Brother Konflik 024

1.2K 86 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sekali cacat, lo cacat selamanya di mata mereka."

-Antarez Putra Kasela-

********

Antarez keluar dari dalam kafe, dia menggerogoh saku celananya mengambil pack rokok dan pemantik api. Antarez meletakkan ujung rokok tersebut di bibirnya, tangan kanannya menyalakan korek sedangkan tangan kirinya digunakan sebagai penutup, agar api kecil itu tidak padam terkena angin.

Sebelum beranjak pergi, dia menyesap rokok itu beberapa kali lalu melangkahkan kaki menjauh dari area toko. Di sepanjang perjalanan, kepala Antarez hanya menunduk dengan tudung hoodie yang menyamarkan wajahnya.

Di tepi jalan seberang sana, netra nya melihat segerombolan geng motor tengah nongkrong bersama. Pemandangan sederhana itu mampu mengundang senyum Antarez, dia kembali teringat akan masa dulu kebersamaan dirinya bersama geng LEOPARD. Sebuah geng yang telah ia bangun dari bawah hingga sebesar sekarang.

"Dulu, gue pernah di posisi itu," gumamnya tersenyum simpul, bisa berkeliaran bebas tanpa takut menunjukkan jati diri, mengendarai motor berkecepatan tinggi sambil menikmati semilir angin, tawuran untuk mencurahkan rasa sakit. Antarez merindukan masa-masa itu bersama geng LEOPARD.

"Cepat atau lambat, semoga gue bisa bertemu lagi sama mereka. Bukan sebagai Orion, melainkan Antarez," ujar Antarez membuang puntung rokok itu lalu menginjaknya.

Setelah puas mengenang masa lalu, kepala Antarez kembali menoleh ke depan. Namun, dengan cepat ia langsung menunduk karena terkejut. Bola mata laki-laki itu membelalak, Garuda. Benar, ia baru saja melihat Garuda yang berjalan ke arah dirinya.

Pandangan Antarez tetap menunduk sampai laki-laki itu berjalan melewati dirinya, ketika kedua raga itu berdekatan rasanya seperti ada sengatan sesuatu yang menggelitik jiwa mereka. Permainan takdir memang seunik itu, Antarez tak pernah menyangka kalau ia akan bertemu dengan sahabatnya.

Asing, hanya satu kata itu yang muncul dalam benak Antarez. Dahulu, mereka sering bermain bersama, berbagi cerita hidup, bahkan merasakan suka duka seperti saudara. Sekarang? Menatap wajahnya saja Antarez tidak berani. Kalau boleh jujur, Antarez ingin memanggil nama anak itu dan menepuk punggungnya seperti dulu.

Saat ini ia cuman bisa diam, membiarkan raga itu lewat begitu saja. "Nanti, kita pasti bakal bertemu lagi bre. Membangun geng LEOPARD seperti dulu lagi, sudah gue bilang kita itu saudara, dan geng LEOPARD adalah keluarga," batinnya tersenyum kecil sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.

Sedangkan di sisi, Garuda yang sudah mengambil beberapa langkah melewati anak itu seketika berhenti. Pikiran serta hati Garuda seakan berbisik sesuatu, rasanya tidak asing dan sangat dekat. "Gue seperti ngerasain sesuatu," gumam Garuda mengerutkan kening, sebelum kepalanya menoleh ke belakang menatap punggung seseorang yang semakin menjauh.

"Sesuatu yang dekat," batinnya.

********

Di gang sepi, Antarez akhirnya bisa membuka tudung hoodie nya. Jari-jari kekar itu menyugar rambut hitam tersebut ke belakang, keberadaannya sudah ditunggu oleh seseorang. Bocah enam belas tahun bersama motor sport merahnya, Klein.

"Ini Bang," ujar Klein memberikan jaket geng DEATH VENOM dan kaos putih kepada Antarez.

"Thanks," balas Antarez sembari menerima barang pemberian anak itu, lalu ia pun melepaskan hoodie yang dikenakannya. Lekukan tubuh atletis serta perut sixpack itu terlihat sedikit berkeringat, nampaknya Antarez cukup kepanasan karena hoodie nya.

