04

260 32 14
                                    

"Kau brengsek, bagaimana jika tadi bukan kami yang melihatnya. Aku pastikan kau akan dilaporkan pada polisi." Shikamaru memijat keningnya karena merasa pening setelah melihat apa yang terjadi tadi.

"Wanita sialan itu membuatku sangat muak." Toneri berujar dengan kesal.

"Tapi tidak dengan cara seperti itu kau menghajarnya." Ucap Gaara karena ia sempat terkejut saat melihat kondisi wanita malang itu.

"Jika saja mahasiswa lain yang tahu riwayatmu akan tamat." Sasuke menatap Toneri dengan sinis.

"Aku tidak peduli yang terpenting wanita sialan itu sudah aku beri pelajaran, dan biarkan saja Naruto yang merawatnya. Aku tidak ingin ikut campur karena dia dan Ibunya sama-sama sering membuatku susah." Setelah mengatakan itu Toneri melangkah pergi.

Gaara, Sasuke dan Shikamaru hanya bisa menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja Toneri katakan.

"Dia kekasihmu tetapi mengapa kau malah membiarkan Naruto yang membawanya?" Gaara bertanya dengan bingung, bagaimana tidak bingung Toneri terlihat seperti bukan kekasih wanita itu. Pria itu tampak biasa saja melihat kondisi mengenaskan Hinata.

"Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku tidak mencintainya lagi, maka biarkan saja dia bersama Naruto. Lagipula tujuan ku saat ini hanya memanfaatkan dirinya saja." Toneri menyunggingkan senyum sinisnya.

"Tapi setelah kau membuatnya babak belur seperti itu, apa Naruto masih ingin menyewanya?" Sekarang Shikamaru yang bertanya dengan serius.

Toneri terkekeh pelan. "Kau tahu Naruto akan melakukan apa saja demi mendapatkannya, karena wanita itu memiliki tubuh yang menarik dimatanya haha.." setelah itu Toneri tertawa dengan keras.

"Kau jangan percaya diri terlebih dahulu, Toneri. Dia bukan pria yang seperti itu, kau hanya belum mengenalnya lebih jauh saja. Jika kau mengenalnya kau akan tahu seberapa mengerikannya Naruto ketika marah." Shikamaru menjelaskan dengan serius.

"Aku tidak peduli, lagi pula Hinata dimatanya hanya sekedar pemuas nafsunya."

Shikamaru menghela napasnya dengan malas, pria didepannya ini memanglah pria yang sangat keras kepala.

Biarlah Toneri melakukan apapun yang dirinya mau selagi tidak merugikan yang lain. Sebenarnya ia tidak ingin ikut campur dalam masalah Toneri dan kekasihnya, tetapi melihat bagaimana Toneri menyiksa kekasihnya itu membuat Shikamaru geram. Dia sudah keterlaluan.

...

Terlihat Hinata yang masih memejamkan matanya diatas ranjang rumah sakit. Wajahnya nampak tidak bisa dibilang baik-baik saja ada bekas memar di wajahnya dan juga luka pada bibirnya.

Naruto menatap wajah itu dengan tatapan dinginnya. Ketika dirinya melihat wanita itu di tampar oleh Toneri ia sebenarnya tidak terkejut, tetapi ia hanya terkejut mengapa Toneri melakukannya di area kampus.

Tapi dari lubuk hatinya ia merasa iba pada wanita di hadapannya kini. Wanita yang dulu nampak ceria dan mempunyai senyuman yang sangat cantik itu, ia sadar jika Hinata yang sekarang tidak pernah lagi menunjukkan wajah ceria dan senyuman cantiknya. Dan ia sangat tahu mengapa wanita itu menjadi wanita yang berbeda.

"Kaulah yang memilihnya, Hinata." Naruto bergumam dengan pelan. "Rasa sakitmu saat ini kaulah yang menciptakannya, maka dari itu jangan pernah menyalahkan takdir yang sebenarnya kau buat sendiri. Kau pantas mendapatkannya, kau dan aku bukankah memiliki rasa sakit yang sama sekarang."

Naruto masih menatap Hinata dengan dingin hingga tanpa sadar wanita itu mulai membuka matanya dengan perlahan.

Hinata nampak sudah sadar dari pingsannya, tetapi ia merasa sungguh tidak bertenaga untuk sekedar menggerakkan tubuhnya saat ini.

This Pain [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang