Author's Note:
Selingan ya, aku masukin storynya Helen, kembarannya Gio.
Kenapa? Ya pengen banget aja gitu T______T
Nggak apa-apa kok kalau mau diskip.
Btw, ini time jump sekitar sebulan dari cerita Rere dan Gio di chapter 17 ya.
**********************************
Suatu pagi, Helen, Gio dan circle mereka memutuskan untuk melakukan olahraga yang sudah lama tak mereka lakukan, yaitu horse-riding race.
Teman-teman Gio datang dalam formasi lengkap. Ada Jeremy, Aji, Hendra, Chandra, Reinhart dan Maxwell.
Jeremy, Aji, Hendra dan Chandra juga kaya, walaupun tak sekaya Gio. Mereka sudah bersama sejak TK, di Chrysanthemum School yang memang ada jenjang dari TK hingga universitas. Pemiliknya adalah Oma, atau nenek dari Helen dan Gio.
Maxwell sendiri terbilang teman baru, perantau dari Medan yang merupakan Ketua Himpunan Fakultas Ekonomi dan berteman dengan mereka sejak ospek jurusan.
Karena sering sakit, sejak kecil, Helen tak punya teman dekat perempuan.
Karena sebuah kejadian, Helen mengalami komplikasi saat dilahirkan.
Jantungnya dulu bermasalah. Sangat bermasalah. Benar-benar parah saat bayi, membaik saat SD, kemudian relapse dan jadi sangat parah saat SMP dan SMA.
Dia bolak-balik operasi jantung, membuat keluarganya menangis lautan air mata, namun berjuang, berhasil bertahan, dan kini sudah membaik. Sudah lebih sehat.
Dokternya di London optimis dia bisa sehat terus selama selalu menjaga diri dan kontrol rutin.
Karena merasa tak punya memori yang indah tentang SMP dan SMA-nya, Helen ingin fokus mewujudkan cita-citanya, dan belum ada niat pacaran.
Bagaimana mau pacaran, kalau Helen merasa hidupnya bagai baru benar-benar dimulai ketika dia mulai kuliah, alias dia baru merasa hidup selama tiga tahun.
Dari dulu, dia punya mimpi untuk punya cafe, dengan toko buku di lantai dua, dan toko bunga di depannya. Ini yang sudah berhasil dia wujudkan.
Sejak dulu, Helen menghabiskan setengah masa sekolahnya di rumah sakit.
Oma, Mami dan Papinya serta Gio sampai terbiasa setiap hari ke rumah sakit, bahkan bagai tinggal dan hidup di situ bersama Helen.
Namun saat keluarganya sibuk, teman Helen adalah buku-buku fiksi. Dia cinta kata-kata dan membaca. Dari ranjang rumah sakitnya, dia bisa masuk ke berbagai dunia, thanks to buku-buku yang dibacanya.
Karena itulah dia kuliah Sastra Inggris.
Papi tak punya ekspektasi bagi Helen agar dia melanjutkan bisnis Ranggatama. Semua beban itu jatuh di pundak Gio.
Papi hanya ingin Helen sehat dan bahagia, itu saja.
Hari itu, Helen ikut dengan Gio dan teman-temannya ke arena horse-riding, olahraga yang memang disukai Helen.
Dia dan kembarannya punya beberapa kuda di mansion mereka, dan Helen senang sekedar mengendarai kudanya untuk menghibur dirinya.
"Jangan capek-capek lo, Red," Gio memperingatkan.
"Nggak capeklah horse-riding aja. Lagian kangen, udah lama nggak."
"Udah periksa detak jantung, saturasi sama tekanan darah lo?"
"Udah. Termasuk normal."
Helen punya mesin portable untuk mengecek semua hal itu di mobilnya, dan dia memeriksa dirinya sendiri setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...