Klein dibuat penasaran dengan bekas luka cukup panjang di punggung lebar laki-laki tersebut, kelihatannya sakit. "Punggung Bang Antarez kenapa?" tanya Klein memberanikan diri, ia tahu ini lancang. Keinginan mengetahui luka seseorang sebelum orang itu menceritakannya sendiri kepada dirinya.

Mau bagaimana lagi? Sudah dari dulu Klein ingin mengetahui apa penyebab luka itu, hanya saja dia belum memiliki keberanian yang cukup.

Klein susah payah menelan ludah, Antarez belum juga menjawab pertanyaan darinya. Apa dia sudah salah bicara? Sepertinya laki-laki itu marah. Pikiran Klein menjadi resah.

"Hm," deham Antarez menyelesaikan ganti bajunya terlebih dahulu. "Kalau lo udah jadi orang tua nanti, gue cuman mau bilang jangan pernah gunakan tangan lo untuk menghukum dia. Meskipun sekali, jangan pernah," sambung Antarez, nada bicaranya berubah menjadi lembut.

"Mungkin menurut lo itu adalah cara yang benar, tapi bagi mereka tidak. Dengan cara kekerasan, sama aja lo matiin fisik dan mental dia. Bukan anak terdidik yang lo dapat, tapi anak bangsat," pungkasnya menekan kalimat terakhir.

Mendengar kata-kata itu membuat Klein mengerti, "apa... itu luka dari orang tua Abang?" tanyanya, tapi malah senyuman kecil yang ia dapat.

"Tapi Bang, Klein nggak pernah dapat kekerasan dari mereka. Klein nggak pernah dipukul, ditampar, tapi Klein dibuang," ujar Klein merasakan pelupuk matanya memanas.

"Bagi mereka, menyentuh Klein itu seperti menyentuh kotoran. Bahkan dulu, ketika Mama Klein mau bangunin Klein aja pake kayu," sambungnya teringat masa lalu kelam itu, bulir bening itu akhirnya meleleh membasahi pipinya.

"Ya," Antarez mengacak rambut anak itu seperti anak kecil. "Jadi kita itu sakit, tapi jangan biarkan keturunan kita rasain apa yang kita alami. Mereka harus lebih bahagia dari kita," balas Antarez sembari menghapus air mata Klein dengan jempolnya.

"Bullshit laki-laki nggak boleh nangis, lo berhak menunjukkan apa yang lo rasakan." Kepala Klein mengangguk beberapa kali, benar yang Antarez katakan. Cukup dirinya saja yang sakit, jangan orang yang kita sayangi.

"Tapi Bang," balas Klein menjeda kalimatnya.

Antarez memiringkan kepalanya, "tapi apa?"

"Tapi Klein masih enam belas tahun Baangg!! Mana boleh mikirin nikah, Klein nggak mau kawin muda," ujar Klein membuat tawa Antarez lepas, anak ini benar-benar menggemaskan.

"Entar kalau Klein nikah, mau dikasih makan apa anak orang?" sambungnya mulai memikirkan kebutuhan rumah tangga, cukup dibayangkan saja sudah membuat pikiran Klein pusing.

"Gue bilang nanti bukan sekarang, kalau sekarang emangnya lo udah punya cewek?" ucap Antarez tersenyum smirk.

"Nggak, Klein belum punya cewek. Aku nggak mau mikirin cinta-cintaan dulu," balas Klein.

"Iya deh, cari duit aja daripada cari cewek. Oh ya, anak-anak DEATH VENOM udah kumpul semua di markas?"

"Udah," balas Klein mengangguk.

"Oke, ayo ke sana sekarang! Gue mau kasih info penting."

"Info apa?" tanyanya penasaran.

"Info tawuran lawan geng LEOPARD, tawuran santai, gue cuman mau ukur kekuatan kalian," jawabnya lalu naik ke atas motor sport merah itu.

"Ta-tapi Bang, bukannya geng LEOPARD itu geng milik Bang Antarez? Kenapa harus lawan mereka?"

"Udah gue bilang ini war santai."

"Cih, namanya tawuran mana ada yang santai Bang," batin Klein heran.

BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang