Sebuah Perjalanan

0 0 0
                                    


Api mulai mengecil, sisa tulang belulang yang menghitam karena api bercampur dengan abu pembakaran kayu. Udara yang bercampur asap pembakaran membuat hidung sedikit gatal saat bernapas. Popy dan Mara naik ke rumah pohon, mengambil beberapa barang yang diperlukan. Mantel, senjata dan sisa-sisa peluru. Saka mengambil kompas dan peta di rumah pohonnya. Anggara dan tiga prajurit lainnya mengambil busur dan anak panah yang masih bisa digunakan. Setelah lima belas menit berlalu, mereka berkumpul. Saling mengingatkan barang-barang yang dibawa, mengecek masing-masing. Anggara memberikan busur dan anak panah pada Popy, Mara dan Saka. Tidak terlalu banyak yang mereka bawa, masing-masing bertanggung jawab atas barang-barang sendiri.

Sebelum berangkat, Saka memimpin berdoa. Tujuh orang dengan tiga kepercayaan berbeda menjadi satu, memanjatkan doa pada tuhan yang sama. Mereka punya tingkat toleransi yang tinggi. Saka, Mara dan tiga prajurit mengangkat kedua tangannya, mengarahkan telapak tangan ke langit-langit. Popy menyatukan kedua tangan, jari-jarinya saling menggenggam di depan muka. Anggara hanya memejamkan mata dan menundukkan kepala. Perbedaan kepercayaan adalah salah satu penyebab terpecah-belahnya umat manusia, membuatnya menjadi alat adu domba yang efektif untuk memulai perang dunia ketiga. Lima negara adidaya menyadari akan hal itu, mereka menyebarkan propaganda kepercayaan secara masif dan terstruktur. Targetnya bukan hanya yang berbeda, yang memiliki kepercayaan sama juga saling serang atas ajaran yang mereka percayai.

Popy, Saka, Mara dan Anggara juga tiga prajurit menyadari bahwa perbedaan kepercayaan adalah hal yang lumrah. Perbedaan tidak dijadikannya penghalang atau batas untuk saling mengenal. Kepercayaan tidak mereka gunakan menjadi alat untuk saling serang. Tahun-tahun terakhir sebelum perang dunia ketiga pecah menjadi momok bagi semua kepercayaan di dunia. Mereka saling menunjukkan diri yang paling benar. Semua orang melakukan hal itu, membuat kebenaran jadi tampak relatif. Negara yang punya asas demokrasi dipaksa menjadi negara dengan hukum sesuai kepercayaan masing-masing. Akhirnya banyak orang-orang yang membelot dan memilih untuk tidak memiliki kepercayaan, tapi tetap menganggap dirinya percaya adanya tuhan.

Mungkin adanya perang dunia ketiga menjadi cambukkan keras dari tuhan yang mulai benar-benar murka akan perilaku umat manusia. Perilaku yang egois, perilaku yang tidak mencerminkan manusia yang bertuhan. Orang-orang lupa bahwa ada yang bisa menemukan kedamaian di tempat ibadah lain, tempat ibadah masing-masing kepercayaan. Memaksakan perbedaan untuk menjadi sama sesuai kehendak diri sendiri justru membuat semuanya kacau. Tuhan tidak pernah tidur, tuhan yang paling tahu mana perilaku salah dan benar. Tuhan Maha Adil, tuhan memberikan hukuman untuk semua umat manusia. Bukan hanya untuk kaum-kaum tertentu.

Selesai berdoa. Saka langsung memimpin perjalanan, tepat di belakangnya Popy mengikuti, lalu diikuti tiga prajurit, Mara berada paling belakang, ditemani Anggara yang berjalan di depannya. Saka sengaja menggunakan barisan itu. Meletakkan Popy tepat di belakangnya menjadi pilihan yang paling tepat. Kemampuan Popy untuk membelah diri dan menggunakan visinya bisa dimanfaatkan untuk keadaan darurat selama di perjalanan. Saka juga ingin mengetahui peningkatan kemampuan seperti apa yang didapat Popy setelah masuk dimensi ruang ketiga.

Tiga prajurit mengawasi bagian kanan dan kiri, Saka menaruh mereka karena jangkauan di sisi kanan dan kiri adalah jangkauan penglihatan paling luas, membutuhkan lebih banyak orang untuk mengawasi. Saka menaruh Mara dan Anggara di barisan paling belakang karena mereka yang paling awas dan teliti. Saka tahu persis kemampuan Mara yang sering mendapat gambaran masa depan. Gambaran itu seringkali muncul ketika Mara lebih banyak melihat. Mara akan sering melihat enam orang di depan. Kesempatan munculnya gambaran dari masing-masing orang akan terbuka lebar.

Hari mulai gelap. Mereka menyalakan senter kepala. Senter itu tidak menggunakan baterai, teknologi meningkat pesat sebelum perang dunia ketiga menghancurkan segalanya. Daya dari senter itu diisi oleh tenaga gerak dari pemakainya. Senter itu dibuat oleh beberapa perusahaan gabungan untuk menggalakkan kampanye Go Green. Pemakaian baterai akan merusak bumi karena kandungan logam berat dan zat-zat berbahaya lain yang ada di dalam baterai dapat mencemari air dan tanah, yang pada akhirnya bisa membahayakan tubuh manusia.

DhanurvedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang