut ke kantor.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang