0 : Prolog

31 4 0
                                    

Kepada bintang paling terang,
Amarissa.

Rissa, sejatinya aku memahami bahwa tak semua manusia boleh mencintai manusia yang lain. Selalu ada aturan tak tertulis di dunia yang kita tempati. Sayangnya, di galaksi tempat kita bertemu ini, aku jatuh cinta pada kamu.

Aku jatuh cinta pada sempurnanya dirimu. Aku jatuh cinta pada hal-hal yang ada di dalam dirimu. Wujudmu sebagai manusia, jiwamu yang cantik, dan pandanganmu terhadap dunia.

Dulu kamu juga mencintaiku.

Sejak dulu aku tidak punya sesuatu yang berharga. Rasanya aku bisa pergi dari tempat ini kapan saja. Melepaskan jiwaku pada kehampaan tak bernama atau ruang di mana aturan waktu tak berlaku.

Hanya saja, ketika aku jatuh cinta pada kamu, aku justru merasa enggan untuk pergi. Aku ingin egois. Ingin meminta kepada Sang Kekal untuk menjadikan kamu sebagai rusukku. Untuk menjadikan kamu bernapas di antara paru-paru dan berdenyut di bawah nadiku.

Amarissa yang terkasih, selalu ada aturan di dunia ini. Masyarakat menciptakan aturan tentang boleh dan tidak boleh. Katanya, aku tidak boleh mencintai kamu. Kamu yang sempurna, cantik, dan seolah dilahirkan oleh langit katanya tak layak dicintai olehku.

Rissa, pada kehidupan kali ini aku dilarang untuk menjadikan kamu sebagai jiwaku. Namun, apabila kita dilahirkan kembali dan kamu lahir kembali sebagai manusia maka, aku akan meminta kepada Sang Kekal supaya Dia menciptakan aku sebagai bintang saja.

Bintang paling kecil.

Dengan begitu, aku bisa mencintaimu tanpa harapan, tanpa rasa sakit, dan tidak ada seorang pun yang akan menolaknya.

Nanti, di langit sana aku akan mendoakan kamu.

Aku berdoa semoga di kehidupan selanjutnya, kamu tetap menjadi Amarissa yang sempurna. Amarissa yang dilahirkan oleh cahaya rembulan.

Kepada Bintang Paling TerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang