DUA PULUH SATU

45 14 68
                                    

“Dja, ketemu sama Mey nya nanti sore aja, ya? Sekarang anterin aku dulu ke kampus kakak kamu,” rengek Hanny sembari mengguncangkan pelan bahu Radja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Dja, ketemu sama Mey nya nanti sore aja, ya? Sekarang anterin aku dulu ke kampus kakak kamu,” rengek Hanny sembari mengguncangkan pelan bahu Radja.

Saat ini, keduanya sedang berada di tempat parkir kampus. Mereka baru menyelesaikan kelas pagi dan kini Hanny sedang membujuk Radja karena ia sangat ingin bertemu dengan Jansen.

Perasaannya benar-benar tidak tenang setelah ia menerima pesan singkat dari kekasihnya itu, kemarin sore. Selain itu, Jansen hanya memberinya kabar sekali saja saat pria itu sampai ke rumahnya. Setelahnya, ia belum memberi lagi kabar hingga siang ini.

“Kakak saya sedang sibuk untuk sidang. Jadi, kita jangan dulu mengganggunya,” jelas Radja sembari menatap wajah Hanny.

“Tapi, aku pengen banget ketemu sama dia.” Hanny kembali mengeluh seraya menundukkan kepalanya.

Melihat keadaan sahabatnya yang seperti ini, malah membuat Radja menjadi tidak tega. Ia tampak berpikir sejenak untuk memberikan solusi pada gadis tangguh tersebut.

“Mm ... bagaimana kalau kamu ke rumah saya saja seperti waktu itu?” Radja mulai memberikan saran. “Kamu tunggu saja dia di rumah. Takutnya, kalau kita datang ke universitasnya, konsentrasinya malah terganggu. Kamu tau sendiri, kakak saya paling tidak bisa menolakmu. Jadi, harus kita yang mengerti.”

Perkataan Radja memang benar. Sidang adalah sesuatu yang sangat penting untuk Jansen. Wajar jika Jansen sampai tidak menghubungi Hanny. Seharusnya, Hanny yang lebih mengerti.

“Ya, udah. Kita pulang dulu ke rumah kamu,”pungkas Hanny.

Radja menganggukkan kepalanya pelan sembari tersenyum. Setelahnya, ia tampak memberikan salah satu helm yang ia bawa pada sahabatnya itu.

Radja segera menancapkan gasnya menuju rumah karena hari sudah sangat mendung. Selain itu, ia juga sudah berjanji akan menjemput Mey pulang sekolah hari ini.

Sesampainya di rumah, Radja memberikan kunci pada Hanny tanpa turun dari atas motornya. Hanny menerima kunci itu seraya berjalan menuju ke pintu depan. Sedangkan Radja langsung berpamitan karena ia sudah sangat terlambat.

Di dalam rumah, Hanny langsung beranjak duduk di sofa sembari menyandarkan punggungnya. Entah sejak kapan ia begitu nyaman berada di rumah itu.

Tuan rumahnya juga tidak pernah membuatnya canggung. Untuk itu, ia tidak pernah merasa takut ketika ia ditinggal sendirian di sana.

Seperti biasa, netranya mulai menyisiri area sekeliling. Tapi, hari ini rumah itu terlihat sangat rapi. Karena tidak ada yang bisa ia bereskan, akhirnya ia memutuskan untuk menunggu Jansen pulang sembari mendengarkan musik menggunakan headset.

Hanny kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa setelah ia memasangkan headset di telinganya. Ia mendengarkan musik tersebut seraya memejamkan matanya untuk mencari ketenangan.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang