Two=GuB

9 2 0
                                    

Gistara masuk ke dalam mobil Bumi kemudian membanting pintunya dengan keras. Kentara sekali bahwa dia sedang kesal. Mukanya cemberut dan matanya berkaca-kaca.

Bumi masuk juga ke dalam mobil. Gistara langsung memalingkan wajahnya ke arah kaca mobil. Ya. Bumi adalah hal yang membuat dia kesal saat ini.

"Ayolah Tara, kenapa Lo harus nangis hanya karena masalah sepele." Ucap Bumi sambil memasangkan seat belt miliknya. Saat hendak memasang seat belt milik Gistara tiba-tiba tangan mungil Gistara menepisnya. Bumi semakin dibuat hilang akal. Kalau gadis nakal itu marah akan sangat susah membujuknya.

"Oke Fine gue salah dan gue minta maaf." Bumi mengulurkan tangannya berniat minta maaf. Gadis itu tidak menggubrisnya dan malah menangis.

"Hiks.. Lo jahat, udah gue bilang gue bukan anak kecil lagi, gue bisa jaga diri Bumi. Kenapa Lo selalu ngelarang gue?" Tangis Gistara pecah yang membuat Bumi kelabakan.

Tangis Gistara adalah kelemahan Bumi. Sangat jarang gadis bawel itu menangis. Itu sebabnya Bumi sedikit panik.

"Hey kenapa nangis?" Bumi melepas seat belt nya kemudian mendekat pada Gistara lalu memeluknya.

"Udah diam dulu. Kita bicarakan baik-baik."

Gistara berhenti menangis kemudian Bumi melepas pelukan mereka. Bumi menangkup wajah Gistara dan menghapus air mata gadis itu dengan jemarinya.

"Oke, bicara pelan-pelan apa yang buat Lo kesal gini?" Tanya Bumi lembut.

"Hiks Lo ga ijinin gue kerja kelompok sama temen-temen. Kan gue jadi ga enak sama mereka. Tiap ada Kelompok Lo selalu aja ngelarang. Kalau terus ga ikut gue ga enak jadinya." Jelas Gistara masih sesegukan.

Bumi paham dengan perasaan Gistara namun, ia punya alasan kenapa tidak mengijinkannya.

"Taraa, dengerin gue." Bumi menatap Gistara mencoba memberikan pengertian.

"Temen sekelompok mu semua cowo, dan mereka tidak mau kerja kelompok di rumahmu. Tadi gue sudah tanya gue boleh ikut nemenin Lo atau enggak dan mereka gak mau Tara. Gue cowo Tar, gue tau pikiran sesama cowo. Gue gak bisa jamin semua akan baik-baik saja kalau Lo ikut bersama mereka. Mengertikan?"

Penjelasan lembut Bumi membuat Gistara terdiam. Memang benar yang dikatakan Bumi hanya saja Gistara tidak berfikir sejauh itu.

Bumi memasangkan seat belt Gistara dan kali ini tidak di tepis olehnya. Perlahan mobil pun melaju dn keheningan masih terjadi di antara mereka.

"Tara, Lo mau ice cream gak?" Tanya Bumi . Gistara menoleh kemudiam menganguk antusias sembari tersenyum.

Lihatlah mood gadis itu langsung membaik setelah mendengar kata ice cream. Tumben sekali Bumi mengajaknya membeli ice cream padahal selama ini Bumi selalu melarangnya.

Mobil berhenti tepat di samping penjual ice cream pinggir jalan. Bumi memesan ice cream rasa coklat melalu kaca mobil tanpa bertanya lagi pada Gistara. Sungguh, Bumi sudah tahu semua hal tentang Gistara.

"Nih, makannya jangan belepotan!" Bumi memberikan se cup ice cream rasa coklat pada Gistara yang langsung diterima.

"Terimakasih Bumi." Gistara tersenyum kemudian memakannya dengan lahap. Tak menghiraukan peringatan Bumi, Gistara memakannya dengan belepotan. Dengan sigap Bumi mengelap wajah Gistara dengan tissue.

"Nanti gue mau kerja kelompok di rumah Sandhya. Lo mau ikut?" Tanya Bumi yang mulai menyetir mobil.

"Gak usah. Gue mau nonton film aja di rumah." Sejujurnya Gistara ingin sekali ikut, tetapi bisa saja kehadiran mengganggu pekerjaan kelompok Bumi.

Serein Whispers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang