44. Key

580 68 1
                                    

"Kai?" Reyden menghampiri Kaiza yang kembali ke parkiran motor sekolah.

"Gue berani sumpah, lo yang ngasih itu ke gue Kai!"

"Kai please... Lo gabakal hajar gue lagi kan?" Kaiza menoleh ke arah Reyden.

"Jelasin ke gue, masalah yang lo punya sama Liam" Reyden mengerjap matanya bingung.

"Jawab"

-

"Kai, ngelamun aja lo" Ucap Elenna sambil memberikan minuman kaleng kepada Kaiza.

"Liam minta putus" Ucap Kaiza sambil membuka minumannya.

"Terus? Lo terima?" Tanya Kanaya.

"Gue ga jawab apapun"

"Jangan bilang lo bahkan ga jelasin?!" Tebakan Elenna hanya di hadiahi tatapan terdiam Kaiza yang artinya iya.

"Sumpah! Pantes ajalah dia ngajak putus, lo bahkan ga jelasin apapun Kai?"

"Gue gatau harus ngomong apa, dia bilang kalo gue gamau putus, gue harus bilang cinta ke dia"

"Ya terus? Didn't you say that?" Tanya Kanaya, dan di hadiahi gelengan dari Kaiza.

"Mau lo apasih Kai? Di suruh nyatain perasaan lo ke dia gamau, tapi sekarang lo uring - uringan pas dia ngajak putus. Lo sebenernya suka ga?"

"Gatau?"

"Kai! Dengerin gue ... Lo itu suka sama dia Kai.. Lo ga bakal segininya kalo perasaan lo cuman sekedar tertarik, coba jujur sama perasaan lo sendiri deh. Gue yakin lo masih denial!" Kaiza membenarkan ucapan Elenna, benar dirinya denial. Ia sedikit merasa menyesal ketika tidak mengutarakan perasaannya kepada Liam.

"Thanks Len, akhirnya fikiran gue terbuka" Kaiza bangkit dari kursinya berlari keluar kelas menuju kelas Liam.

Sampai di kelasnya, ia tidak menemukan Liam dan teman - temannya disana. Ia berjalan menuju kantin barang kali mereka sedang berada disana.

Sesampainya di kantin, Kaiza langsung melihat ke arah meja yang sering digunakan Liam dkk. Ia menajamkan pandangannya ketika melihat seorang siswi yang tidak asing di matanya.

Ia berjalan sedikit mendekat untuk melihat, ia baru ingat itu adalah siswi kelas 10 yang meminta bantuan kepada Liam saat camping.

Kaiza melihat Liam tertawa disebelahnya, bahkan Liam baru menangis kemarin di hadapannya dan sekarang ia sudah tertawa bahagia dengan orang lain. Kaiza tidak pernah mendengar Liam tertawa selepas itu saat bersama dirinya.

Kaiza mengepal tangannya kesal, kenapa bukan dirinya? Kenapa tawa Liam yang selepas itu tidak hanya dengannya? Kenapa Liam tidak hanya tertawa kepadanya? Bukankah Liam bilang dia menyukainya? Harusnya senyum dan tawa itu hanya untuknya.

"Kai!" Seseorang menarik tangan Kaiza menjauh dari sana.

"Kemana?"

"Lo sadar gasi dia ngeliat lo dari tadi? Mending lo jaga jarak dulu dari Liam, dia bukan lawan yang main - main Kai"

"Gue gapeduli"

"Lo harus, kalo lo kenapa - napa gaada yang bisa nyelametin gue ataupun Liam"

"Terus maksud lo gue harus biarin dia berkeliaran di sekitar Liam?"

"Kai, main santai aja. Lo punya gue sebagai kunci ngebuka perangkap. Ga lama lagi Kai, lo ga sabaran ya ternyata?"

"Udah lo dengerin gue aja, ini kesempatan emas buat kita. Renggangnya hubungan lo sama Liam, malah jadi jackpot buat kita ngejauhin Liam dari masalahnya. Lo gamau dia kenapa - napakan?" Kaiza terdiam memikirkan kata katanya.

"Lo percaya sama gue, gue jujur karena gue butuh pertolongan lo juga. Dan gue yakin lo bisa bantu"

tbc..

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang