DUA PULUH DUA

43 14 71
                                    

_ Cintailah cinta dengan hati ... Biarkan ia mengalir di dalam hatimu tanpa ada beban _

Hanny Suci Fullnazar

__**********..**********__


Sore ini, hujan turun sangat deras, beserta angin yang menerpa dengan begitu kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini, hujan turun sangat deras, beserta angin yang menerpa dengan begitu kencang. Mau tidak mau, Hanny harus menunggu hujan reda terlebih dahulu, baru ia bisa pulang dari rumah yang sudah disewa oleh Jansen.

Hanny dan Jansen sendiri baru saja selesai menyantap makan malam mereka dan kini mereka sedang berdiam diri di dapur. Sedangkan Radja belum pulang ke rumah sejak tadi ia meninggalkan Hanny sendirian. Mungkin, Radja juga sedang terjebak hujan deras.

Jansen tampak sedang duduk di bangku meja makan sembari memperhatikan Hanny yang sedang mencuci piring. Sesekali, ia tersenyum tipis karena gemas melihat ada seorang gadis yang kini sudi untuk mengurus dirinya.

Hanny mulai mengarahkan tubuhnya pada Jansen setelah ia selesai mencuci semua piringnya, kemudian ia mulai berjalan menghampiri kekasihnya tersebut.

“Mana lap tangan?” tanya Hanny sembari memperlihatkan kedua tangannya yang masih basah pada Jansen.

Jansen hanya tersenyum seraya bangkit dari duduknya. Tanpa menjawab pertanyaan Hanny, ia malah mendekap erat tubuh mungil kekasihnya itu sembari terus memasang senyum bahagianya.

“Ih, tangan aku masih basah!” gerutu Hanny yang tidak bisa menerima pelukan Jansen karena kedua tangannya masih basah.

Jansen mempererat dekapannya. “Peluk saya saja, nanti juga kering.”

Hanny lantas menepuk singkat punggung Jansen. “Jorok, tau! Aku mesti keringin dulu tangannya.”

Jansen melepaskan dekapannya seraya beranjak untuk mengambil lap tangan yang ia simpan. Setelah mendapatkannya, ia segera memberikannya kepada Hanny.

Jansen terus menatap wajah Hanny sembari menunggunya yang sedang mengeringkan tangan. Setelah Jansen melihat tangan Hanny sudah kering, ia lantas menggendong tubuh mungil kekasihnya itu hingga membuat Hanny terkejut bukan main.

“Kamu mau ngapain?” tanya Hanny dengan panik karena pria bertubuh tinggi itu kini menggendongnya.

“Memberimu hukuman karena kamu tidak menerima pelukan saya hanya karena tanganmu basah,” jawab Jansen sembari terus menggendong Hanny, membawanya ke lantai dua.

Jansen menghempaskan pelan tubuh Hanny ke atas ranjang di kamarnya, kemudian ia mulai merangkak di atas kekasihnya itu sehingga membuat Hanny semakin panik.

“Kamu mau apa?” tanya Hanny lagi dengan kondisi hati yang sudah tidak karuan.

Namun, Jansen enggan untuk bersuara. Ia malah semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Hanny yang kini sudah terbaring di bawahnya.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang