Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf upnya lama man teman
Bantu koreksi jika ada typo ataupun kesalahan tanda baca
Jangan lupa
Bismillahirrahmanirrahim
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Ini hari ke tiga setelah kabar yang menggemparkan pondok waktu itu. Jika di pikir-pikir lucu juga, orang-orang banyak menangisinya, sedangkan ia masih berdiri kokoh.
Kini, Zeidan berjalan lesu menuju rumahnya, dirinya baru pulang dari pondok setelah menyimak hafalan beberapa santri pagi ini. Ia merasa sedikit lelah, karena belakangan ini pekerjaannya juga menjadi sangat banyak. Namun lelahnya hilang setelah pulang kerumah, menatap manusia-manusia berharga yang sudah Allah titipkan dalam hidupnya.
Baru saja ia hendak mendorong gerbang, sebuah tangan terulur menariknya hingga pemuda itu hampir terjengkang.
"Astagfirullahaladzim, Nek."
Zeidan beristighfar menatap nenek Aisyah dengan tatapan tenang. Terlihat jika sang nenek tengah menahan amarah.
Zeidan melepas tangan keriput sang nenek yang mencengkramnya cukup kuat, lalu meraih tangan keriput itu untuk digenggam lembut, berharap amarah nenek Aisyah menghilang.
"Ada apa?" tanya Zeidan masih dengan intonasi lembut dan tenang.
"Istri kamu itu!" ketus nenek Aisyah sembari menatap Zeidan sinis. Sedangkan Zeidan sendiri berubah menjadi serius ketika menyangkut wanita kesayangannya.
"Ada apa dengan Sahara, Nek? Apa istri Zeidan baik-baik aja?" tanya Zeidan sepontan. Ia khawatir jika terjadi sesuatu pada gadisnya itu.
Sorot mata sang nenek menajam, menatap kesal kepada cucunya. Ia sangat tidak suka saat Zeidan mengkhawatirkan Sahara. Baginya, Sahara adalah hama, parasit yang menumpang hidup dalam lingkup Al-Azhar! Benar-benar menjijikan!
"Dia sangat kurang ajar! Dia-
"Namanya Sahara, Nek. Istriku!" Kata Zeidan menyela ucapan nenek Aisyah. Ada penekanan saat ia menyebut Sahara adalah istrinya.
Nenek Aisyah kembali menatap Zeidan tajam saat ucapannya di sela begitu saja. Menurutnya, semenjak Zeidan mengenal Sahara cucunya itu berubah menjadi pembangkang. Padahal dulu pemuda itu adalah anak manis yang selalu menuruti ucapannya.
"Diam kamu! Jangan mentang-mentang dia istrimu, kamu membela kesalahannya!" kecamnya dengan suara yang meninggi.
Zeidan menghela nafas pelan sambil terus mengikuti kemana langkah sang nenek membawanya. Mereka sama kerasnya. Namun, Zeidan mengalah dan lebih menghormati orang tua ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al Zeidan (end)
General FictionMengagumimu saja rasanya aku tidak pantas, apalagi menginginkanmu menjadi miliku. Terlalu lancang. Rank #1 in hebat #3 in persahabatan #3 in wattpadreligi #4 in cinta #5 in kehilangan Start: 30 November 2023 Finish:- Jika ada kesamaan nama, alur, a...